Bentrok dengan TNI, 10 Warga Kebumen Luka Serius
A
A
A
KEBUMEN - Untuk kedua kali, warga pesisir yang berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, bentrok fisik dengan aparat TNI Kebumen, Sabtu (22/8/2015). Akibatnya, puluhan warga mengalami luka serius.
Kejadiannya bermula saat ratusan warga, petani, pemuda di beberapa Desa Wiromartan, Kecamatan Mirid ditambah warga Desa Petangkuran, Kecamatan Ambal, dan Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren berkumpul dan berencana mengadang proses pemagaran yang dilakukan oleh aparat TNI.
Dalam pantauan, massa tiba di lokasi pukul 09.00 WIB dan mendengarkan orasi yang diberikan oleh Kades Wiromartan Widodo Sunu Nugroho. Dengan menggunakan alat megafon, Kades Sunu meminta agar pihak TNI berkomunikasi dengan warga setempat.
Warga menilai pemagaran yang menerjang lahan-lahan milik petani sebagai tindakan ilegal, tak berizin, tanpa pamit ataupun pemberitahuan ke pemerintah desa setempat.
"Kami menolak upaya pemagaran ini. Karena kami menganggap kegiatan pemagaran adalah illegal dan tanpa izin dari pemerintah desa kami," ucap Sunu.
Saat orasi berlangsung, sejumlah anggota TNI merangsek ke tengah-tengah massa dan membubarkan kumpulan warga yang saat itu sedang mendengarkan orasi.
Menyaksikan upaya paksa TNI untuk membubarkan mereka, ratusan warga melakukan perlawanan dengan tangan kosong. Terjadilah adu fisik antara warga, pemuda, petani melawan anggota TNI. Sementara para wanita dan ibu-ibu menyelamatkan diri masing-masing.
Puluhan warga mengalami luka parah. Sunu yang saat itu tengah berorasi pun tak luput menjadi korban kekerasan dalam bentrok fisik itu. Sunu mengalami patah tulang tangan kiri dan mengalami luka di bagian kepala. Total sepuluh warga mengalami luka serius dan harus dilarikan ke puskesmas setempat untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan medis.
Kesepuluh orang itu masing-masing Parman (40), Samingan (35), Widodo Sunu Nugroho (36), Ratiman (36), Prayoga (49), Rajab (27), Kusnanto (29), Sri Rohani (18), Pawit (37), dan Kuwat (39). Para korban rata-rata mengalami cedera di bagian kepala akibat pukulan anggota TNI AD.
Menurut keterangan Kepala Puskesmas Mirit Yamoto, dari sepuluh orang tersebut, enam di antaranya dirujuk ke RSUD Dr Soedirman Kebumen. Mereka adalah Parman, Samingan, Widodo Sunu Nugroho, Ratiman, Prayoga, dan Rajab.
"Keenam korban harus kami rujuk ke RSU Kebumen karena luka mereka cukup serius," kata ungkap Yamoto kepada wartawan.
Terpisah, Mayor Infanteri Kusmayadi yang menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD 403 Zipur menerangkan bahwa pihak TNI sudah melakukan sosialisasi secara prosedural tentang kegiatan pemagaran yang dilakukan TNI untuk kemanan warga jika pihak TNI sedang latihan militer.
"Tujuannya juga untuk melindungi warga saat kami berlatih perang dan pelatihan militer lainnya. Kami juga tidak tahu mereka kurang jelas atau kurang paham, di daerah lain pun sudah dilakukan dengan lancar dan tidak ada masalah," tegas Mayor Infanteri Kusmayadi kepada wartawan.
Pihak TNI, lanjut Kusmayadi, berusaha bertindak persuasif. Namun warga, khususnya warga Desa Wiromartan ngotot tidak akan pergi dari lokasi pemagaran.
"Tidak ada bentrok, cuma kami mendesak dan menyingkirkan warga agar menjauh dari lokasi. Karena lokasi pemagaran adalah tanah inventaris negara yang harus kami amankan dan harus kita perjelas batas dan lokasi ini," ujar Kusmayadi.
