JOB PPEJ Optimistis Hasilkan Minyak
A
A
A
BOJONEGORO - Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ) segera mengebor kandungan minyak mentah yang ada di bawah Alun-alun dan Pendapa Pemkab Bojonegoro dalam waktu dekat.
Untuk pengeboran itu, pihak JOB PPEJ membutuhkan lahan seluas 4,8 hektare di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, untuk pengembangan lapangan Sukowati Pad C-1. Kandungan minyak mentah di bawah Alun-alun Bojonegoro itu rencananya dibor miring atau menyilang. Menurut Field Manager JOB PPEJ Junizar Dipodiwirjo, pihaknya optimistis di bawah Alun-alun Bojonegoro bisa menghasilkan minyak untuk menambah produksi minyak lapangan Sukowati.
Alasannya, JOB PPEJ sebelum ini sudah mengeksploitasi sumur Skw 28 di Sukowati PAD B dengan hasil yang bagus. Lokasi sumur Skw 28 itu ada di pinggiran struktur Sukowati PAD C-1. “Karena itu, kami yakin PAD C-1 ini hasilnya juga akan bagus,” katanya. Dia menambahkan, tiap tahun produksi lapangan Sukowati mengalami penurunan alamiah sekitar 40%.
Kini produksinya tinggal 16.500 barel per hari. Karena itu, cadangan baru harus ditemukan agar produksi bisa kembali ditingkatkan. Menurut Junizar, pengeboran minyak yang ada di bawah Alun-alun Bojonegoro akan dilakukan dari Desa Banjarsari yang jaraknya sekitar 1,2 km.
Untuk mengetahui persis kandungan minyak di bawah Alunalun Bojonegoro itu, akan dilakukan pengeboran awal satu sumur. Luas lokasinya dapat menampung hingga tiga sumur. “Total cadangan minyak di Sukowati diperkirakan 200 juta barel. Yang sudah diproduksi sekitar 108 juta barel. Meski begitu, kita masih harus memastikan berapa persis kandungan minyaknya,” katanya.
Dalam izin yang kini sedang diproses, produksi maksimal di sumur Sukowati PAD C-1 akan mencapai 5.000 barel per hari. Jika ternyata produksinya melebihi akan diajukan izin baru, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan yang lebih lengkap sebelum dieksploitasi lebih besar.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, negara membutuhkan lahan warga di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, agar bisa mengambil kandungan minyak yang ada di bawah Alun-alun Bojonegoro dan Pendapa Pemkab Bojonegoro. Karena itu, dia berharap rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memberikan izin.
“Targetnya bisa memproduksi sampai 2.000 barel per hari. Mudah-mudahan berhasil karena kalau pengeboran gagal, Pertamina akan rugi lebih dari Rp100 miliar. Pertamina itu perusahaan milik negara. Karena itu, mari kita doakan agar pengeboran Pertamina berhasil,” ujar Suyoto.
Jika kegiatan eksploitasi sumur Banjarsari PAD C-1 berhasil, JOB PPEJ sebagai operator hanya akan mendapat bagian keuntungan 15%. Sisanya, 85% menjadi hak negara. “Jadi kalau pengeboran gagal, 100% menjadi risiko Pertamina dan Petro China. Kalau berhasil, hanya diberi bagian 15%,” katanya.
Jika kegiatan eksplorasi dan eksploitasi berhasil, Desa Banjarsari otomatis akan menjadi lokasi pengeboran. Ini akan membuat Banjarsari punya peluang mendapat ADD (alokasi dana desa) dalam jumlah besar. “Ada desa yang menerima ADD lebih dari Rp1 miliar. Nah , mulai tahun depan karena kegiatan migas di Bojonegoro ini lancar, tiap siswa SMA akan menerima dana dari Pemkab sebesar Rp2 juta. Tahun ini baru Rp500.000,” katanya.
Dana yang diterima Pemkab Bojonegoro dari kegiatan industri migas, katanya, harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM Bojonegoro. Tujuannya agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang memadai dan mendapatkan pekerjaan.
