Berburu Harta Karun, Sawah Joho Kembali Digali Warga
A
A
A
SUKOHARJO - Lahan sawah di perbatasan Kelurahan Joho dan Mandan, Sukoharjo kembali digali para pemburu harta karun. Mereka berharap di musim kemarau ini bisa menemukan harta benda berupa emas, mutiara, keris, gerabah, dan juga tulang di lokasi yang disebut-sebut bekas makam Buddha.
"Sudah ada beberapa titik penggalian yang terlihat. Tapi, jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu," jelas warga Joho Baru, Bimo Kokor Wijanarko, Selasa (3/11/2015).
Menurut Kokor, penggalian lahan sawah tersebut dilakukan setiap musim kemarau sehabis panen. Sehingga, lahan sawah sudah dalam keadaan kosong.
Para penggali biasanya menyewa pada pemilik lahan untuk melakukan penggalian. Selama ini, belum ada upaya dari dinas terkait untuk melarang penggalian di lokasi tersebut.
Dia juga mengatakan, aktivitas penggalian saat ini memang belum seramai musim kemarau tahun lalu. Namun, upaya penggalian sudah terlihat.
Pasalnya, di lokasi sudah terlihat bekas-bekas galian di sejumlah titik. Hanya saja, belum ada informasi jika penggali sudah menemukan harta karun selama penggalian.
Salah satu pemilik lahan sawah Harto Mariman (72) mengakui adanya penggalian lahan sawah tersebut. Menurutnya, para penggali ada yang berasal dari luar daerah dan ada juga yang berasal dari lokal Sukoharjo.
Harto mengaku, saat ini belum ada temuan apapun dari upaya penggalian yang dilakukan. "Kalau tahun ini belum ada yang menemukan harta. Baru mencari-cari lokasi yang pas," ujarnya.
Harto juga mengatakan, kondisi berbeda saat penggalian tahun lalu dimana para penggali banyak menemukan harta berupa perhiasan seperti emas, mote mutiara, gerabah, dan lainnya.
Meski penggali mencari harta, para penggali tidak berani mengambil sesuatu dari lokasi seperti tulang, besi, "lemper", dan juga keranda.
Saat penggalian masih ramai, ujarnya, lahan sawah milik warga pun disewa hingga Rp3 juta. Meski sudah menyewa, belum tentu penggali mendapatkan harta sesuai yang diharapkan.
"Saat penggalian dilakukan, warga banyak yang menyaksikan," ujarnya. Harto sendiri juga mengaku melihat sendiri ketika penggali mendapatkan harta. Bahkan, dirinya juga pernah melihat penggali menemukan dua peti mati menyerupai lesung.
Namun, penggali tidak berani mengambilnya. "Katanya, di lokasi sawah ini merupakan bekas makam kuno," tukasnya.Dari apa yang dia saksikan di lokasi, lanjut Harto, kedalaman penggalian tidak terlalu dalam karena hanya sekitar 30 cm.
Biasanya, penggali mencoba menggali sedalam 30 cm dan melihat struktur tanahnya. Jika struktur tanahnya mengindikasikan ada harta dibawahnya, barulah penggalian dilanjutkan.
Tapi, jika penggali tidak menemukan tanda-tanda, barulah titik penggalian berpindah. "Saya pernah tanya tanda-tandanya, tapi hanya dijawab jika titik penggalian ngawur saja. Tahun ini yang datang menggali warga Celep, Nguter, Sukoharjo," kata warga Gronong RT 1/5, Kelurahan Mandan, Sukoharjo tersebut.
Sebelumnya, perlu diketahui, lokasi penggalian di perbatasan Kelurahan Joho-Mandan tersebut pernah diteliti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
Dalam penelitian tersebut, ada temuan fosil Homo Sapien dan dinas terkait diminta untuk menindaklanjuti. Selain itu, BPCB juga mengarahkan agar lokasi diselamatkan dan dilindungi. Hanya saja, dari pantauan di lokasi belum ada papan larangan penggalian dari dinas terkait.
"Sudah ada beberapa titik penggalian yang terlihat. Tapi, jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu," jelas warga Joho Baru, Bimo Kokor Wijanarko, Selasa (3/11/2015).
Menurut Kokor, penggalian lahan sawah tersebut dilakukan setiap musim kemarau sehabis panen. Sehingga, lahan sawah sudah dalam keadaan kosong.
Para penggali biasanya menyewa pada pemilik lahan untuk melakukan penggalian. Selama ini, belum ada upaya dari dinas terkait untuk melarang penggalian di lokasi tersebut.
Dia juga mengatakan, aktivitas penggalian saat ini memang belum seramai musim kemarau tahun lalu. Namun, upaya penggalian sudah terlihat.
Pasalnya, di lokasi sudah terlihat bekas-bekas galian di sejumlah titik. Hanya saja, belum ada informasi jika penggali sudah menemukan harta karun selama penggalian.
Salah satu pemilik lahan sawah Harto Mariman (72) mengakui adanya penggalian lahan sawah tersebut. Menurutnya, para penggali ada yang berasal dari luar daerah dan ada juga yang berasal dari lokal Sukoharjo.
Harto mengaku, saat ini belum ada temuan apapun dari upaya penggalian yang dilakukan. "Kalau tahun ini belum ada yang menemukan harta. Baru mencari-cari lokasi yang pas," ujarnya.
Harto juga mengatakan, kondisi berbeda saat penggalian tahun lalu dimana para penggali banyak menemukan harta berupa perhiasan seperti emas, mote mutiara, gerabah, dan lainnya.
Meski penggali mencari harta, para penggali tidak berani mengambil sesuatu dari lokasi seperti tulang, besi, "lemper", dan juga keranda.
Saat penggalian masih ramai, ujarnya, lahan sawah milik warga pun disewa hingga Rp3 juta. Meski sudah menyewa, belum tentu penggali mendapatkan harta sesuai yang diharapkan.
"Saat penggalian dilakukan, warga banyak yang menyaksikan," ujarnya. Harto sendiri juga mengaku melihat sendiri ketika penggali mendapatkan harta. Bahkan, dirinya juga pernah melihat penggali menemukan dua peti mati menyerupai lesung.
Namun, penggali tidak berani mengambilnya. "Katanya, di lokasi sawah ini merupakan bekas makam kuno," tukasnya.Dari apa yang dia saksikan di lokasi, lanjut Harto, kedalaman penggalian tidak terlalu dalam karena hanya sekitar 30 cm.
Biasanya, penggali mencoba menggali sedalam 30 cm dan melihat struktur tanahnya. Jika struktur tanahnya mengindikasikan ada harta dibawahnya, barulah penggalian dilanjutkan.
Tapi, jika penggali tidak menemukan tanda-tanda, barulah titik penggalian berpindah. "Saya pernah tanya tanda-tandanya, tapi hanya dijawab jika titik penggalian ngawur saja. Tahun ini yang datang menggali warga Celep, Nguter, Sukoharjo," kata warga Gronong RT 1/5, Kelurahan Mandan, Sukoharjo tersebut.
Sebelumnya, perlu diketahui, lokasi penggalian di perbatasan Kelurahan Joho-Mandan tersebut pernah diteliti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
Dalam penelitian tersebut, ada temuan fosil Homo Sapien dan dinas terkait diminta untuk menindaklanjuti. Selain itu, BPCB juga mengarahkan agar lokasi diselamatkan dan dilindungi. Hanya saja, dari pantauan di lokasi belum ada papan larangan penggalian dari dinas terkait.
(sms)