Depati Parbo, Pejuang Sakti Kerinci yang Pernah Mengobati Belanda

Minggu, 13 Desember 2015 - 05:00 WIB
Depati Parbo, Pejuang Sakti Kerinci yang Pernah Mengobati Belanda
Depati Parbo, Pejuang Sakti Kerinci yang Pernah Mengobati Belanda
A A A
Depati Parbo lahir di kaki Gunung Raya tepatnya di dusun (Desa) Lolo, Kabupaten Kerinci sekitar tahun 1839 dengan nama Kasib.

Bakat kepemimpinan Depati Parbo sudah terlihat sejak remaja. Dimana ia sangat disegani teman karena sifatnya yang rendah hati meski berbadan tegap dan tampan.

Walau jago dalam bela diri serta berburu, Depati Parbo tidak pernah menyombongkan diri, bahkan selalu menjadi penengah jika ada teman-temanya yang berkelahi.

Tidak hanya ilmu silat, Depati Parbo juga menguasai ilmu agama dan kebatinan yang berasal dari seorang guru atau ulama.

Ilmu kebatinan yang dimilikinya, membuat Depati Parbo juga mempunyai kemampuan mengobati berbagai penyakit atas izin Allah.

Perlawanan Depati Parbo terhadap Belanda dimulai saat dirinya melihat kesewenang-wenangan belanda di Bumi Sakti Alam Kerinci.

Karena tidak mau dijajah serta mendapat dukungan rakyat, Depati Parbo pun mengobarkan semangat jihad bersama pasukannya untuk melawan Belanda.

Perjuangan Depati Parbo yang Heroik membuat gusar para pejabat pemerintah Belanda, berbagai cara dan upaya terus dilakukan untuk menangkap Depati Parbo hidup atau mati.

Pengejaran terhadap tokoh pejuang yang sangat ditakuti Belanda dan disayangi oleh hulubalang dan rakyatnya terus dilakukan. Belanda benar-benar kewalahan menghadapi taktik perang gerilya yang diterapkan oleh pasukan Depati Parbo.

Hingga pada suatu hari, tepanya hari Jumat beberapa serdadu Belanda melakukan pengepungan dan penyanderaan terhadap masyarakat di dalam Masjid Lolo.

Saat itu pihak Belanda mengancam akan membunuh rakyat atau penduduk Desa Lolo yang mendukung perjuangan Depati Parbo dan keluarga Depati Parbo yang sedang berada di rumah, apabila Depati Parbo tidak mau menyerah kepada pasukkan Belanda.

Pihak Belanda yang terkenal dengan tipu muslihatnya, memerintahkan kepada para Depati untuk mencari dan menghubungi Depati Parbo agar mau diajak berunding.

Ancaman dan intimidasi yang dilakukan Belanda membuat penduduk terutama kaum wanita dan usia lanjut serta anak anak menjadi gelisah dan ketakutan.

Melalui perundingan yang sangat menegangkan dan demi menyelamatkan nyawa puluhan rakyat yang disandera, akhirnya dengan sangat berat hati beberapa depati dan tokoh masyarakat melakukan pencaharian terhadap Depati Parbo di hutan belantara di daerah Lempur­Lolo hingga ke Renah Menjuto.

Setelah berhasil menemui Depati Parbo, maka utusan menyampaikan agar Depati Parbo menyerah kepada Belanda, karena jika Depati Parbo tidak menyerah maka rakyat dan keluarga yang tidak berdosa dan disandera Belanda di dalam Mesjid termasuk istri Depati Parbo akan dibunuh oleh serdadu Belanda.

Di bawah tekanan mental serta dalih diajak untuk berunding serta untuk menghindari pertumpahan darah dikalangan rakyat tidak berdosa, akhirnya Depati Parbo bersedia turun gunung keluar hutan untuk melakukan perundingan.

Namun ternyata pihak Belanda dengan tipu muslihat dan otak liciknya memanfaatkan kondisi ini untuk menangkap Panglima Perang Depati Parbo.

Sebenarnya Depati Parbo bersedia menemui Belanda bukan untuk menyerah,akan tetapi diajak berunding. Dan ia bersedia diajak berunding semata mata karena untuk menyelamatkan nyawa rakyat yang tidak berdosa yang disandera dan diancam serdadu Belanda.

Sebelumnya, beberapa kali Depati Parbo berhadapan dengan serdadu Belanda, akan tetapi selalu lolos dari upaya penangkapan, karena kepiwaian ilmu bela dirinya merupakan perisai yang menyelamatkan Depati Parbo dari serangan dan upaya penangkapan.

Dengan ditangkapnya Depati Parbo,secara perlahan perlawanan berangsur angsur redup, beberapa saat kemudin puluhan pejuang dan pemangku adat ditawan oleh Belanda,pada tahun 1903 secara bertahap serdadu Belanda ditarik mundur kembali ke kesatuan awal,dan sebahagian serdadu Belanda ditarik ke Jambi

Berbagai siksaan dan tekanan telah diderita Depati Parbo sejak ditangkap Belanda. Namun kekuatan fisik dan spiritual Depati Parbo yang tangguh akhirnya menimbulkan rasa kagum bagi serdadu dan pejabat Belanda.

