Manfaatkan Eceng Gondok untuk Udang Galah

Rabu, 09 September 2015 - 09:54 WIB
Manfaatkan Eceng Gondok untuk Udang Galah
Manfaatkan Eceng Gondok untuk Udang Galah
A A A
BANTUL - Semilir angin terasa menerpa tubuh ketika mendatangi rumah di Dusun Gaten, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Bantul. Gemericik air dan sebuah kolam ikan berukuran 6 x 10 meter persegi di depan rumah membuat suasana semakin sejuk.

Terlebih pepohonan berbagai jenis tanaman tampak asri menghijaukan lingkungan. Meski sederhana, di rumah tersebut tinggal seorang mantan kontraktor real estatedi Kota Tangerang, Banten, namanya Prawiro Sutono, 51. Sudah 12 tahun ini dia meninggalkan hirukpikuk kota metropolitan untuk kembali ke tanah kelahirannya untuk menjadi petani. Untuk menyambung hidup, dia memanfaatkan kolam kecil di depan rumahnya sebagai kolam pemancingan.

Hampir sepanjang hari, puluhan orang menyalurkan hobinya memancing di rumah Prawiro. Sehingga hampir sepanjang hari pula rumahnya tak pernah sepi karena kehadiran para pemancing. Namun sejak setahun terakhir, dia memutuskan mengakhiri usaha pemancingan tersebut. Saat itu, anaknya pulang kuliah dari Sorong, Papua di Jurusan Perikanan. Anaknya protes karena tak bisa istirahat dan terlalu banyak asap rokok dari para pemancing di rumahnya.

Walaupun bingung ingin usaha apa, dia bertekad menghentikan usaha pemancingan tersebut. “Lantas saya menggali ilmu dari para kenalan dan akhirnya ketemulah pegawai dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul. Dari beliau akhirnya saya mencoba budidaya udang galah,” ucapnya, kemarin.

Bermodalkan kolam ukuran kecil tersebut, Prawiro nekat memelihara udang galah. Dia sendiri belum pernah memiliki pengalaman memelihara udang. Namun mencoba menerapkan nasihat dari pegawai DKP Bantul. Caranya ialah menggunakan tanaman eceng gondok sebagai sarana memelihara udang. Ya, eceng gondok selama ini dikenal sebagai gulma atau tanaman pengganggu di sungai ataupun kolam.

Berkat bimbingan dari Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Bantul, Prawiro mulai sadar jika eceng gondok memiliki manfaat cukup banyak untuk budidaya udang galah. Dengan menggunakan eceng gondok, udang galah yang ia pelihara ternyata mampu tumbuh sangat baik. “Hasilnya sangat lumayan dan ongkos produksi sangat kecil,” katanya.

Dia pun menceritakan usaha yang dirintisnya tersebut. Sebelum ditaburi benih udang galah (benur), kolam dikeringkan selama dua pekan. Kolam dengan dasar tanah dan dinding beton itu lantas ditaburi dengan kotoran sapi sebanyak 1,5 kuintal dan ditaburi bubuk batu kapur sebanyak 30 kilogram (kg). Selama dua pekan, kolam kering dan baru dialiri air. Selama beberapa hari air terus menggenang dan baru diberi dengan tanaman muda eceng gondok.

Agar eceng gondok tidak menyebar sengaja dipasang batang bambu berbentuk persegi empat sebagai sekat. Batang bambu tersebut juga fleksibel bisa naik turun sesuai ketinggian air di dalam sungai. “Dengan bambu, eceng gondok bisa mengumpul di tengah dan masih menyisakan ruang terbuka di pinggir-pinggir kolam,” ujarnya.

Setelah bibit udang dilepas dengan ukuran 2–4 cm, kata dia, tak memerlukan perawatan khusus kecuali menjaga agar air terus mengalir. Sementara untuk memberi makan harus ekstra hati-hati agar kadar yang diberikan sesuai. Seperti diinformasikan oleh pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul, papar Prawiro, ternyata manfaat eceng gondok sangat besar.

Eceng gondok menjadi tempat berlindung dari udang-udang galah yang dipelihara ketika siang hari. Selain itu, sambung dia, eceng gondok juga berfungsi sebagai katalisator (penawar) racun dalam air yang dihasilkan oleh pakan atau yang terbawa dari aliran air Sungai Opak. Selama enam bulan memelihara udang galah hasilnya menggembirakan. Selama memelihara 2.000 benur, tingkat kematiannya di bawah 10%.

Selain itu, pakan alami dari kotoran sapi mampu mensubstitusi kebutuhan makanan udang yang dipelihara. Selama berproduksi, dia hanya mengeluarkan biaya membeli pelet tak lebih dari 40 kg. Sementara pengeluaran lain hanya membeli benur yang harga satuannya Rp35. Sedangkan hasil panenannya lumayan karena 1 kg hanya diisi 35 udang galah ukuran jempol kaki.

Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan DKP Bantul Yus Warseno mengakui mencoba teknologi baru dalam budidaya udang. Dia ingin memanfaatkan eceng gondok sebagai tempat berlindung udang. Ternyata hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pelepah daun kelapa.

ERFANTO LINANGKUNG
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3490 seconds (0.1#10.140)