Out Frame JFC Membius Dunia
A
A
A
JEMBER - Jember Fashion Carnival (JFC) Ke-14 tahun 2015 kembali digelar. Tidak ada pengemasan baru dalam kegiatan internasional kali ini. Namun dari tema yang diambil, yakni Out Frame dengan 10 defile, JFC 14 mampu menunjukkan kegiatan fesyen ini masih mempertahankan tradisi.
Buktinya dari 10 defile, tradisi budaya yang diangkat masih mencolok dalam catwalk jalanan sepanjang 3,6 kilometer.
Defile Majapahit dan Defile Reog disuguhkan mampu membius ribuan penonton. Tanpa mengubah roh penampilan Majapahit dan Reog, dua defile ini mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki budaya. Sementara delapan defile lainnya mengangkat defile Ikebana, Fossil, Parrot, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt dan Melanesia.
Kegiatan JFC di Jember kali ini memang sempat membuat kontroversi. Ramai dikabarkan bahwa JFC mendapat suntikan dana Rp1 miliar dari APBD Jember ternyata untuk masuk menonton harus membeli tiket yang lumayan mahal, yakni dari Rp150.000-Rp600.000. Sebagian warga menilai dengan ada APBD Jember, JFC seharusnya memberikan keleluasaan untuk menonton.
Meski kontroversi, JFC tetap berjalan mulus dengan pengaturan acara yang dilaksanakan event organizerInspiro dari Jakarta. Presiden JFC Dynand Fariz menuturkan, pihaknya mengambil tema defile budaya atau kesenian tradisional Indonesia sebagai bentuk promosi budaya dan tentu memiliki pesan kemanusiaan di dunia.
JFC kali ini terus menumbuhkan kreativitas dalam menerjemahkan imajinasi fesyen ke dalam sebuah karya anak bangsa yang spektakuler ke sebuah karnaval. “Defile Majapahit yang kami rancang ini menunjukkan zaman kejayaan kerajaan kuno di Indonesia yang pernah memiliki kekuasaan hampir di seluruh wilayah Nusantara, kami kemudian mengemasnya dalam busana yang spektakuler,” kata Dynand.
Hal sama juga dilakukan pada defile Reog yang di dalamnya memiliki filosofi sama. Dynand ingin mengenalkan kepada dunia bahwa Reog memiliki seni artistik dalam parade JFC. Presiden Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia, Akhyarudin mengatakan, JFC kini mampu memberikan dampak beragam bagi Kabupaten Jember maupun Indonesia.
“Kami memperkirakan tahun depan, negara lain akan diundang menjadi peserta JFC. Jember Fashion Carnaval dan Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia akan mulai memperluas kepesertaan karnaval hingga luar negeri,” kata Akhyarudin. Dia menambahkan, dengan semakin luas jaringan JFC dan WACI, maka sektor industri fesyen, perhotelan, dan makanan akan semakin dilirik.
“Sangat memungkinkan peluang muncul hotel baru dan hotel lama meningkatkan kualitas. Di sisi lain, masyarakat akan berinovasi seperti membuat kerajinan bermotif JFC,” ujarnya. Promotor Jember Fashion Carnival, Inspiro mengatakan, soal penataan venue atau arena catwalk utama di alun-alun yang cenderung tertutup rapat saat kegiatan JFC, karena mengutamakan safetydan hospitality.
“Dalam kegiatan apa pun yang mengundang crowd banyak, maka penonton yang sudah beli tiket, mereka ingin lebih nyaman dan aman,” kata CEO Inspiro Ndang Mawardi. Konsep keamanan dan kenyamanan tersebut kemudian dibentuklah tribun di depan Pemkab Jember dan Alun- Alun Jember yang sebelumnya tidak pernah ada. Pihak promotor juga tidak menutup seluruh jalur catwalk dengan pagar.
Sebab penonton di luar alun-alun, yakni di Jalan Gajahmada, masih bisa menyaksikan gratis tanpa harus membeli tiket. Dalam kegiatan JFC 14 kali ini juga disemarakkan keterlibatan Kapolres Jember AKBP Sabilul Alif beserta anggotanya. Kapolres Jember berperan dalam Defile Majapahit dengan peran sebagai Patih Gajah Mada.
Wisatawan Meningkat
Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember, Sandi Suwardi Hasan mengatakan, kegiatan “JFC International Event” yang digelar sejak 26-30 Agustus 2015 mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Kabupaten Jember.
