Pemprov Tak Serius Perjuangkan Danau Toba Jadi Geopark
A
A
A
TARUTUNG - Pemprov Sumut dinilai terkesan tidak serius dalam memperjuangkan Danau Toba sebagai bagian dari taman dunia (Geopark).
Bahkan dari hasil konfirmasi dengan warga yang bermukim di salah satu geo area, yakni area Sibandang di Kecamatan Muara, Tapanuli Utara (Taput) menunjukkan bahwa pemprov memang tidak serius dalam hal tersebut.
Salah satu warga London Simareamare (47) yang bermukim di Dusun IV Desa Sibandang mengatakan, dia hanya mengetahui bahwa Sinadang masuk sebagai bagian dari taman dunia.
Namun seperti apa proses pengusulan untuk masuk taman dunia tersebut dia tidak mengetahui lebih jauh. Dia memaparkan bahwa dalam hal pembenahan infrastruktur di kawasan mereka pun tidak ada yang berbeda sekalipun masuk sebagai salah satu kaldera.
“Kita mengetahui karena mendengar di Muara dan di Bakkara Humbahas. Namun seperti apa prosesnya kita tidak melihat, termasuk dari pembenahan infrastruktur,” jelasnya.
Warga lainnya yang berasal dari Pulau Sibandang, Marsikkat Naibaho (33) mengatakan hal yang sama. Lelaki yang saat ini bermukim di Dolok Sanggul tersebut meyakini bahwa masih banyak masyarakat di titik kaldera Sibandang sendiri yang tidak paham apa itu Geopark dan apa tujuannya.
Karena itu, dia berharap jika masih ada waktu untuk memperbaiki penundaan pengesahan Danau toba sebagai bagian dari Geopark maka ada baiknya pemerintah provinsi melakukan sosialisasi dan pembenahan yang menyeluruh.
Pasalnya sejumlah sarana dan prasaran di kawasan tersebut merupakan milik provinsi. “Contohnya saja, jalan menuju Muara merupakan jalan provinsi yang tidak pernah diperbaiki. Bagaimana masyarakat mengetahui itu sebagai kawasan taman dunia jika menuju kawasan itu sendiri harus dengan mempertaruhkan nyawa,” tandasnya.
Bahkan dari hasil konfirmasi dengan warga yang bermukim di salah satu geo area, yakni area Sibandang di Kecamatan Muara, Tapanuli Utara (Taput) menunjukkan bahwa pemprov memang tidak serius dalam hal tersebut.
Salah satu warga London Simareamare (47) yang bermukim di Dusun IV Desa Sibandang mengatakan, dia hanya mengetahui bahwa Sinadang masuk sebagai bagian dari taman dunia.
Namun seperti apa proses pengusulan untuk masuk taman dunia tersebut dia tidak mengetahui lebih jauh. Dia memaparkan bahwa dalam hal pembenahan infrastruktur di kawasan mereka pun tidak ada yang berbeda sekalipun masuk sebagai salah satu kaldera.
“Kita mengetahui karena mendengar di Muara dan di Bakkara Humbahas. Namun seperti apa prosesnya kita tidak melihat, termasuk dari pembenahan infrastruktur,” jelasnya.
Warga lainnya yang berasal dari Pulau Sibandang, Marsikkat Naibaho (33) mengatakan hal yang sama. Lelaki yang saat ini bermukim di Dolok Sanggul tersebut meyakini bahwa masih banyak masyarakat di titik kaldera Sibandang sendiri yang tidak paham apa itu Geopark dan apa tujuannya.
Karena itu, dia berharap jika masih ada waktu untuk memperbaiki penundaan pengesahan Danau toba sebagai bagian dari Geopark maka ada baiknya pemerintah provinsi melakukan sosialisasi dan pembenahan yang menyeluruh.
Pasalnya sejumlah sarana dan prasaran di kawasan tersebut merupakan milik provinsi. “Contohnya saja, jalan menuju Muara merupakan jalan provinsi yang tidak pernah diperbaiki. Bagaimana masyarakat mengetahui itu sebagai kawasan taman dunia jika menuju kawasan itu sendiri harus dengan mempertaruhkan nyawa,” tandasnya.
(sms)