Laguna Dangkal, Perahu Wisata Rawan Terdampar
A
A
A
KULONPROGO - Kemarau panjang telah menyebabkan ketinggian air di laguna Pantai Glagah menyusut.
Kedalaman laguna tinggal satu meter dan banyak bermunculan delta di tengah-tengah. Hal ini menjadikan perahu wisata sulit beraktivitas. Mereka berharap pemerintah melakukan pengerukan di bagian tengah. Pengelola Perahu Wisata, Suyadi mengatakan, pendangkalan ini telah terjadi sejak dua bulan belakangan. Saat ini kondisi paling parah dan menjadi kendala bagi pelaku wisata.
Tekong harus jeli mengarahkan kapal agar tidak terdampar. Untuk itulah, mereka telah memasang rambu dan bendera, titik-titik yang bisa dilalui perahu. “Warga berharap pemerintah mengeruk laguna agar keberadaan perahu wisata bisa eksis,” katanya.
Pendangkalan laguna juga membuat biaya operasional lebih boros. Kipas mesin menjadi cepat aus dan mudah patah karena terkena pasir. Padahal satu buah kipas mesin harganya mencapai Rp1,4 juta. Dulu, para pengelola secara swadaya pernah melakukan pengerukan dengan menyewa alat berat (backhoe). Saat itu mereka mengeluarkan dana kas senilai Rp4 juta.
Dengan kondisi penumpang yang sangat terbatas, mereka kurang mampu untuk melakukan secara swadaya. “Setiap bulan kami juga membayar ke pemerintah apa retribusi atau pajak,” ujarnya. Pengelola yang lain, Joko Supriyanto berharap, pemerintah juga mendukung sarana dermaga.
Laguna dan perahu wisata telah menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sehingga mereka berharap, pemerintah turun tangan ikut menata dermaga dengan bangunan permanen. “Sangat kami butuhkan dermaga yang lebih bagus,” katanya.
Kepala Desa Glagah Agus Parmono mengatakan, keluhan para pelaku wisata ini sudah dikomunikasikan dengan pemerintah. Perahu wisata telah menjadi bagian dari daya tarik wisata yang ada di Glagah.
Sehingga mereka juga perlu mendapatkan perhatian. Pendangkalan ini, kata dia, merupakan dampak dari kemarau panjang. Selain itu juga diakibatkan embusan air laut dari tenggara yang beberapa waktu sempat masuk ke laguna. “Kami sudah sampaikan ke Disbudparpora agar dilakukan pengerukan,” katanya.
Desa juga ingin agar pasir sedotan dari muara Sungai Serang dipakai untuk meratakan lapangan yang ada di depan Posko SAR. Lapangan ini kerap menjadi lokasi acara untuk menarik kunjungan wisatawan.
Kuntadi
Kedalaman laguna tinggal satu meter dan banyak bermunculan delta di tengah-tengah. Hal ini menjadikan perahu wisata sulit beraktivitas. Mereka berharap pemerintah melakukan pengerukan di bagian tengah. Pengelola Perahu Wisata, Suyadi mengatakan, pendangkalan ini telah terjadi sejak dua bulan belakangan. Saat ini kondisi paling parah dan menjadi kendala bagi pelaku wisata.
Tekong harus jeli mengarahkan kapal agar tidak terdampar. Untuk itulah, mereka telah memasang rambu dan bendera, titik-titik yang bisa dilalui perahu. “Warga berharap pemerintah mengeruk laguna agar keberadaan perahu wisata bisa eksis,” katanya.
Pendangkalan laguna juga membuat biaya operasional lebih boros. Kipas mesin menjadi cepat aus dan mudah patah karena terkena pasir. Padahal satu buah kipas mesin harganya mencapai Rp1,4 juta. Dulu, para pengelola secara swadaya pernah melakukan pengerukan dengan menyewa alat berat (backhoe). Saat itu mereka mengeluarkan dana kas senilai Rp4 juta.
Dengan kondisi penumpang yang sangat terbatas, mereka kurang mampu untuk melakukan secara swadaya. “Setiap bulan kami juga membayar ke pemerintah apa retribusi atau pajak,” ujarnya. Pengelola yang lain, Joko Supriyanto berharap, pemerintah juga mendukung sarana dermaga.
Laguna dan perahu wisata telah menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sehingga mereka berharap, pemerintah turun tangan ikut menata dermaga dengan bangunan permanen. “Sangat kami butuhkan dermaga yang lebih bagus,” katanya.
Kepala Desa Glagah Agus Parmono mengatakan, keluhan para pelaku wisata ini sudah dikomunikasikan dengan pemerintah. Perahu wisata telah menjadi bagian dari daya tarik wisata yang ada di Glagah.
Sehingga mereka juga perlu mendapatkan perhatian. Pendangkalan ini, kata dia, merupakan dampak dari kemarau panjang. Selain itu juga diakibatkan embusan air laut dari tenggara yang beberapa waktu sempat masuk ke laguna. “Kami sudah sampaikan ke Disbudparpora agar dilakukan pengerukan,” katanya.
Desa juga ingin agar pasir sedotan dari muara Sungai Serang dipakai untuk meratakan lapangan yang ada di depan Posko SAR. Lapangan ini kerap menjadi lokasi acara untuk menarik kunjungan wisatawan.
Kuntadi
(ftr)