Kiprah Tiga Pendekar Pendiri Kerajaan Mataram

Sabtu, 05 Desember 2015 - 05:00 WIB
Kiprah Tiga Pendekar Pendiri Kerajaan Mataram
Kiprah Tiga Pendekar Pendiri Kerajaan Mataram
A A A
Ki Ageng Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, cucu Ki Ageng Sela. Dia adalah salah satu murid Sunan Kalijaga yang sering melakukan tirakat dan laku batin di tempat-tempat tertentu.

Sementara Ki Juru Martani adalah putra Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan, keturunan Sunan Kedul, yang juga keturunan Sunan Giri anggota walisongo pendiri Giri Kedaton.

Ibunya adalah putri dari Ki Ageng Sela, yang masih keturunan Brawijaya V raja terakhir Majapahit (versi Babad Tanah Jawi).

Nama Juru Martani muncul dalam Babad Tanah Jawi sebagai tokoh yang mendesak Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi agar berani mengikuti sayembara menumpas Arya Penangsang.

Sedangkan Ki Penjawi adalah keturunan ke 5 dari Bhre Kertabhumi melalui garis ayahnya Ki Ageng Ngerang III, ibunya adalah Raden Ayu Panengah putri Sunan Kalijaga dari isteri putri Aria Dikara.

Semasa anak-anak sampai dewasa Ki Penjawi menerima gemblengan ilmu keagamaan dan ilmu pemerintahan (ilmu tentang tata pemerintahan yang dikuasai oleh walisongo adalah mengadopsi gaya khilafah atau kesultanan Islam jazirah Arab).

Di samping mendapatkan bekal ilmu dari Sunan Kalijaga, Ki Penjawi juga mendapatkan bimbingan ilmu spiritual dari nenek dan kakek-buyutnya yang masih keturunan Sunan Gresik.

Kiprah tiga pendekar pendiri Kerajaan Mataram ini dimulai saat mereka menyanggupi sayembara dari Sultan Pajang Hadiwijaya untuk membunuh Adipati Jipang Panolang, Arya Penangsang.

Setelah itu, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi kemudian berunding. Dalam perundingan itu, Ki Ageng Pemahanan menyampaikan pendapatnya kepada Ki Penjawi, bahwa tidak ada orang lain yang mampu membunuh Arya Penangsang selain Danang Sutawijaya anak kandungnya. Ki Penjawi pun sependapat dengan Ki Ageng Pemanahan.

Danang Sutawijaya sejak kecil telah dijadikan sebagai anak angkat oleh kanjeng Sultan Hadiwijaya. Dia adalah seorang pemuda yang cakap, serta menguasai olah kanuragan. Dengan siasat mereka akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang.

Setelah berhasil membunuh Arya Penangsang, Ki Juru Martani menyampaikan laporan kepada Hadiwijaya bahwa Adipati Jipang Panolang mati dibunuh Ki Pemanahan dan Ki Penjawi.

Sebelumnya Sultan Hadiwijaya berjanji jika berhasil membunuh Arya Panangsang akan diberikan tanah perdikan Mataram ke Ki Ageng Pemanahan dan daerah Pati kepada Ki Penjawi.

Kemudian Ki Ageng Pemanahan dengan ditemani Sunan Kalijaga menagih janji ke Sultan Hadiwijaya agar memberikan tanah perdikan Mataram kepadanya.

Lalu setelah Alas Mentaok (tanah perdikan Mataram) diberikan ke Ki Ageng Pemanahan, dia mulai membuka Desa Mataram tahun 1556.

Konon, sesudah membuka Desa Mataram, Ki Pemanahan pergi mengunjungi sahabatnya di Desa Giring. Pada saat itu Ki Ageng Giring baru saja mendapatkan buah kelapa muda bertuah yang jika diminum airnya sampai habis, si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.

Ki Pemanahan tiba di rumah Ki Ageng Giring dalam keadaan haus. Dia langsung menuju dapur dan menemukan kelapa muda itu.

Dalam sekali teguk, Ki Pemanahan menghabiskan airnya. Ki Giring tiba di rumah sehabis mandi di sungai. Dia kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut.

Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pemanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja di pulau Jawa.

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat lalu digantikan oleh Sutawijaya. Ki Juru Mertani lalu menjadi penasihat Sutawijaya. Dia bersama Sutawijaya membangun kekuatan pasukan Mataram. Peran Juru Mertani terlihat saat Mataram berperang melawan Pajang.

Konon saat itu Ki Juru Martani berangkat bertapa ke puncak Gunung Merapi meminta bantuan penguasa alam gaib di sana.

Hasilnya, ketika terjadi perang melawan Pajang tahun 1582, Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan memuntahkan laharnya menyapu pasukan Sultan Hadiwijaya sehingga akhirnya Pasukan Pajang mundur.

Ki Juru Martani juga pernah menjadi guru Raden Rangga yang terkenal akan kesaktiannya. (Baca: Misteri Raden Rangga Putra Panembahan Senopati yang Sakti Mandraguna).

Kemudian Ki Juru Martani menjabat sebagai patih Kesultanan Mataram sejak pemerintahan Sutawijaya tahun 1586-1601.

Dilanjutkan pemerintahan Mas Jolang putra Sutawijaya yang memerintah tahun 1601-1613. Lalu digantikan oleh Adipati Martapura putra Mas Jolang yang menjadi raja satu hari, dan dilanjutkan Sultan Agung putra Mas Jolang lainnya yang naik takhta sejak tahun 1613.

Ki Juru Mertani alias Adipati Mandaraka meninggal dunia pada tahun 1615. Kedudukannya sebagai patih Mataram kemudian digantikan oleh Tumenggung Singaranu.

Sedangkan Ki Penjawi oleh Sutawijaya tetap dijadikan sebagai Adipati di Pati dengan kebebasan tidak membayar pajak ke Mataram hingga akhir hayatnya.

Sumber:

- uun-halimah.blogspot.
- wikipedia dan diolah dari berbagai sumber
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5019 seconds (0.1#10.140)