Erupsi Gunung Bromo, Penutupan Penerbangan Tergantung Arah Angin

Senin, 14 Desember 2015 - 19:27 WIB
Erupsi Gunung Bromo, Penutupan Penerbangan Tergantung Arah Angin
Erupsi Gunung Bromo, Penutupan Penerbangan Tergantung Arah Angin
A A A
PROBOLINGGO - Masyarakat pengguna transportasi udara harus bersiap-siap kecewa jika sewaktu-waktu terjadi penutupan jalur penerbangan sebagai dampak erupsi Gunung Bromo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan merekomendasikan penutupan bandara jika semburan abu Gunung Bromo mengarah pada lintasan jalur penerbangan.

Berdasar pengamatan Pos Pantau PVMBG Cemoro Lawang, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, aktivitas vulkanik Gunung Bromo cenderung mengalami peningkatan. Kekuatan semburan abu vulkanik berwarna kecokelatan bahkan terus naik hingga mencapai ketinggian 1.500 meter dari pusat kawah Gunung Bromo.

Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi PVMBG Gede Suantika mengungkapkan, berdasar pengalaman erupsi Gunung Bromo pada 2010, rentang waktu peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Bromo berlangsung selama sembilan bulan.

Kondisi ini diperkirakan juga terjadi pada siklus lima tahunan salah satu gunung yang memiliki pemandangan sunrise (matahari terbit) terindah di dunia ini.

"Intensitas gempa tremor amplitudo dominan 7 milimeter sejak satu bulan ini. Sementara, puncak erupsi Gunung Bromo pada tahun 2010 mencapai gempa tremor dominan 40 milimeter. Sehingga potensi peningkatan gempa tremor masih memiliki waktu yang relatif lama," kata Gede Suantika yang ditemui di Pos Pantau Gunung Bromo di Cemoro Lawang, Senin (14/12/2015).

Secara matematis, proses erupsi Gunung Bromo ini memang tidak bisa diperkirakan sampai kapan berlangsung. Namun indikator puncak erupsi ini akan diketahui jika Gunung Bromo telah mengeluarkan lontaran material pijak (strombolin) pada skala gempa tremor dominan 40 milimeter.

Menurut Gede Suantika, semburan abu vulkanik yang mencapai ketinggian tertentu sangat dipengaruhi kekuatan gempa tremor. PVMBG akan memberikan rekomendasi penutupan bandara jika abu vulkanik yang terbawa angin tersebut mengganggu lintasan penerbangan.

"Abu vulkanik yang mencapai ketinggian 1.500 meter dari pusat kawah terbawa angin hingga mencapai jarak 15 km. Kami akan merekomendasi penutupan bandara jika abu vulkanik tersebut memasuki jalur penerbangan. Arah mata angin ini sangat menentukan pada daerah yang akan terdampak," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4362 seconds (0.1#10.140)