“Seluruh kamar hotel baik kelas bintang dan melati di kawasan kota Jember sudah penuh menjelang perhelatan karnaval berkelas dunia itu,” katanya. Jumlah kamar hotel bintang dan melati di Jember sekitar 1.600 kamar dan semuanya hampir penuh dipesan oleh wisatawan dari luar kabupaten sejak jauh hari sebelum pelaksanaan JFC.
“Antusias wisatawan dari luar kota cukup tinggi, bahkan mereka sudah memesan hotel jauh-jauh hari agar mendapat kamar hotel yang diinginkan,” ucap mantan Kabag Humas Pemkab Jember itu. Menurut dia, setiap tahun jumlah pengunjung yang menonton kegiatan JFC selalu meningkat seiring dengan semakin banyaknya ragam disuguhkan dalam JFC International Event. “Prediksi saya jumlah pengunjung yang datang ke Jember untuk menyaksikan rangkaian JFC International Event mencapai 100.000 orang, bahkan bisa lebih banyak, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara,” tuturnya.
Data panitia mencatat 3.711 fotografer dan jurnalis, baik domestik maupun asing, yang melakukan peliputan dalam JFC ke-14 di Kabupaten Jember. “JFC merupakan event yang luar biasa dan memiliki kreativitas cukup tinggi dalam menampilkan kostum setiap defile. Sangat luar biasa untuk dibidik kamera,” kata salah seorang fotografer asing dari Singapura, Hans.
Menurutnya, beragam kostum yang mencerminkan sejumlah budaya Indonesia dan beberapa negara di dunia memiliki beragam warna sangat unik untuk diabadikan.“Saya datang ke Jember hanya untuk berburu foto di JFC dan WACI karena sebelumnya saya tidak tahu kota Jember ini,” tuturnya dalam bahasa Inggris. Sementara fotografer asal Malaysia, Hamni, mengaku tertarik memotret busana yang digunakan para peserta JFC karena sangat unik memiliki perpaduan tradisional dengan modern.
“Jauh-jauh saya datang ke Jember ingin membidik para talent memperagakan kostum mereka yang luar biasa karena di Malaysia karnaval seperti ini belum ada,” katanya dengan menggunakan bahasa Melayu. Meningkatnya jumlah wisatawan dan fotografer tersebut juga berdampak pada penambahan frekuensi penerbangan Garuda Indonesia rute Surabaya-Jember pulang pergi (PP).
“Penambahan frekuensi penerbangan dari satu kali menjadi dua kali (PP) hanya pada 31 Agustus 2015 karena permintaan pelanggan,” kata Manajer Pemasaran Garuda Indonesia Area Jember Boedi Prihantono. Jadwal penerbangan untuk extra flight dari Bandara Juanda menuju Bandara Notohadinegoro pada Senin (31/8) pukul 15.05 WIB, sedangkan dari Jember menuju Surabaya pukul 16.15 WIB.
“Penumpang untuk reguler dan extra flight dengan rute Jember-Surabaya pada Senin (31/8) sudah penuh karena banyak penonton JFC yang menggunakan jasa transportasi udara untuk pulang, sedangkan untuk rute Surabaya- Jember sudah terpesan 50%,” katanya. Jumlah penumpang pesawat jenis ATR-72 600 berkapasitas 70 orang tersebut meningkat selama JFC International Event (JIE) yang berlangsung sejak 26-30 Agustus 2015 di Kabupaten Jember.
“Jelang perhelatan rangkaian JFC, kursi yang tersedia sejak 25-29 Agustus dari Surabaya menuju Jember sudah penuh dan penumpang untuk extra flight juga penuh menuju Surabaya pada Senin (31/8),” katanya. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung menyaksikan karnaval terunik dan terheboh keempat dunia itu, juga berdampak pada perputaran uang di Kabupaten Jember. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember, Achmad Bunyamin, memprediksi perputaran uang selama rangkaian JFC International Event bisa mencapai Rp1 miliar lebih.
“Informasinya seluruh kamar hotel di kawasan kota Jember penuh. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan pengunjung restoran di hotel setempat dan beberapa rumah makan yang disinggahi wisatawan,” tuturnya. Selain itu, terdapat transaksi jual beli dalam JFC Exhibition melalui sejumlah stand produk dalam pameran itu sehingga ada potensi uang dikeluarkan pengunjung untuk membeli produk yang diinginkan.
