Hilang 1 Bulan, Siswi Ponpes di Tapsel Dijual di Balige
A
A
A
SIPIROK - Mardia Siregar (18) siswi Ponpes Syahfuddin Mustafa Nauli, Kecamatan Ulu Siapas, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta), yang hilang 1 bulan lebih ternyata diculik dan dijual ke Balige.
Motif ini terungkap setelah Mardia ditemukan kedua orangtuanya di Balige, Kabupaten Samosir. Hamron, ayah Mardia menuturkan keterangan anaknya bahwa, dia diculik ketika sedang berbelanja di Pasar Aek Gondang, tidak jauh dari sekolahnya.
Ketika dia sedang memilih belanja, tiba-tiba di sampingnya ada perempuan yang mengaku sudah memilih terlebih dahulu barang yang hendak dibeli.
Mendengar pengakuan perempuan itu, dia langsung memberikan barang yang sudah dipilih tersebut. Selanjutnya, dia mengambil barang yang lain.
Namun, perempuan yang berpakaian serba ketat tersebut juga mengaku sudah memilikinya terlebih dahulu. Setelah perempuan tersebut membayar kedua barang itu, pelaku memukul pundak anak Mardia.
“Setelah memukul pundak anak saya, dia langsung mengajaknya ke mobil dan dibawa ke Taruturng, Kabupaten Tapanuli Utara,” tutur Hamron, ketika ditemui di Mapolres Tapsel, Selasa (27/10/2015).
Hamron mengatakan, setelah sampai di Tarutung, Mardia diajak makan bersama dengan lima anak lain yang sebaya dengannya.
Selanjutnya, Mardia meminta izin untuk salat, namun perempuan itu melarang, dengan alasan agama yang dianut Mardia tidak benar. Setelah itu, dia bersama dengan lima rekannya dibawa ke Balige.
Sesampainya di Balige, Mardia diserahkan kepada seorang laki-laki yang belum diketahaui identitasnya. Laki-laki tersebut rencanannya akan membawa Mardia dengan mengendarai sepeda motor.
”Setelah naik ke sepeda motor, laki-laki itu mengaku telah membeli Mardia seharga Rp5 juta dari perempuan yang membawanya itu,” tutur Hamron.
Mendengar ucapan laki-laki itu, Mardia langsung melompat dari sepeda motor dan lari ke rumah seorang penjual emas bermarga Siregar.
Selanjutnya, Mardia minta izin untuk sembunyi di rumah itu. Mengetahui Mardia sembunyi di rumah tersebut, laki-laki itu datang, namun dia tidak berani masuk.
”Akhirnya, laki-laki itu pergi karena sudah terlalu lama menunggu,” tambah Hamron. Selanjutnya, Mardia langsung bekerja di tempat laki-laki tersebut.
Beberapa hari yang lalu, pemilik toko emas tersebut menghubungi orang tua Mardia yang tinggal di Desa Suka Damai, Kecamatan Ulu Siapas, Kab Paluta.
“Beruntung, ketika diperiksa tas Mardia, ternyata ada kartu telepon seluler milik seorang saudaranya dan pemilik rumah langsung menghubungi kami,” kata Hamron.
Hamron meminta kepada polisi agar mengungkap jaringan penjualan anak tersebut. Sebab, masih ada lima orang anak lainnya yang dibawa pergi.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Jamal Purba mengakui, Mardia sudah ditemukan. Sebelumnya anak ke-4 dari 5 bersaudara ini dinyatakan hilang.
“Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa Mardia sudah ditemukan di daerah Balige,” tuturnya ketika dihubungi melalui telepon selulernya.
Sekedar mengingatkan, Mardia Siregar dinyatakan hilang pada 30 Agustus. Saat itu, dia berniat untuk pergi ke sekolahnya.
Motif ini terungkap setelah Mardia ditemukan kedua orangtuanya di Balige, Kabupaten Samosir. Hamron, ayah Mardia menuturkan keterangan anaknya bahwa, dia diculik ketika sedang berbelanja di Pasar Aek Gondang, tidak jauh dari sekolahnya.
Ketika dia sedang memilih belanja, tiba-tiba di sampingnya ada perempuan yang mengaku sudah memilih terlebih dahulu barang yang hendak dibeli.
Mendengar pengakuan perempuan itu, dia langsung memberikan barang yang sudah dipilih tersebut. Selanjutnya, dia mengambil barang yang lain.
Namun, perempuan yang berpakaian serba ketat tersebut juga mengaku sudah memilikinya terlebih dahulu. Setelah perempuan tersebut membayar kedua barang itu, pelaku memukul pundak anak Mardia.
“Setelah memukul pundak anak saya, dia langsung mengajaknya ke mobil dan dibawa ke Taruturng, Kabupaten Tapanuli Utara,” tutur Hamron, ketika ditemui di Mapolres Tapsel, Selasa (27/10/2015).
Hamron mengatakan, setelah sampai di Tarutung, Mardia diajak makan bersama dengan lima anak lain yang sebaya dengannya.
Selanjutnya, Mardia meminta izin untuk salat, namun perempuan itu melarang, dengan alasan agama yang dianut Mardia tidak benar. Setelah itu, dia bersama dengan lima rekannya dibawa ke Balige.
Sesampainya di Balige, Mardia diserahkan kepada seorang laki-laki yang belum diketahaui identitasnya. Laki-laki tersebut rencanannya akan membawa Mardia dengan mengendarai sepeda motor.
”Setelah naik ke sepeda motor, laki-laki itu mengaku telah membeli Mardia seharga Rp5 juta dari perempuan yang membawanya itu,” tutur Hamron.
Mendengar ucapan laki-laki itu, Mardia langsung melompat dari sepeda motor dan lari ke rumah seorang penjual emas bermarga Siregar.
Selanjutnya, Mardia minta izin untuk sembunyi di rumah itu. Mengetahui Mardia sembunyi di rumah tersebut, laki-laki itu datang, namun dia tidak berani masuk.
”Akhirnya, laki-laki itu pergi karena sudah terlalu lama menunggu,” tambah Hamron. Selanjutnya, Mardia langsung bekerja di tempat laki-laki tersebut.
Beberapa hari yang lalu, pemilik toko emas tersebut menghubungi orang tua Mardia yang tinggal di Desa Suka Damai, Kecamatan Ulu Siapas, Kab Paluta.
“Beruntung, ketika diperiksa tas Mardia, ternyata ada kartu telepon seluler milik seorang saudaranya dan pemilik rumah langsung menghubungi kami,” kata Hamron.
Hamron meminta kepada polisi agar mengungkap jaringan penjualan anak tersebut. Sebab, masih ada lima orang anak lainnya yang dibawa pergi.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Jamal Purba mengakui, Mardia sudah ditemukan. Sebelumnya anak ke-4 dari 5 bersaudara ini dinyatakan hilang.
“Saya baru saja mendapatkan informasi bahwa Mardia sudah ditemukan di daerah Balige,” tuturnya ketika dihubungi melalui telepon selulernya.
Sekedar mengingatkan, Mardia Siregar dinyatakan hilang pada 30 Agustus. Saat itu, dia berniat untuk pergi ke sekolahnya.
(sms)