Perusahaan Batubara di Bengkulu Pecat Ratusan Karyawan
A
A
A
BENGKULU - Perusahaan Inti Bara Perdana (IBP) di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) memecat sebanyak 125 orang karyawannya.
Direktur PT IBP Sutarman menerangkan, pemecatan terpaksa dilakukan perusahaan yang bergerak dipenambangan batu bara itu karena terpuruknya harga batu bara saat ini.
"Dampak anjloknya harga batubara sangat terasa, apalagi semakin hari harga semakin turun. Supaya perusahaan ini tetap berjalan, kami harus melakukan efisiensi dan salah satu memberhentikan sebagian pekerja," ujar Sutarman di kantor Gubernur Bengkulu, Jum'at (2/10/2015).
Menurut Sutarman, total pekerja di perusahaan IPB sekitar 800 orang. Jumlah pekerja sebanyak itu tentu menyebabkan beban perusahaan tinggi, sementara harga batu bara terus anjlok.
Sehingga kebijakan memberhentikan 125 orang pekerja dinilai tepat. "Ini kami nilai langkah yang tepat," ujarnya.
Sutarman menyebutkan, pihaknya sama sekali tidak suka melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Karena itu bukanlah langkah yang baik.
Akan tetapi langkah yang tidak baik itu dinilai tepat, demi keberlangsungan perusahaan agar tidak terus merugi dan bisa tetap bertahan.
"Kami bisa katakan, perusahaan tambang lain juga pasti mengambil langkah yang sama. Informasi yang kami dengar, hampir seluruh perusahaan tambang pasti melakukan pemecatan, guna melakukan efisiensi," jelasnya.
Sejauh ini, lanjut Sutarman, pihaknya hanya bisa menimbun batubara hasil produksinya. Karena jika dijual, tetap saja tidak mampu untuk menutupi biaya operasional perusahaan.
"Jikapun ada yang dijual, itu hanya untuk jual modal supaya biaya operasional rutin perusahaan tetap dapat dibayar dan perusahaan tetap berjalan meski hanya sekedar mampu bertahan saja," tuturnya.
Ditambahkannya, pengusaha dari China yang selama ini membeli batu bara dari Indonesia tak terkecuali Bengkulu, mulai beralih membeli dari negara-negara di Afrika.
"Untuk batubara high calorie, dulu harga pertonnya bisa mencapai 60-70 ribu dolar. Namun sekarang hanya 55 ribu dolar setiap tonnya. Sementara batubara yang low calorie, saat ini sama sekali tidak menguntungkan dijual," pungkasnya.
Direktur PT IBP Sutarman menerangkan, pemecatan terpaksa dilakukan perusahaan yang bergerak dipenambangan batu bara itu karena terpuruknya harga batu bara saat ini.
"Dampak anjloknya harga batubara sangat terasa, apalagi semakin hari harga semakin turun. Supaya perusahaan ini tetap berjalan, kami harus melakukan efisiensi dan salah satu memberhentikan sebagian pekerja," ujar Sutarman di kantor Gubernur Bengkulu, Jum'at (2/10/2015).
Menurut Sutarman, total pekerja di perusahaan IPB sekitar 800 orang. Jumlah pekerja sebanyak itu tentu menyebabkan beban perusahaan tinggi, sementara harga batu bara terus anjlok.
Sehingga kebijakan memberhentikan 125 orang pekerja dinilai tepat. "Ini kami nilai langkah yang tepat," ujarnya.
Sutarman menyebutkan, pihaknya sama sekali tidak suka melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Karena itu bukanlah langkah yang baik.
Akan tetapi langkah yang tidak baik itu dinilai tepat, demi keberlangsungan perusahaan agar tidak terus merugi dan bisa tetap bertahan.
"Kami bisa katakan, perusahaan tambang lain juga pasti mengambil langkah yang sama. Informasi yang kami dengar, hampir seluruh perusahaan tambang pasti melakukan pemecatan, guna melakukan efisiensi," jelasnya.
Sejauh ini, lanjut Sutarman, pihaknya hanya bisa menimbun batubara hasil produksinya. Karena jika dijual, tetap saja tidak mampu untuk menutupi biaya operasional perusahaan.
"Jikapun ada yang dijual, itu hanya untuk jual modal supaya biaya operasional rutin perusahaan tetap dapat dibayar dan perusahaan tetap berjalan meski hanya sekedar mampu bertahan saja," tuturnya.
Ditambahkannya, pengusaha dari China yang selama ini membeli batu bara dari Indonesia tak terkecuali Bengkulu, mulai beralih membeli dari negara-negara di Afrika.
"Untuk batubara high calorie, dulu harga pertonnya bisa mencapai 60-70 ribu dolar. Namun sekarang hanya 55 ribu dolar setiap tonnya. Sementara batubara yang low calorie, saat ini sama sekali tidak menguntungkan dijual," pungkasnya.
(nag)