“Saya berharap ada transaksi yang berkelanjutan, artinya pembeli melakukan pemesanan barang atau produk lokal Jember untuk kepentingan usaha atau bisnis sehingga hal itu akan berdampak positif ke depan,” katanya.
P Juliatmoko/Ant
Buktinya dari 10 defile, tradisi budaya yang diangkat masih mencolok dalam catwalk jalanan sepanjang 3,6 kilometer.
Defile Majapahit dan Defile Reog disuguhkan mampu membius ribuan penonton. Tanpa mengubah roh penampilan Majapahit dan Reog, dua defile ini mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki budaya. Sementara delapan defile lainnya mengangkat defile Ikebana, Fossil, Parrot, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt dan Melanesia.
Kegiatan JFC di Jember kali ini memang sempat membuat kontroversi. Ramai dikabarkan bahwa JFC mendapat suntikan dana Rp1 miliar dari APBD Jember ternyata untuk masuk menonton harus membeli tiket yang lumayan mahal, yakni dari Rp150.000-Rp600.000. Sebagian warga menilai dengan ada APBD Jember, JFC seharusnya memberikan keleluasaan untuk menonton.
Meski kontroversi, JFC tetap berjalan mulus dengan pengaturan acara yang dilaksanakan event organizerInspiro dari Jakarta. Presiden JFC Dynand Fariz menuturkan, pihaknya mengambil tema defile budaya atau kesenian tradisional Indonesia sebagai bentuk promosi budaya dan tentu memiliki pesan kemanusiaan di dunia.
JFC kali ini terus menumbuhkan kreativitas dalam menerjemahkan imajinasi fesyen ke dalam sebuah karya anak bangsa yang spektakuler ke sebuah karnaval. “Defile Majapahit yang kami rancang ini menunjukkan zaman kejayaan kerajaan kuno di Indonesia yang pernah memiliki kekuasaan hampir di seluruh wilayah Nusantara, kami kemudian mengemasnya dalam busana yang spektakuler,” kata Dynand.
Hal sama juga dilakukan pada defile Reog yang di dalamnya memiliki filosofi sama. Dynand ingin mengenalkan kepada dunia bahwa Reog memiliki seni artistik dalam parade JFC. Presiden Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia, Akhyarudin mengatakan, JFC kini mampu memberikan dampak beragam bagi Kabupaten Jember maupun Indonesia.
“Kami memperkirakan tahun depan, negara lain akan diundang menjadi peserta JFC. Jember Fashion Carnaval dan Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia akan mulai memperluas kepesertaan karnaval hingga luar negeri,” kata Akhyarudin. Dia menambahkan, dengan semakin luas jaringan JFC dan WACI, maka sektor industri fesyen, perhotelan, dan makanan akan semakin dilirik.
“Sangat memungkinkan peluang muncul hotel baru dan hotel lama meningkatkan kualitas. Di sisi lain, masyarakat akan berinovasi seperti membuat kerajinan bermotif JFC,” ujarnya. Promotor Jember Fashion Carnival, Inspiro mengatakan, soal penataan venue atau arena catwalk utama di alun-alun yang cenderung tertutup rapat saat kegiatan JFC, karena mengutamakan safetydan hospitality.
“Dalam kegiatan apa pun yang mengundang crowd banyak, maka penonton yang sudah beli tiket, mereka ingin lebih nyaman dan aman,” kata CEO Inspiro Ndang Mawardi. Konsep keamanan dan kenyamanan tersebut kemudian dibentuklah tribun di depan Pemkab Jember dan Alun- Alun Jember yang sebelumnya tidak pernah ada. Pihak promotor juga tidak menutup seluruh jalur catwalk dengan pagar.
Sebab penonton di luar alun-alun, yakni di Jalan Gajahmada, masih bisa menyaksikan gratis tanpa harus membeli tiket. Dalam kegiatan JFC 14 kali ini juga disemarakkan keterlibatan Kapolres Jember AKBP Sabilul Alif beserta anggotanya. Kapolres Jember berperan dalam Defile Majapahit dengan peran sebagai Patih Gajah Mada.
Wisatawan Meningkat
Kepala Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember, Sandi Suwardi Hasan mengatakan, kegiatan “JFC International Event” yang digelar sejak 26-30 Agustus 2015 mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Kabupaten Jember.
“Seluruh kamar hotel baik kelas bintang dan melati di kawasan kota Jember sudah penuh menjelang perhelatan karnaval berkelas dunia itu,” katanya. Jumlah kamar hotel bintang dan melati di Jember sekitar 1.600 kamar dan semuanya hampir penuh dipesan oleh wisatawan dari luar kabupaten sejak jauh hari sebelum pelaksanaan JFC.
