Alami Kebutaan, Bebi Kesulitan Makan
A
A
A
GARUT - Macan tutul yang ditemukan di kaki Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, beberapa waktu lalu masih menjalani perawatan di Taman Satwa Cikembulan, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Macan betina yang diberi nama Bebi ini diamankan dari Blok Cigondok Dusun Kersamenak RT 17/6, Desa Pamokolan, Kecamatan Cihaurbeuti tersebut dirawat intensif di ruangan karantina.
Kini, Bebi sangat kesulitan untuk makan. Terlebih kedua mata Bebi buta akibat luka di bagian kepala sebelah kiri. Luka yang dialaminya cukup parah, karena terdapat lubang di samping mata sebelah kiri. Jika ingin mencari makanan, Bebi hanya bisa memakai indra pendengarannya.
"Pas pertama kali datang ke sini kondisinya sangat memprihatinkan. Badannya sangat kecil ditambah luka di bagian kepala. Dikasih makan juga sulit awalnya," kata Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudi Arifin.
Rudi menambahkan, Bebi mendapat perawatan berupa infus selama dua hari. Hewan ini mengalami dehidrasi berat karena sulit mencari makan dan minum dengan kondisi mata yang buta.
"Awal datang itu kemungkinan hidupnya hanya 20 persen. Di kandang karantina juga cuma bisa diam di bawah. Tapi sekarang sudah mau naik ke atas. Artinya sudah lebih baik keadaannya," ujarnya.
Rudi mengaku pesimistis Bebi bisa dilepasliarkan dengan keadaan buta. Di alam Bebi akan sulit mencari makanan karena kondisinya itu.
Luka yang dialami Bebi kemungkinan akibat pertarungan dengan hewan lain. Kebutaan Bebi pun dipastikan tak bisa disembuhkan.
"Kalau ditembak lubangnya beda, ini sepertinya akibat perkelahian. Bisa bertahan dengan kondisi buta saja itu sudah bagus. Jadi sudah tak mungkin dilepaskan lagi," ucapnya.
Menurut Rudi, pihaknya masih harus terus memberikan perawatan kepada Bebi, terutama untuk menambah berat badannya. "Kondisi tubuh Bebi masih sangat kecil bila dibandingkan dengan yang seusianya," imbuhnya.
Macan tutul muda ini juga selalu diberi vitamin dan antibiotik untuk pengobatan lukanya. Dari pemeriksaan medis, luka di kepala kiri tersebut telah merembet ke saraf mata.
"Dia jadi tidak bisa makan karena tak bisa melihat. Penglihatan itu kan menunjang. Meski ada kumis sebagai radar tetap saja butuh penglihatan untuk makan," tandasnya.
Macan betina yang diberi nama Bebi ini diamankan dari Blok Cigondok Dusun Kersamenak RT 17/6, Desa Pamokolan, Kecamatan Cihaurbeuti tersebut dirawat intensif di ruangan karantina.
Kini, Bebi sangat kesulitan untuk makan. Terlebih kedua mata Bebi buta akibat luka di bagian kepala sebelah kiri. Luka yang dialaminya cukup parah, karena terdapat lubang di samping mata sebelah kiri. Jika ingin mencari makanan, Bebi hanya bisa memakai indra pendengarannya.
"Pas pertama kali datang ke sini kondisinya sangat memprihatinkan. Badannya sangat kecil ditambah luka di bagian kepala. Dikasih makan juga sulit awalnya," kata Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudi Arifin.
Rudi menambahkan, Bebi mendapat perawatan berupa infus selama dua hari. Hewan ini mengalami dehidrasi berat karena sulit mencari makan dan minum dengan kondisi mata yang buta.
"Awal datang itu kemungkinan hidupnya hanya 20 persen. Di kandang karantina juga cuma bisa diam di bawah. Tapi sekarang sudah mau naik ke atas. Artinya sudah lebih baik keadaannya," ujarnya.
Rudi mengaku pesimistis Bebi bisa dilepasliarkan dengan keadaan buta. Di alam Bebi akan sulit mencari makanan karena kondisinya itu.
Luka yang dialami Bebi kemungkinan akibat pertarungan dengan hewan lain. Kebutaan Bebi pun dipastikan tak bisa disembuhkan.
"Kalau ditembak lubangnya beda, ini sepertinya akibat perkelahian. Bisa bertahan dengan kondisi buta saja itu sudah bagus. Jadi sudah tak mungkin dilepaskan lagi," ucapnya.
Menurut Rudi, pihaknya masih harus terus memberikan perawatan kepada Bebi, terutama untuk menambah berat badannya. "Kondisi tubuh Bebi masih sangat kecil bila dibandingkan dengan yang seusianya," imbuhnya.
Macan tutul muda ini juga selalu diberi vitamin dan antibiotik untuk pengobatan lukanya. Dari pemeriksaan medis, luka di kepala kiri tersebut telah merembet ke saraf mata.
"Dia jadi tidak bisa makan karena tak bisa melihat. Penglihatan itu kan menunjang. Meski ada kumis sebagai radar tetap saja butuh penglihatan untuk makan," tandasnya.
(zik)