Waspadai Teror Senjata Biologi dan Kimia
A
A
A
MALANG - Sebuah mobil diledakkan kelompok teroris di depan Bandara Abdulrchman Saleh Malang. Meski tak terlalu keras, ledakan melepaskan asap putih pekat mengandung gas klorin yang beracun dan dengan cepat menyebar ke segala arah.
Korban pun terus berjatuhan lantaran menghirup udara beracun. Bersamaan dengan pasukan penolong yang bergerak menangani para korban, pasukan penindak Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) mengejar pelaku peledakan. Dengan gerak cepat, pasukan berhasil meledakkan markas gerombolan teroris.
Skenario simulasi penanganan terorisme bahan kimia, biologi, radioaktif, dan nuklir (KBRN), ini menutup rangkaian latihan gabungan pasukan antiteror di bawah kendali BNPT. Pasukan gabungan ini memiliki kekuatan 200 personel yang terdiri atas pasukan Batalyon Komando (Yonko) 464 Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU Malang, Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 502 Kostrad, BatalyonInfanteri (Yonif) 512 Kodam V Brawijaya, dan Detasemen Pelopor Satuan Brimob Polda Jawa Timur.
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Arif Darmawan mengatakan, potensi teror di Indonesia masih tinggi. Bahkan, yang harus lebih diwaspadai adalah penggunaan KBRN. Temuan di Cikarang dan Depok, Jawa Barat, serta Jakarta, telah membuktikan rencana penggunaan klorin dan gliserin untuk teror.
“Secara umum, pasukan antiteror yang ada sudah punya kemampuan menghadapi teror model baru tersebut. Tetapi mereka juga harus didukung peralatan,” ungkapnya. Menurut Komandan Yonko 464 Paskhas TNI AU, Letkol Pas. Asep Dicky Lukman Wijaya, ada 200 pasukan gabungan TNI/Polri yang terlibat dalam apel siaga ini. Mereka merupakan pasukan terlatih untuk menangani aksi teror.
Dia menyebutkan, pasukan gabungan ini merupakan pasukan first responder di daerah. “Ketika terjadi aksi teror di daerah, tidak perlu menunggu pasukan dari pusat. Pasukan antiteror di sini sudah siap melakukan penindakan sehingga masyarakat tak perlu khawatir,” ujarnya.
Yuswantoro
Korban pun terus berjatuhan lantaran menghirup udara beracun. Bersamaan dengan pasukan penolong yang bergerak menangani para korban, pasukan penindak Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) mengejar pelaku peledakan. Dengan gerak cepat, pasukan berhasil meledakkan markas gerombolan teroris.
Skenario simulasi penanganan terorisme bahan kimia, biologi, radioaktif, dan nuklir (KBRN), ini menutup rangkaian latihan gabungan pasukan antiteror di bawah kendali BNPT. Pasukan gabungan ini memiliki kekuatan 200 personel yang terdiri atas pasukan Batalyon Komando (Yonko) 464 Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU Malang, Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 502 Kostrad, BatalyonInfanteri (Yonif) 512 Kodam V Brawijaya, dan Detasemen Pelopor Satuan Brimob Polda Jawa Timur.
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol Arif Darmawan mengatakan, potensi teror di Indonesia masih tinggi. Bahkan, yang harus lebih diwaspadai adalah penggunaan KBRN. Temuan di Cikarang dan Depok, Jawa Barat, serta Jakarta, telah membuktikan rencana penggunaan klorin dan gliserin untuk teror.
“Secara umum, pasukan antiteror yang ada sudah punya kemampuan menghadapi teror model baru tersebut. Tetapi mereka juga harus didukung peralatan,” ungkapnya. Menurut Komandan Yonko 464 Paskhas TNI AU, Letkol Pas. Asep Dicky Lukman Wijaya, ada 200 pasukan gabungan TNI/Polri yang terlibat dalam apel siaga ini. Mereka merupakan pasukan terlatih untuk menangani aksi teror.
Dia menyebutkan, pasukan gabungan ini merupakan pasukan first responder di daerah. “Ketika terjadi aksi teror di daerah, tidak perlu menunggu pasukan dari pusat. Pasukan antiteror di sini sudah siap melakukan penindakan sehingga masyarakat tak perlu khawatir,” ujarnya.
Yuswantoro
(bbg)