Depati Parbo menjalani masa pembuangan atau pengasingan dan hukuman seumur hidup di Ternate, sebuah wilayah yang sangat sulit dijangkau dari pulau Sumatera saat itu.

Dalam pikiran Depati Parbo saat itu, walaupun dihukum dan dibuang seumur hidup namun tetap kukuh pada pendiriannya, yakin bahwa kehidupan itu sudah ada yang mengatur, Allah tidak pernah tidur dan pasti akan memberikan jalan terbaik bagi hamba-Nya yang beriman.

Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan menyeberangi laut lepas dengan gelombang besar akhirnya Depati Parbo sampai di Ternate, selama 25 tahun Depati Parbo hidup dipengasingan, jauh dari kampung halaman dan sanak saudara serta teman sepejuangan di alam Kerinci.

Selama dalam masa pembuangan, Depati Parbo melewati hari­hari sepinya dengan menekuni pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama Islam yang telah ia yakini kebenarannya.

Dan karena wataknya yang suka menolong orang serta ilmu kebatinan yang ia miliki, membuat Depati Parbo disegani oleh sesama orang buangan maupun oleh serdadu dan pemerintah Belanda yang ada di Ternate.

Di pengasingan, Depati Parbo yang berisi ilmu, dikenal sebagai orang sebagai Tabib. Pada suatu hari salah seorang anak dari Asisten Residen Belanda di Ternate menderita Sakit.

Sebagai pejabat tinggi pemerintah Belanda, Asisten Residen telah berupaya mencari obat untuk anaknya itu, di samping upaya yang telah dilakukan beberapa orang Dokter, namun penyakit sang anak tak kunjung sembuh.

Akhirnya Asisten Residen memohon bantuan Depati Parbo untuk mencari jalan kesembuhan bagi anaknya.

Dengan kehendak dan kuasa Allah, lewat tangan Depati Parbo beberapa waktu kemudian setelah mendapat perawatan dan pengobatan secara spiritual, akhirnya anak Asisten Residen secara perlahan pulih dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Asiten Residen merasa sangat berterima kasih dan berhutang budi terhadap jasa baik dan bantuan pengobatan yang diberikan Depati Parbo.

Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas pertolongan yang telah diberikan Depati Parbo kepada anaknya, Asisten Residen menawarkan dua macam hadiah yang harus ipilih salah satu oleh Depati Parbo.

Tawaran hadiah itu adalah Depati Parbo ditawarkan keliling dunia atau kembali ke kampung halamannya di alam Kerinci dengan biaya dari Asisten Residen.

Karena rindunya terhadap tanah kelahirannya, maka Depati Parbo menjatuhkan pilihan untuk pulang kembali ke negeri tercinta untuk hidup bersama di tengah­ tengah sanak saudara dan rakyat alam Kerinci yang ia cintai dan telah lama ditinggalkannya.

Asisten Residen menyetujui pilihan Depati Parbo, dan selanjutnya Asisten Residen menulis surat permohonan kepada Ratu Belanda agar membebaskan Depati Parbo.

Surat itu ditanda tangani oleh Depati Parbo, alamat sampul dan tujuan surat pada sampul ditulis tangan oleh Asisten Residen.

Inti surat tersebut adalah memohon agar Depati Parbo dibebaskan dari hukuman, atas jaminan dari para Depati Depati se Alam Kerinci.

Namun sebelum balasan dan keputusan dari Ratu Belanda diterima, ternyata dalam waktu yang hampir bersamaan Asisten Residen dimutasikan dari Ternate, dan ia meminta Depati Parbo untuk bersabar, bahkan berjanji tetap akan mencari jalan serta berusaha untuk membebaskan Depati Parbo dan memulangkan Depati Parbo ke negeri leluhurnya di alam Kerinci.

Seminggu setelah Asisten Residen berangkat dari Ternate, Depati Parbo menerima sepucuk surat dari negeri Belanda yang intinya menyatakan bahwa Depati Parbo dibebaskan dari tahanan seumur hidup dan boleh pulang ke Kerinci.

Tidak terlalu lama menunggu akhirnya dengan diantar oleh Kapal Perang Belanda, Depati Parbo menyeberangi lautan luas hingga ke Aceh, dan melalui jalan darat Depati Parbo melanjutkan perjalanan ke Kerinci.

Sesampai di Kerinci Depati Parbo disambut haru sanak keluarga dan warga. Panglima Perang Kerinci itu pun menghabiskan sisa hidupnya di kampung halaman.

Sumber:

wikipedia
acdemia.edu
incung.com
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3405 seconds (0.1#10.140)