Kinanti Sekar Rahina, Tularkan Ilmu Tari
A
A
A
YOGYAKARTA - Mendalami ilmu tari tidak sekadar pelengkap dalam mengembangkan kemampuan sebagai penari. Tapi juga menjadi sebuah harapan untuk menularkan ilmu tersebut kepada khalayak luas. Itu yang menjadi keinginan dasar bagi seorang Kinanti Sekar Rahina, terutama saat mendirikan Sanggar Seni Kinanti Sekar.
"(Mulanya ingin) beri ruang untuk belajar kebudayaan, supaya semakin senang dengan kesenian. Dengan adanya sanggar maka semakin banyak anak suka dengan kesenian, semakin mereka hidup bahagia. Seni itu bisa menjadi obat gelisah, sedih, frustrasi, makanya itu saya (terlihat) bahagia terus," ujarnya kepada wartawan di sela-sela konferensi pers launching Sanggar Seni Kinanti Sekar di Yogyakarta, Rabu (4/11/2015).
Dengan kemampuan yang dimiliki, Sekar begitu sapaan akrabnya, ingin mengajarkan tentang beragam dasar tarian yang dikuasainya kepada anak-anak maupun orang dewasa. Tentu saja lewat cara itu, secara tidak langsung turut mempopulerkan tarian, terutama tarian tradisi yang kini jarang diminati anak muda.
"Saya pelajari semua, awalnya basic balet. Tapi mulai tertarik dengan kesenian tradisional dan klasik setelah sempat cicipi waktu SMA, jadi ingin pelajari terus dan tidak ingin hilang. Kalau menarinya sendiri sejak usia lima tahun," jelas Sekar yang juga lulusan S1 Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Meski telah menguasai beberapa tarian tradisi seperti Puji Astuti, Nawung Sekar, Golek Ayun-Ayun, Golek Bowo Rogo, Srimpi, dan Srikandi Surodewati, tidak menjadikan dirinya berhenti begitu saja. Bagi wanita kelahiran 26 Juli 1989 ini, proses pembelajaran masih akan terus berlangsung, meski sudah mahir.
Bahkan, tidak jarang pula, tarian-tarian itu dikombinasikan olehnya dan menghasilkan suatu karya tarian baru. Misal, dia memadukan balet dengan tarian tradisi.
"Sudah pernah buat karya dengan move balet dan gerakan tarian Jawa. Nama karyanya tari garapan Nitipraja, (yang menceritakan) tentang kepemimpinan bagaimana menjadi pemimpin yang baik," kata putri tunggal pasangan Jemek Supardi dan Threeda Mayrayanti ini.
Kemampuan menari itu, menurutnya, akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan menjadi pendidik, penari, serta koreografer. Bahkan, bukan tidak mungkin dilakukan dengan lintas disiplin, seperti bidang teater yang juga ditekuni Sekar selama ini.
Karena kepiawaiannya, istri dari Bagas Aga itu menyabet penghargaan sebagai pemain putri terbaik di Festival Teater Jogja (FTJ) 2015 belum lama ini.
"(Mulanya ingin) beri ruang untuk belajar kebudayaan, supaya semakin senang dengan kesenian. Dengan adanya sanggar maka semakin banyak anak suka dengan kesenian, semakin mereka hidup bahagia. Seni itu bisa menjadi obat gelisah, sedih, frustrasi, makanya itu saya (terlihat) bahagia terus," ujarnya kepada wartawan di sela-sela konferensi pers launching Sanggar Seni Kinanti Sekar di Yogyakarta, Rabu (4/11/2015).
Dengan kemampuan yang dimiliki, Sekar begitu sapaan akrabnya, ingin mengajarkan tentang beragam dasar tarian yang dikuasainya kepada anak-anak maupun orang dewasa. Tentu saja lewat cara itu, secara tidak langsung turut mempopulerkan tarian, terutama tarian tradisi yang kini jarang diminati anak muda.
"Saya pelajari semua, awalnya basic balet. Tapi mulai tertarik dengan kesenian tradisional dan klasik setelah sempat cicipi waktu SMA, jadi ingin pelajari terus dan tidak ingin hilang. Kalau menarinya sendiri sejak usia lima tahun," jelas Sekar yang juga lulusan S1 Jurusan Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Meski telah menguasai beberapa tarian tradisi seperti Puji Astuti, Nawung Sekar, Golek Ayun-Ayun, Golek Bowo Rogo, Srimpi, dan Srikandi Surodewati, tidak menjadikan dirinya berhenti begitu saja. Bagi wanita kelahiran 26 Juli 1989 ini, proses pembelajaran masih akan terus berlangsung, meski sudah mahir.
Bahkan, tidak jarang pula, tarian-tarian itu dikombinasikan olehnya dan menghasilkan suatu karya tarian baru. Misal, dia memadukan balet dengan tarian tradisi.
"Sudah pernah buat karya dengan move balet dan gerakan tarian Jawa. Nama karyanya tari garapan Nitipraja, (yang menceritakan) tentang kepemimpinan bagaimana menjadi pemimpin yang baik," kata putri tunggal pasangan Jemek Supardi dan Threeda Mayrayanti ini.
Kemampuan menari itu, menurutnya, akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan menjadi pendidik, penari, serta koreografer. Bahkan, bukan tidak mungkin dilakukan dengan lintas disiplin, seperti bidang teater yang juga ditekuni Sekar selama ini.
Karena kepiawaiannya, istri dari Bagas Aga itu menyabet penghargaan sebagai pemain putri terbaik di Festival Teater Jogja (FTJ) 2015 belum lama ini.
(zik)