Kebyar-Kebyar antara Gombloh dan Arkarna

Minggu, 23 Agustus 2015 - 10:39 WIB
Kebyar-Kebyar  antara Gombloh dan Arkarna
Kebyar-Kebyar antara Gombloh dan Arkarna
A A A
Malam 17 Agustusan selalu diperingati dengan acara tasyakuran. Sudah jamak terjadi pada malam itu, kita akan kesulitan jika hendak keluar atau masuk kampung. Ya, sudah menjadi tradisi menutup jalan kampung dan semua warga berkumpul menggelar doa bersama.

Selain acara doa bersama, ada pula yang menggelar pemberian hadiah dari lomba-lomba 17 Agustusan.

Beberapa tahun lalu, untuk memeriahkan acara tersebut masih sering diputar lagu-lagu kebangsaan. Satu di antara lagu wajib itu adalah Kebyar-Kebyar ciptaan almarhum Gombloh atau yang bernama asli Soedjarwoto Soemarsono. Tetapi, entah sejak kapan tepatnya, yang pasti pada malam 17 Agustus lalu, Minggu (16/8), di kampung kami, Lebak Rejo, Kelurahan Gading, tidak terdengar lagu-lagu penyulut nasionalisme lagi.

Namun, kondisi ini tidak bisa membuat kita menghakimi bahwa masyarakat tidak lagi memiliki jiwa nasionalisme. Lewat tengah malam, seusai syukuran, kami pulang karena esok harus mengantar anak-anak berangkat ke sekolah untuk upacara 17 Agustus. Namun kantuk ternyata belum kunjung datang.

Dari pada thenger-thenger , kami membukabuka internet dan memilih hiburan di YouTube . Salah satu unggahan yang tampak di list adalah Arkarna meng-cover lagu Kebyar-Kebyar . Klip lagu itu diunggah official music video Warner Music Indonesia pada Jumat, 15 Agustus 2015.

Klip tersebut hanya menampilkan para musisi Inggris sedang bernyanyi dan para pelajar Indonesia serempak mengikutinya. Beberapa ekspresi pelajar yang sangat emosional dizoom in jelas terlihat. Dalam video berdurasi 4 menit 52 detik itu, para personel Arkarna menggunakan kaus Damn I Love Indonesia .

Tak ada yang sungguh-sungguh istimewa di tayangan itu, tetapi menjadi menarik saat membaca komentar-komentarnya. Banyak yang terkagum-kagum dan bangga karena ada bule menyanyikan lagu yang sangat patriotik itu. Tetapi, banyak pula yang mencibir, menganggap Arkarna hanya mencari duit karena di negara asalnya tidak laku.

Tidak perlu menyoal tanggapan dari dua kubu yang berseteru di tayangan YouTube itu. Namun, fenomena ini setidaknya membuktikan bahwa bangsa ini masih ”silau” dengan bule dan belum bangga dengan bangsa sendiri. Bagaimana jika yang meng-cover lagu itu band lokal Indonesia? Apakah seantusias itu sambutannya?

Bangsa yang Tak Bangga

Fenomena Kebyar-Kebyar versi Arkarna ini sangat mungkin berpotensi menjadi kuburan sejarah bagi Gombloh sebagai pemilik lagunya. Kekhawatiran ini muncul karena peristiwaperistiwa serupa sudah pernah terjadi sebelumnya. Contoh keminderan bangsa ini salah satunya saat lagu Hidup yang Sepi karya Koes Plus dianggap meniru lagu Mick Jagger yang berjudul Party Doll .

Kesamaan nada itu terasa di bait awal lagu. Padahal, yang terjadi bukan demikian, tapi malah sebaliknya; Mick Jagger terinspirasi Koes Plus. Hal ini dikupas Emha Ainun Najib dalam satu agenda kegiatan Maiyah di Unesa beberapa waktu lalu. ”Kita ini bangsa minder, sehingga kita sendiri yang menuduh Koes Plus yang meniru. Padahal, Mick Jagger itu mendengar lagu itu saat honeymoon di Bali,” tandasnya.

Selain itu, dalam sebuah wawancara, Yon Koeswoyo juga menyatakan, beberapa nada lagu Hidup yang Sepi milik Koes Plus juga dipakai untuk lagu Party Doll yang dinyanyikan penyanyi legendaris Mick Jagger. Penyanyi asal Inggris itu memasukkan lagu Party Doll di album solo kedua, ”Primitive Cool” yang dirilis 1987. ”Tidak dibajak. Dia (Mick Jagger) hanya kenainfluence lagu Koes Plus.

Nada yang sedikit diambil,” kata Yon. Kekhawatiran bahwa bangsa ini tidak bangga dengan dirinya sendiri juga disampaikan musisi Surabaya, Guruh Dimas Nugroho. Dia menggawangi band Sekaring Jagad yang memang mengkhususkan diri membawakan lagu-lagu Gombloh dalam setiap penampilannya.

”Sepatutnya kita mengapresiasi Arkarna yang telah me -recycle ulang lagu Kebyar-Kebyar dan menunjukkannya kepada khalayak ramai. Tentu saja Arkarna telah memberikan contoh positif bagi generasi muda dengan kreativitasnya,” kata Dimas. Dia sedikit menerangkan Kebyar-Kebyar muncul dalam albumnya yang juga dinamakan ”Kebyar-Kebyar ” yang rilis pada 1979.

Lagu tersebut terbukti menyedot banyak perhatian bagi penikmat musik Tanah Air waktu itu hingga selain gaungnya ada di mana-mana, lagu tersebut juga menjadi lagu yang kerap dibawakan saat acara-acara kenegaraan, peringatan hari nasional, upacara bendera, hingga baru-baru ini turut pula dinyanyikan saat dilangsungkannya upacara peringatan Hari Kemerdekaan Nasional ke-70 RI di Istana Negara, Jakarta.

Meski demikian, Dimas menyatakan, sangat disayangkan Arkarna juga tidak mencantumkan nama pencipta lagu tersebut dalam postingannya. Hingga banyak ditemui komentar netizen yang mengira bahwa lagu Kebyar-Kebyar adalah milik Arkarna. ”Jadi, kesimpulannya, dekade ini Arkarna juga tercatat sebagai band yang membuat Gombloh hidup kembali; tetapi itu adalah anggapan bagi mereka yang tahu saja tentang siapa itu Gombloh.

Bagi yang tidak tahu, anggapan yang muncul adalah Arkarna hidup kembali, bukan Gombloh,” tuturnya. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat mengenali dan menghargai kekayaan karya seni bangsanya sendiri. ”Biar generasi muda, para ABG ini tetap tahu Kebyar-Kebyar itu bukan lagu Arkarna, tapi lagu Gombloh, arek Suroboyo sing lahir nang Jombang. Jadi, mari kita bangga menjadi Arek Suroboyo,” kata Dimas dengan logat Suroboyoan.

Zaki zubaidi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5285 seconds (0.1#10.140)