“Antusias wisatawan dari luar kota cukup tinggi, bahkan mereka sudah memesan hotel jauh-jauh hari agar mendapat kamar hotel yang diinginkan,” ucap mantan Kabag Humas Pemkab Jember itu. Menurut dia, setiap tahun jumlah pengunjung yang menonton kegiatan JFC selalu meningkat seiring dengan semakin banyaknya ragam disuguhkan dalam JFC International Event. “Prediksi saya jumlah pengunjung yang datang ke Jember untuk menyaksikan rangkaian JFC International Event mencapai 100.000 orang, bahkan bisa lebih banyak, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara,” tuturnya.
Data panitia mencatat 3.711 fotografer dan jurnalis, baik domestik maupun asing, yang melakukan peliputan dalam JFC ke-14 di Kabupaten Jember. “JFC merupakan event yang luar biasa dan memiliki kreativitas cukup tinggi dalam menampilkan kostum setiap defile. Sangat luar biasa untuk dibidik kamera,” kata salah seorang fotografer asing dari Singapura, Hans.
Menurutnya, beragam kostum yang mencerminkan sejumlah budaya Indonesia dan beberapa negara di dunia memiliki beragam warna sangat unik untuk diabadikan.“Saya datang ke Jember hanya untuk berburu foto di JFC dan WACI karena sebelumnya saya tidak tahu kota Jember ini,” tuturnya dalam bahasa Inggris. Sementara fotografer asal Malaysia, Hamni, mengaku tertarik memotret busana yang digunakan para peserta JFC karena sangat unik memiliki perpaduan tradisional dengan modern.
“Jauh-jauh saya datang ke Jember ingin membidik para talent memperagakan kostum mereka yang luar biasa karena di Malaysia karnaval seperti ini belum ada,” katanya dengan menggunakan bahasa Melayu. Meningkatnya jumlah wisatawan dan fotografer tersebut juga berdampak pada penambahan frekuensi penerbangan Garuda Indonesia rute Surabaya-Jember pulang pergi (PP).
“Penambahan frekuensi penerbangan dari satu kali menjadi dua kali (PP) hanya pada 31 Agustus 2015 karena permintaan pelanggan,” kata Manajer Pemasaran Garuda Indonesia Area Jember Boedi Prihantono. Jadwal penerbangan untuk extra flight dari Bandara Juanda menuju Bandara Notohadinegoro pada Senin (31/8) pukul 15.05 WIB, sedangkan dari Jember menuju Surabaya pukul 16.15 WIB.
“Penumpang untuk reguler dan extra flight dengan rute Jember-Surabaya pada Senin (31/8) sudah penuh karena banyak penonton JFC yang menggunakan jasa transportasi udara untuk pulang, sedangkan untuk rute Surabaya- Jember sudah terpesan 50%,” katanya. Jumlah penumpang pesawat jenis ATR-72 600 berkapasitas 70 orang tersebut meningkat selama JFC International Event (JIE) yang berlangsung sejak 26-30 Agustus 2015 di Kabupaten Jember.
“Jelang perhelatan rangkaian JFC, kursi yang tersedia sejak 25-29 Agustus dari Surabaya menuju Jember sudah penuh dan penumpang untuk extra flight juga penuh menuju Surabaya pada Senin (31/8),” katanya. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung menyaksikan karnaval terunik dan terheboh keempat dunia itu, juga berdampak pada perputaran uang di Kabupaten Jember. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember, Achmad Bunyamin, memprediksi perputaran uang selama rangkaian JFC International Event bisa mencapai Rp1 miliar lebih.
“Informasinya seluruh kamar hotel di kawasan kota Jember penuh. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan pengunjung restoran di hotel setempat dan beberapa rumah makan yang disinggahi wisatawan,” tuturnya. Selain itu, terdapat transaksi jual beli dalam JFC Exhibition melalui sejumlah stand produk dalam pameran itu sehingga ada potensi uang dikeluarkan pengunjung untuk membeli produk yang diinginkan.
“Saya berharap ada transaksi yang berkelanjutan, artinya pembeli melakukan pemesanan barang atau produk lokal Jember untuk kepentingan usaha atau bisnis sehingga hal itu akan berdampak positif ke depan,” katanya.
P Juliatmoko/Ant
(ars)