Kisah Nenek Onah Merawat Cucunya yang Lumpuh
A
A
A
BANDUNG - Seorang nenek di Bandung, Jawa Barat, Onah (77), merawat cucunya, Firni (4) yang lumpuh dan tak bisa berkomunikasi. Seperti apa kisahnya?
Sejak tahun 80-an, Onah tinggal di sebuah gubuk di Blok Tempe, RT 02/ RW 01, Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Gubuk yang dibangun dengan bilik berukuran 2x2 meter itu ditempatinya bersama anak angkat dankeluarganya.
Sayangnya, anak angkat Onah, Asep (28) dan istrinya Icca (23) kerap meninggalkan Onah bersama anak mereka, Firni di dalam gubuk tanpa meninggalkan apa pun. Onah yang sudah renta dan berjalan tertatih pun harus mengurus cucu semata wayangnya yang hingga kini lumpuh dan tak mampu berkomunikasi.
Di dalam gubuk kecil itu terdapat beberapa kasur tipis yang rata-rata sudah robek yang ia tumpuk agar terasa lebih nyaman untuk tidur. Di ruangan itulah, Onah bersama tiga orang lainnya tidur.
Kondisinya sangat berantakan. Di sisi bagian dalam, ada jemuran pakaian. Selain itu, tak ada lemari di ruangan itu pun membuat pakaian-pakaian nampak bertumpuk dan tercecer di mana-mana. Sampai-sampai, lubang bilik yang bolong pun digunakan untuk menggantung baju.
Selain untuk tidur, di ruangan itu pula Onah melakukan berbagai aktivitas dari mulai makan bahkan hingga memasak. Saat membuka pintu, di belakang pintu terdapat sebuah kompor minyak kecil dan beberapa tumpukan piring. Onah mengaku kalau ada bahan masakan ia memasak di dalam ruangan itu.
"Emak mah sudah dari dulu tinggal di sini. Gak punya anak, tapi ngangkat anak kakak yang kebetulan orangtuanya meninggal, namanya Asep. Udah dari bayi," tuturnya terbata-bata.
Di tengah keterbatasan pun, Onah tak hentinya mengurus cucunya, Firni. Menurutnya, bapak dan ibunya Firni selalu pergi sejak pagi buta hingga tengah malam. Bahkan, pertumbuhan Firni jauh dari normal anak seusianya. Ia hanya tergeletak tak berdaya dan tak mampu bicara.
"Emak pengen lihat cucu emak lari-lari kayak anak lain. Pengen bisa ketawa dan ngobrol. Cuma Firni duduk aja gak bisa. Emak cuma bisa nyuapin makan aja," ujarnya sambil menerawang.
Ketua RW 01, tempat Onah tinggal, Dedih Hermawan menyebutkan, dahulu suami Onah adalah tukang becak. Onah tinggal bersama anak angkatnya yang bekerja serabutan. "Sering ditinggal anaknya, kalau sehari-hari warga sini juga sering mengirim makanan," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bandung Andri Mochamad sudah berkomunikasi dengan kedua orangtua Firni, agar memperbolehkan Firni dan Emak Onah dievakuasi ke tempat yang lebih layak.
"Awalnya orangtuanya tidak memperbolehkan. Alasannya pun tidak jelas. Namun kami ingatkan jika tidak diperbolehkan, maka kami bisa saja pidanakan. Ini sudah melanggar hak anak yang jelas aturannya ada di UU Perlindungan Anak."
Sejak tahun 80-an, Onah tinggal di sebuah gubuk di Blok Tempe, RT 02/ RW 01, Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Gubuk yang dibangun dengan bilik berukuran 2x2 meter itu ditempatinya bersama anak angkat dankeluarganya.
Sayangnya, anak angkat Onah, Asep (28) dan istrinya Icca (23) kerap meninggalkan Onah bersama anak mereka, Firni di dalam gubuk tanpa meninggalkan apa pun. Onah yang sudah renta dan berjalan tertatih pun harus mengurus cucu semata wayangnya yang hingga kini lumpuh dan tak mampu berkomunikasi.
Di dalam gubuk kecil itu terdapat beberapa kasur tipis yang rata-rata sudah robek yang ia tumpuk agar terasa lebih nyaman untuk tidur. Di ruangan itulah, Onah bersama tiga orang lainnya tidur.
Kondisinya sangat berantakan. Di sisi bagian dalam, ada jemuran pakaian. Selain itu, tak ada lemari di ruangan itu pun membuat pakaian-pakaian nampak bertumpuk dan tercecer di mana-mana. Sampai-sampai, lubang bilik yang bolong pun digunakan untuk menggantung baju.
Selain untuk tidur, di ruangan itu pula Onah melakukan berbagai aktivitas dari mulai makan bahkan hingga memasak. Saat membuka pintu, di belakang pintu terdapat sebuah kompor minyak kecil dan beberapa tumpukan piring. Onah mengaku kalau ada bahan masakan ia memasak di dalam ruangan itu.
"Emak mah sudah dari dulu tinggal di sini. Gak punya anak, tapi ngangkat anak kakak yang kebetulan orangtuanya meninggal, namanya Asep. Udah dari bayi," tuturnya terbata-bata.
Di tengah keterbatasan pun, Onah tak hentinya mengurus cucunya, Firni. Menurutnya, bapak dan ibunya Firni selalu pergi sejak pagi buta hingga tengah malam. Bahkan, pertumbuhan Firni jauh dari normal anak seusianya. Ia hanya tergeletak tak berdaya dan tak mampu bicara.
"Emak pengen lihat cucu emak lari-lari kayak anak lain. Pengen bisa ketawa dan ngobrol. Cuma Firni duduk aja gak bisa. Emak cuma bisa nyuapin makan aja," ujarnya sambil menerawang.
Ketua RW 01, tempat Onah tinggal, Dedih Hermawan menyebutkan, dahulu suami Onah adalah tukang becak. Onah tinggal bersama anak angkatnya yang bekerja serabutan. "Sering ditinggal anaknya, kalau sehari-hari warga sini juga sering mengirim makanan," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bandung Andri Mochamad sudah berkomunikasi dengan kedua orangtua Firni, agar memperbolehkan Firni dan Emak Onah dievakuasi ke tempat yang lebih layak.
"Awalnya orangtuanya tidak memperbolehkan. Alasannya pun tidak jelas. Namun kami ingatkan jika tidak diperbolehkan, maka kami bisa saja pidanakan. Ini sudah melanggar hak anak yang jelas aturannya ada di UU Perlindungan Anak."
(zik)