Muhammad roqib
Untuk pengeboran itu, pihak JOB PPEJ membutuhkan lahan seluas 4,8 hektare di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, untuk pengembangan lapangan Sukowati Pad C-1. Kandungan minyak mentah di bawah Alun-alun Bojonegoro itu rencananya dibor miring atau menyilang. Menurut Field Manager JOB PPEJ Junizar Dipodiwirjo, pihaknya optimistis di bawah Alun-alun Bojonegoro bisa menghasilkan minyak untuk menambah produksi minyak lapangan Sukowati.
Alasannya, JOB PPEJ sebelum ini sudah mengeksploitasi sumur Skw 28 di Sukowati PAD B dengan hasil yang bagus. Lokasi sumur Skw 28 itu ada di pinggiran struktur Sukowati PAD C-1. “Karena itu, kami yakin PAD C-1 ini hasilnya juga akan bagus,” katanya. Dia menambahkan, tiap tahun produksi lapangan Sukowati mengalami penurunan alamiah sekitar 40%.
Kini produksinya tinggal 16.500 barel per hari. Karena itu, cadangan baru harus ditemukan agar produksi bisa kembali ditingkatkan. Menurut Junizar, pengeboran minyak yang ada di bawah Alun-alun Bojonegoro akan dilakukan dari Desa Banjarsari yang jaraknya sekitar 1,2 km.
Untuk mengetahui persis kandungan minyak di bawah Alunalun Bojonegoro itu, akan dilakukan pengeboran awal satu sumur. Luas lokasinya dapat menampung hingga tiga sumur. “Total cadangan minyak di Sukowati diperkirakan 200 juta barel. Yang sudah diproduksi sekitar 108 juta barel. Meski begitu, kita masih harus memastikan berapa persis kandungan minyaknya,” katanya.
Dalam izin yang kini sedang diproses, produksi maksimal di sumur Sukowati PAD C-1 akan mencapai 5.000 barel per hari. Jika ternyata produksinya melebihi akan diajukan izin baru, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan yang lebih lengkap sebelum dieksploitasi lebih besar.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, negara membutuhkan lahan warga di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, agar bisa mengambil kandungan minyak yang ada di bawah Alun-alun Bojonegoro dan Pendapa Pemkab Bojonegoro. Karena itu, dia berharap rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara memberikan izin.
“Targetnya bisa memproduksi sampai 2.000 barel per hari. Mudah-mudahan berhasil karena kalau pengeboran gagal, Pertamina akan rugi lebih dari Rp100 miliar. Pertamina itu perusahaan milik negara. Karena itu, mari kita doakan agar pengeboran Pertamina berhasil,” ujar Suyoto.
Jika kegiatan eksploitasi sumur Banjarsari PAD C-1 berhasil, JOB PPEJ sebagai operator hanya akan mendapat bagian keuntungan 15%. Sisanya, 85% menjadi hak negara. “Jadi kalau pengeboran gagal, 100% menjadi risiko Pertamina dan Petro China. Kalau berhasil, hanya diberi bagian 15%,” katanya.
Jika kegiatan eksplorasi dan eksploitasi berhasil, Desa Banjarsari otomatis akan menjadi lokasi pengeboran. Ini akan membuat Banjarsari punya peluang mendapat ADD (alokasi dana desa) dalam jumlah besar. “Ada desa yang menerima ADD lebih dari Rp1 miliar. Nah , mulai tahun depan karena kegiatan migas di Bojonegoro ini lancar, tiap siswa SMA akan menerima dana dari Pemkab sebesar Rp2 juta. Tahun ini baru Rp500.000,” katanya.
Dana yang diterima Pemkab Bojonegoro dari kegiatan industri migas, katanya, harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM Bojonegoro. Tujuannya agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang memadai dan mendapatkan pekerjaan.
Muhammad roqib
(ftr)