Tim Arkeologi Unpad Temukan Altar Raja Galuh
A
A
A
CIAMIS - Tim arkeologi dan mahasiswa dari Universitas Padjadjaran (Unpad) tengah menelusuri keberadaan Keraton Suryawisesa di Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Saat ini, tim sedang meneliti batu yang diprediksi altar dan punden berundak.
Penemuan pertama atau sektor satu berada kurang lebih 20 meter dari pintu masuk Astena Gede, di sana terdapat susunan batu yang rapi, kemudian menyerupai altar karena ada tempat yang seperti untuk pemujaan.
Di kawasan itu juga terdapat susunan batu yang pada masanya merupakan benteng yang membatasi altar dengan wilyah lain.
Arkeolog utama Bandung Lutfi Yondri menjelaskan, pada masa terdahulu jika terdapat altar atau tempat pemujaan, maka di situ merupakaan alun-alun sebuah kerajaan.
"Ditambah lagi, di situ ada susunan batu yang menyerupai lantai yang menghadap kepada susunan batu mirip anak tangga. Kami menemukan ini pada kedalaman kurang lebih 30 cm," katanya, kepada wartawan, Minggu (13/9/2105).
Saat ini, pihaknya baru bisa memprediksi luas temuannya selebar enam meter persegi. Namun, dia merasa yakin jika altar yang ditemukannya itu memiliki luas dari yang telah ditemukannya saat ini.
"Kami juga menemukan pecahan keramik yang diprediksi untuk menyimpan persembahan yang disimpan di altar tersebut. Dengan adanya temuan ini, kami menyakini jika tempat ini merupakan altar tempat persembahan," bebernya.
Di sisi lain, pihaknya menemukan punden berundak yang berada tepat di atas Cikawali. Di sini, pihaknya baru menemukan dua undakan di kedalaman kurang lebih 20 centimeter sampai 25 cetimeter.
Aerkeolog Bandung Etty Saringendyanti menambahkan, pihaknya menyakini punden berundak itu adalah Sunialaya seperti yang diceritakan dalam sejarah.
"Punden berundak ini pada zamannya adalah tempat untuk bersemedi atau mensunyikan diri, karena dalam bahasa Sunda kuno Suni itu artinya adalah hening," katanya.
Dia melanjutkan, untuk menelusuri jejak Keraton Suryawisesa memang harus membongkar beberapa fasilitas Astana Gede yang sudah ada. Akan tetapi pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan mendapat respon positif.
"Untuk ekskavasi kali ini, kami akan berada di sini hingga lima hari kedepan. Setelah itu dilanjutkan pada Oktober 2015 mendatang," ucapnya.
Dalam melakukan ekskavasi, dia mengaku menemukan kendala dalam melakukan penggalian tanah. Musim panas membuat permukaan tanah menjadi sangat keras hingga menyulitkan penggalian. Kendala lainnya adalah waktu.
"Kami membagi ekskavasi ini ke dalam kebeberapa tahap. Target kami adalah menemukan keraton atau tempat tinggal Raja Galuh pada waktu itu, karena hingga saat ini belum bisa dibuktikan dengan adanya bukti ditempat," tutur Etty.
Dari Infomasi yang infomasi yang dihimpun eskavasi ini merupakan program dari Universitas Padjadjaran yang dipimpin oleh Nina Lubis. Berawal dari program ini diharapkan Astana Gede bisa menjadi labotarium sejarah dan budaya Unpad.
Penemuan pertama atau sektor satu berada kurang lebih 20 meter dari pintu masuk Astena Gede, di sana terdapat susunan batu yang rapi, kemudian menyerupai altar karena ada tempat yang seperti untuk pemujaan.
Di kawasan itu juga terdapat susunan batu yang pada masanya merupakan benteng yang membatasi altar dengan wilyah lain.
Arkeolog utama Bandung Lutfi Yondri menjelaskan, pada masa terdahulu jika terdapat altar atau tempat pemujaan, maka di situ merupakaan alun-alun sebuah kerajaan.
"Ditambah lagi, di situ ada susunan batu yang menyerupai lantai yang menghadap kepada susunan batu mirip anak tangga. Kami menemukan ini pada kedalaman kurang lebih 30 cm," katanya, kepada wartawan, Minggu (13/9/2105).
Saat ini, pihaknya baru bisa memprediksi luas temuannya selebar enam meter persegi. Namun, dia merasa yakin jika altar yang ditemukannya itu memiliki luas dari yang telah ditemukannya saat ini.
"Kami juga menemukan pecahan keramik yang diprediksi untuk menyimpan persembahan yang disimpan di altar tersebut. Dengan adanya temuan ini, kami menyakini jika tempat ini merupakan altar tempat persembahan," bebernya.
Di sisi lain, pihaknya menemukan punden berundak yang berada tepat di atas Cikawali. Di sini, pihaknya baru menemukan dua undakan di kedalaman kurang lebih 20 centimeter sampai 25 cetimeter.
Aerkeolog Bandung Etty Saringendyanti menambahkan, pihaknya menyakini punden berundak itu adalah Sunialaya seperti yang diceritakan dalam sejarah.
"Punden berundak ini pada zamannya adalah tempat untuk bersemedi atau mensunyikan diri, karena dalam bahasa Sunda kuno Suni itu artinya adalah hening," katanya.
Dia melanjutkan, untuk menelusuri jejak Keraton Suryawisesa memang harus membongkar beberapa fasilitas Astana Gede yang sudah ada. Akan tetapi pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan mendapat respon positif.
"Untuk ekskavasi kali ini, kami akan berada di sini hingga lima hari kedepan. Setelah itu dilanjutkan pada Oktober 2015 mendatang," ucapnya.
Dalam melakukan ekskavasi, dia mengaku menemukan kendala dalam melakukan penggalian tanah. Musim panas membuat permukaan tanah menjadi sangat keras hingga menyulitkan penggalian. Kendala lainnya adalah waktu.
"Kami membagi ekskavasi ini ke dalam kebeberapa tahap. Target kami adalah menemukan keraton atau tempat tinggal Raja Galuh pada waktu itu, karena hingga saat ini belum bisa dibuktikan dengan adanya bukti ditempat," tutur Etty.
Dari Infomasi yang infomasi yang dihimpun eskavasi ini merupakan program dari Universitas Padjadjaran yang dipimpin oleh Nina Lubis. Berawal dari program ini diharapkan Astana Gede bisa menjadi labotarium sejarah dan budaya Unpad.
(san)