Pertempuran Bojong Kokosan, Perlawanan Rakyat Sukabumi terhadap Sekutu

Senin, 30 November 2015 - 05:00 WIB
Pertempuran Bojong Kokosan,...
Pertempuran Bojong Kokosan, Perlawanan Rakyat Sukabumi terhadap Sekutu
A A A
Bojong Kokosan adalah nama desa di Kecamatan Parung Kuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Sebelum dimekarkan, Desa Bojong kokosan merupakan merupakan bagian dari wilayah Desa Kompa.

Karena pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, maka desa Kompa dimekarkan menjadi dua desa, yaitu desa Kompa dan desa Bojong Kokosan.

Desa Bojong Kokosan merupakan tempat terjadinya peristiwa Perang Konvoi atau lebih dikenal dengan Pertempuran Bojong Kokosan melawan tentara Inggris dan NICA pada tahun 1945 sampai 1946.

Pertempuran Bojong Kokosan ini merupakan perang konvoi pertama (The First Convoy Battle) dan menjadi cikal bakal dari peristiwa Bandung Lautan Api.

Terjadinya Pertempuran Bojong Kokosan dimulai ketika pasukan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA sebanyak satu batalyon berusaha masuk ke Sukabumi.

Kedatangan tentara sekutu ke Sukabumi dilatarbelakangi oleh tiga tujuan utama yaitu, mengambil tawanan Jepang di daerah Sukabumi dan sekitarnya, memberikan bantuan ke Bandung yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antara pihak pemuda dengan tentara sekutu dan menjaga kelancaran hubungan jalan darat antara Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Peristiwa di Bojong Kokosan merupakan salah satu faktor penyebab dari peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946.

Hal ini disebabkan karena ditinjau dari strategi nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung merupakan urat nadi kekuatan sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut.

Pertempuran Bojong Kokosan atau perang konvoi ini terjadi dalam dua periode. Pertama terjadi pada tanggal 9 sampai 12 Desember 1945, kedua terjadi dari tanggal 10 sampai 14 Maret 1946.

Dimana pertempuran ini berawal dari berita yang diterima prajurit TKR Sukabumi di Pos Cigombong tentang kedatangan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA yang berusaha memasuki wilayah Sukabumi.

Pimpinan Kompi III saat itu, Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menghadang dan menduduki tempat pertahanan di pinggir tebing utara dan selatan jalan di Bojongkokosan.

Penghadangan yang dilakukan oleh rakyat Sukabumi dan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR ini menyebabkan terjadinya pertempuran sengit yang dikenal dengan nama Pertempuran Bojong Kokosan.

Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat oleh senjata rampasan dari tentara Jepang.

Selain pasukan TKR, penghadangan terhadap sekutu juga dilakukan oleh Laskar Rakyat Sukabumi seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hizbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo.

Penghadangan ini terjadi sepanjang 81 kilometer. Dimulai dari daerah Cigombong, Bogor sampai dengan Ciranjang, Cianjur.

Sementara, pertahanan pasukan sekutu diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha.

Konvoi yang dilakukan pasukan sekutu berhasil masuk ke garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojong Kokosan, pasukan TKR segera melepaskan tembakan dan melakukan serangan.

Pasukan tentara sekutu yang bersenjatakan peralatan perang modern segera membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja, mortir, dan senapan mesin.

Namun, tentara TKR berhasil meloloskan diri dari serangan sekutu setelah terjadinya hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan Bojong Kokosan.

Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojong kokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung.

Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpar, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.

Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung dibuat gentar oleh terjadinya penyerangan di Bojong Kokosan sehingga mengajak pemimpin TKR dan pemerintah setempat untuk berunding.

Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel Edi Sukardi, akhirnya usulan gencatan senjata disetujui.

Namun, gencatan senjata yang dirundingkan oleh komandan tentara sekutu ternyata hanya berlangsung sehari, karena pada tanggal 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak.

Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton.

Serangan pesawat-pesawat tempur yang dilakukan tentara sekutu terhadap tentara TKR di Bojong Kokosan bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II.

Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tentaranya tewas di tangan pasukan TKR. Pada persitiwa pengeboman itu, 73 pejuang meninggal dunia.

Sebagian nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bojong Kokosan tercatat di tugu Palagan Bojong Kokosan.

Tidak hanya gugur, Peristiwa Bojong Kokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan.

Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parung Kuda, dan Cibadak hingga hancur dan rata dengan tanah.

Pertempuran Bojong Kokosan telah mengakibatkan banyak korban jiwa baik dari pihak sekutu, maupun pihak TKR. Pada pertempuran periode pertama tidak satu pun prajurit TKR yang gugur.

Sementara, di pihak sekutu telah mengakibatkan 50 orang meninggal dunia, 100 orang luka berat, dan 30 pasukan menyerah. Pada pertempuran periode kedua, 73 orang prajurut TKR dinyatakan meninggal dunia.

Sumber:

Wikipedia.org
warofweekly.
diolah dari berbagai sumber

(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1029 seconds (0.1#10.140)