Kisah Penyergapan Pasukan Kadet Soewoko terhadap Belanda di Lamongan

Jum'at, 06 November 2015 - 05:00 WIB
Kisah Penyergapan Pasukan...
Kisah Penyergapan Pasukan Kadet Soewoko terhadap Belanda di Lamongan
A A A
Kadet Soewoko lahir di Desa Lumbungsari, Krebet Malang 1928. Namanya memang tak sepopuler Bung Tomo yang merupakan pahlawan Surabaya.

Namun keberaniannya dalam melawan pasukan Belanda di Lamongan cukup membuat banyak orang kagum dan terinspirasi. Kisah heroik Kadet Soewoko melawan Belanda bermula saat pasukannya tiba di Desa Laren.

Setelah lima hari di sana, saat beristirahat di sebuah Langgar (Musala), mereka mendengar berita dari para penduduk, bahwa ada sebuah truk Power Wagon yang dikendarai oleh tujuh serdadu Belanda terperosok ke dalam parit di jalan dekat Desa Parengan.

Mendengar berita tersebut, Kadet Soewoko berserta pasukannya bersiap untuk melakukan serangan.

Sayangnya, mereka yang berjumlah delapan orang harus ditinggal satu karena persediaan senjata hanya ada tujuh buah. Dan yang ditinggal saat itu adalah Soemarto.

Menjelang siang hari itu, pasukan Kadet Soewoko bergegas mendekati parit tempat truk serdadu Belanda terperosok.

Karena Desa Parengan dan Desa Laren dipisahkan oleh Bengawan Solo, mereka harus menaiki perahu sebab saat itu belum dibangun jembatan seperti sekarang.

Dari jarak jauh sebenarnya serdadu Belanda sudah terlihat. Namun untuk mendapatkan jarak tembak yang ideal, mereka sepakat untuk lebih mendekat dan berencana akan menyerang dengan tembakan salvo.

Saat sudah cukup dekat, kira-kira 100 meter, Kadet Soewoko dan pasukannya yang berlindung di gundukan tanah bersiap melaksanakan rencana mereka.

Namun celakannya, saat itu telah datang truk Power Wagon serdadu Belanda lain yang akan membantu menarik truk yang terperosok tadi.

Maklum, tujuh serdadu Belanda dan beberapa penduduk setempat yang dipaksa untuk menarik truk tidak mampu menarik keluar dari parit.

Saat itu bukan tujuh lagi serdadu Belanda yang harus dihadapi oleh pasukan Kadet Soewoko, melainkan berjumlah tiga puluh tujuh orang.

Meski begitu, pasukan Kadet Soewoko tidak berinisiatif untuk mundur. Mereka masih menunggu saat truk yang terperosok ditarik oleh truk lainnya. Dan dengan lantang Kadet Soewoko memberi aba-aba pasukannya untuk menyerang.

Serdadu Belanda tidak sedikit yang terjungkal terterkena tembakan. Awalnya mereka yang terkejut hanya bisa diam.

Namun karena kesigapannya, tak lama setelah itu serdadu Belanda berbalik menyerang. Bahkan mereka berhasil mengepung pasukan Kadet Soewoko dari samping dan belakang.

Hari sudah mulai gelap, jarak sekitar 10 meter ke depan saja sudah tidak terlihat. Karena sudah terdesak dan merasa mundur pun sia-sia, Kadet Soewoko menginstruksikan pasukannya untuk menerobos dan berlari menembus pasukan Belanda. "Terobos, dan lari menuju Desa Gumantuk," begitu instruksi yang diberikan Kadet Soewoko.

Dua dari mereka berhasil lolos, satu berpura-pura mati, sedangkan Kadet Soewoko sendiri harus terkapar setelah kedua lengannya tertembus peluru serdadu Belanda.

Beberapa serdadu mendekatinya dan menanyakan namanya. Anehnya, tidak tahu apa yang ada di pikiran Kadet Soewoko, dia menjawab Soewignyo. Dimana Soewignyo sendiri sebenarnya nama dari kepala staf KDM.

Tentara Belanda ingin membawa Kadet Soewoko ke markas mereka di Sukodadi. Sukodadi merupakan nama sebuah desa/kecamatan yang terletak di sebelah barat Kota Lamongan.

Namun Kadet Soewoko menolak untuk menyerah, hingga akhirnya Belanda menembak pipinya. Pemuda itu pun gugur bersama tiga prajuritnya.

Untuk mengenang keberanian serta perjuangannya di makam Kadet Soowoko bersama tiga prajuritnya yakni Soekaeri, Widodo dan Lasiban di Desa Gumantuk, dibangun sebuah tugu sebagai bentuk berdukanya masyarakat Lamongan.

Karena dianggap mati syahid, mereka dikubur dengan pakaian yang mereka pakai, tanpa dimandikan. Tugu ini terletak di perempatan kecil yang menghubungkan Desa Gumantuk dan Desa Kanugrahan dari arah utara dan selatan.

Tugu yang terletak sekitar 0,5 km sebelah timur perempatan Desa Dempel, dan 10 km sebelah barat pertigaan Desa Sumberwudi ini berbentuk persegi yang memiliki tinggi kurang lebih 3 meter dan dikelilingi rumput liar.

Di Kota Lamongan, kita juga bisa melihat patung Kadet Soewoko. Patung setinggi 4 meter bercat abu-abu ini memperlihatkan Kadet Soewoko berdiri gagah dengan memegang senjata api.

Kita dapat kapan saja datang dan melihat patung ini, karena patung yang terletak di Jalan Raya Lamongan -Surabaya ini, dapat dilihat dari jalan raya.

letaknya sekitar 500 meter dari pertigaan bundaran Lamongan, di sebelah timur jalan. Tepat di sebelah barat patung ini juga ada sebuah jalan kecil bernama Jalan Kadet Soewoko.

Bagi Anda pengemar sepakbola Indonesia, khususnya suporter Persela Lamongan, tentu tidak asing dengan logo bergambar orang memakai blangkon sembari menunjukkan jarinya ke atas.

Juga bagi suporter tim Persebaya Surabaya, pasti tahu logo orang dengan ekspresi garang yang menggunakan ikat kepala berwarna hijau.

Gambar kedua orang itu terinspirasi dari Kadet Soewoko. Maka tidak berlebihan jika pahlawan lokal yang satu ini sangat menginspirasi.

Sumber:

lamonganoke.wordpress
lamongankab.go.id
diolah dari berbagai sumber

(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7180 seconds (0.1#10.140)