PILIHAN:
Tiga Anggota TNI Terkena Ledakan Setelah Upacara HUT RI
Kejadiannya bermula saat ratusan warga, petani, pemuda di beberapa Desa Wiromartan, Kecamatan Mirid ditambah warga Desa Petangkuran, Kecamatan Ambal, dan Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren berkumpul dan berencana mengadang proses pemagaran yang dilakukan oleh aparat TNI.
Dalam pantauan, massa tiba di lokasi pukul 09.00 WIB dan mendengarkan orasi yang diberikan oleh Kades Wiromartan Widodo Sunu Nugroho. Dengan menggunakan alat megafon, Kades Sunu meminta agar pihak TNI berkomunikasi dengan warga setempat.
Warga menilai pemagaran yang menerjang lahan-lahan milik petani sebagai tindakan ilegal, tak berizin, tanpa pamit ataupun pemberitahuan ke pemerintah desa setempat.
"Kami menolak upaya pemagaran ini. Karena kami menganggap kegiatan pemagaran adalah illegal dan tanpa izin dari pemerintah desa kami," ucap Sunu.
Saat orasi berlangsung, sejumlah anggota TNI merangsek ke tengah-tengah massa dan membubarkan kumpulan warga yang saat itu sedang mendengarkan orasi.
Menyaksikan upaya paksa TNI untuk membubarkan mereka, ratusan warga melakukan perlawanan dengan tangan kosong. Terjadilah adu fisik antara warga, pemuda, petani melawan anggota TNI. Sementara para wanita dan ibu-ibu menyelamatkan diri masing-masing.
Puluhan warga mengalami luka parah. Sunu yang saat itu tengah berorasi pun tak luput menjadi korban kekerasan dalam bentrok fisik itu. Sunu mengalami patah tulang tangan kiri dan mengalami luka di bagian kepala. Total sepuluh warga mengalami luka serius dan harus dilarikan ke puskesmas setempat untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan medis.
Kesepuluh orang itu masing-masing Parman (40), Samingan (35), Widodo Sunu Nugroho (36), Ratiman (36), Prayoga (49), Rajab (27), Kusnanto (29), Sri Rohani (18), Pawit (37), dan Kuwat (39). Para korban rata-rata mengalami cedera di bagian kepala akibat pukulan anggota TNI AD.
Menurut keterangan Kepala Puskesmas Mirit Yamoto, dari sepuluh orang tersebut, enam di antaranya dirujuk ke RSUD Dr Soedirman Kebumen. Mereka adalah Parman, Samingan, Widodo Sunu Nugroho, Ratiman, Prayoga, dan Rajab.
"Keenam korban harus kami rujuk ke RSU Kebumen karena luka mereka cukup serius," kata ungkap Yamoto kepada wartawan.
Terpisah, Mayor Infanteri Kusmayadi yang menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Laboratorium Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD 403 Zipur menerangkan bahwa pihak TNI sudah melakukan sosialisasi secara prosedural tentang kegiatan pemagaran yang dilakukan TNI untuk kemanan warga jika pihak TNI sedang latihan militer.
"Tujuannya juga untuk melindungi warga saat kami berlatih perang dan pelatihan militer lainnya. Kami juga tidak tahu mereka kurang jelas atau kurang paham, di daerah lain pun sudah dilakukan dengan lancar dan tidak ada masalah," tegas Mayor Infanteri Kusmayadi kepada wartawan.
Pihak TNI, lanjut Kusmayadi, berusaha bertindak persuasif. Namun warga, khususnya warga Desa Wiromartan ngotot tidak akan pergi dari lokasi pemagaran.
"Tidak ada bentrok, cuma kami mendesak dan menyingkirkan warga agar menjauh dari lokasi. Karena lokasi pemagaran adalah tanah inventaris negara yang harus kami amankan dan harus kita perjelas batas dan lokasi ini," ujar Kusmayadi.
PILIHAN:
Tiga Anggota TNI Terkena Ledakan Setelah Upacara HUT RI
(zik)