Peralatan Kurang, Respons Pegawai Masih Rendah

Rabu, 09 September 2015 - 09:48 WIB
Peralatan Kurang, Respons Pegawai Masih Rendah
Peralatan Kurang, Respons Pegawai Masih Rendah
A A A
SEMARANG - Sekitar pukul 10.45 WIB suasana kompleks Balai Kota Semarang tak seperti biasa. Tiba-tiba suara sirene tanda bahaya meraung kencang. Asap mengepul di lorong-lorong ruang kerja di lantai empat, tiga, dan dua.

Diiringi suara teriakan kebakaran dan minta tolong para pegawai. Para pegawai Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang itu lari tunggang-langgang saling menyelamatkan diri. Lift yang ada tak bisa digunakan karena listrik mati. Mereka jadi saling berebut turun lewat tangga. Tidak ada barang atau berkas penting yang sempat dibawa.

Seorang pegawai anggota tim penanggulangan bencana berusaha mengarahkan para pegawai turun lewat jalur evakuasi yaitu tangga darurat tersebut. Dia berusaha memadamkan api dengan hidrant tapi tidak berhasil. Seorang pegawai di salah satu ruang di lantai dua ditemukan pingsan oleh sejumlah petugas yang naik. Dia kemudian ditolong dengan tandu oleh empat orang.

Semua pegawai di lantai satu hingga delapan dievakuasi ke tempat aman. Begitu pula korban yang terluka mendapat pertolongan. Sementara sejumlah petugas yang sibuk menjinakkan api akhirnya berhasil memadamkannya. Itulah sedikit gambaran latihan simulasi penanganan kebakaran yang digelar oleh Dinas Pemadam Kebakaran bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang.

Simulasi ini dilaksanakan seperti kebakaran sungguhan di Gedung Balai Kota Semarang. Kasi Operasional Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Supriyanto mengatakan simulasi ini bertujuan menekankan semua penghuni gedung selalu waspada kebakaran. Kebakaran dapat terjadi kapan saja. Sehingga mereka harus tahu cara menyelamatkan diri.

“Dari evaluasi simulasi gedung balai kota ini sudah dilengkapi perlengkapan proteksi kebakaran, ada hidrant , alarm, dan lainnya. Tapi belum dicek fungsinya. Karena perlengkapan yang tidak bagus tentu mempengaruhi tingkat penanggulangan,” katanya.

Dari simulasi ini penghuni gedung diharapkan tahu apa dan bagaimana yang dilakukan jika ada kebakaran. Memperbaiki standard operational procedure penanggulangan kebakaran, dan melatih petugas yang ditunjuk sebagai tim reaksi cepat supaya terlatih. “Latihan simulasi ini harusnya rutin enam bulan sekali,” ujarnya.

Kasi Pencegahan BPBD Kota Semarang Yonatha Kristanto menambahkan, fasilitas penanggulangan kebakaran memang sudah terpenuhi. Tapi kesadaran para pegawai masih rendah. Respons mereka kurang maksimal untuk menyelamatkan diri ketika ada kebakaran. “Mungkin karena sudah lama tidak ada kejadian, jadi mereka tidak langsung tanggap. Padahal seharusnya tanggap langsung lari lewat jalur evakuasi,” tandasnya.

Kabag Rumah Tangga Setda Kota Semarang Hartana menerangkan, di setiap ruangan sudah ditunjuk satu personel tim penanggulangan yang bertanggung jawab jika ada kebakaran. Keseluruhan tim ini jumlahnya 21 orang. Dari tim ini diharapkan jika ada kebakaran sekecil apa pun bisa segera melakukan tindakan. Termasuk melaporkannya ke secara berjenjang hingga ke dinas terkait, yaitu Dinas Pemadam Kebakaran dan BPBD. Untuk peralatan pemadam api ringan akan ditambah.

Supaya di setiap lantai terdapat peralatan yang lengkap, seperti helm antipanas, sarung tangan, jaket, dan alat-alat pelindung diri. “Kami akan usulkan untuk lantai satu sampai delapan. Ketika kejadian tinggal buka almari,” ucapnya.

M ABDUH
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9451 seconds (0.1#10.140)