Jatim Larang Sapi Dijual ke Jakarta
A
A
A
SURABAYA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim akhirnya menutup jalur perdagangan sapi ke luar provinsi. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi keluarnya sapi asal Jawa Timur ke luar daerah.
Sejumlah kawasan yang ditutup adalah check point di Mantingan Ngawi dan Tuban. Dua jalur tersebut selama ini akses utama pengiriman sapi ke Jawa Tengah, Jawa Barat serta DKI Jakarta.
Kebijakan ini diambil Gubernur Jatim Soekarwo menyusul kasus kelangkaan daging di sejumlah wilayah serta aksi mogok pedagang daging di DKI Jakarta. Soekarwo tidak ingin kasus tersebut merembet ke Jawa Timur dan menimbulkan gejolak. “Stok daging di Jatim harusdijaga. Jangansampaiada kelangkaan di sini. Karena itu jalur perdagangan harus ditutup. Mulai Selasa lalu, saya sudah perintahkan Dinas Peternakan dan instansi terkait untuk menutup akses itu,” katanya kepada wartawan, kemarin.
Sejumlah pedagang sapi di Bojonegoro mengaku sudah menerima permintaan sapi dari Jakarta dan sekitarnya. Menurut Sukemi, 56, pedagang sapi di Pasar Sapi Kebonagung di Desa Kebonagung, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, permintaan sapi mulai naik sejak sepekan ini. Sapi yang paling banyak diminta yaitu jenis sapi lokal Jawa dan sapi Brahman.
“Di Jakarta sekarang harga daging sapi sedang naik. Mungkin untuk mencukupi kebutuhan daging sapi itu, kini permintaan sapi dari sini naik,” ujar Sukemi saat berdagang sapi di Pasar Sapi Kebonagung, kemarin. Menurutnya, saat ini para pedagang mulai mengirim sapi jenis Brahman dan sapi lokal itu sekitar 5-10 ekor ke Jakarta dan sekitarnya. Untuk harga jual sapi Brahman dan sapi lokal belum terlalu naik. Misalnya untuk satu ekor sapi Brahman di kisaran Rp25 juta sampai Rp30 juta.
Kemudian, sapi lokal Jawa dewasa sekitar Rp20 juta sampai Rp25 juta. Sedangkan, sapi anakan lokal di kisaran Rp7 juta sampai Rp10 juta. Menurut Wahyuni, 45, pedagang daging sapi di Pasar Tobo Purwosari, meski harga daging sapi naik tetapi para pedagang daging di Bojonegoro tidak ikut-ikutan mogok seperti pedagang di Jakarta dan sekitarnya. “Memang sekarang pedagang daging lagi sulit. Sebab, harga daging terus naik. Akan tetapi, kami tidak sampai mogok,” ujarnya.
Pedagang daging Kota Batu menunggu gebrakan pemerintah. “Kami menunggu gebrakan pemerintah. Kalau sapi impor dari Australia datang. Maka harga daging sapi tidak jadi kami naikkan,” ungkappenjualdaging sapi H Rahmat Eko Suyono. Perhimpunan pedagang daging sapi Pasar Batu telah menggelar rapat membahas masalah kelangkaan daging sapi yang terjadi di Jakarta.
Hasil rapatnya, untuk sementara ini harga daging sapi di Pasar Batu tetap dipertahankan pada harga Rp100.000-105.000 per kg. “Untuk sementara ini tidak terjadi kelangkaan daging sapi. Karena stok sapi pedaging masih banyak,” katanya. Gubernur Soekarwo memastikan bahwa selama ini kondisi daging maupun populasi sapi di Jatim tidak ada masalah. Meski begitu dia tidak memungkiri bahwa isu kenaikan harga daging di Jakarta bisa ikut berimbas ke Jatim.
Sebab, pedagang pasti ingin merasakan kenaikan harga seperti di Jakarta yang kini telah mencapai harga Rp140.000/kg. Berdasarkan rumus ekonomi, jika ada kenaikan harga memang suplai akan ditahan dengan harapan harga akan naik lagi. “Kalau pedagang sampai menahan dan daging langka, terpaksa kami akan sembelih sendiri dan melempar ke pasaran,” ujarnya. Soekarwo menyatakan, saat ini harga daging di Jatim masih normal di kisaran Rp99.800/kg.
“Karena itu, masyarakat tak perlu khawatir karena pemerintah bisa mengambil alih proses penyembelihan jika sewaktuwaktu pedagang daging di Jawa Timur melakukan aksi mogok seperti di Jakarta,” katanya. Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur juga menjamin bahwa harga daging tidak berpotensi naik drastis. Kalaupun ada kenaikan itu hanya harga sapi untuk persiapan Idul Adha.
Menyikapi masalah ini, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Disperindag. “Kalau sampai ada lonjakan harga di luar batas, pasti akan ada operasi pasar. Ini sudah kami antisipasi,” ucapnya. Untuk diketahui, saat ini populasi sapi di Jatim mencapai 4,25 juta ekor. Jumlah ini lebih banyak dibanding populasi sapi tahun lalu yang berada di angka 4,125 juta ekor.
“Saat ini impor diprediksi selisih harganya tidak terlalu jauh. Diperkirakan harga daging impor 38.000/kg. Sedang daging sapi lokal 44.000/kg,” tandas Maskur.
Ihya ulumuddin/ muhammad roqib/ maman adi saputro
Sejumlah kawasan yang ditutup adalah check point di Mantingan Ngawi dan Tuban. Dua jalur tersebut selama ini akses utama pengiriman sapi ke Jawa Tengah, Jawa Barat serta DKI Jakarta.
Kebijakan ini diambil Gubernur Jatim Soekarwo menyusul kasus kelangkaan daging di sejumlah wilayah serta aksi mogok pedagang daging di DKI Jakarta. Soekarwo tidak ingin kasus tersebut merembet ke Jawa Timur dan menimbulkan gejolak. “Stok daging di Jatim harusdijaga. Jangansampaiada kelangkaan di sini. Karena itu jalur perdagangan harus ditutup. Mulai Selasa lalu, saya sudah perintahkan Dinas Peternakan dan instansi terkait untuk menutup akses itu,” katanya kepada wartawan, kemarin.
Sejumlah pedagang sapi di Bojonegoro mengaku sudah menerima permintaan sapi dari Jakarta dan sekitarnya. Menurut Sukemi, 56, pedagang sapi di Pasar Sapi Kebonagung di Desa Kebonagung, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, permintaan sapi mulai naik sejak sepekan ini. Sapi yang paling banyak diminta yaitu jenis sapi lokal Jawa dan sapi Brahman.
“Di Jakarta sekarang harga daging sapi sedang naik. Mungkin untuk mencukupi kebutuhan daging sapi itu, kini permintaan sapi dari sini naik,” ujar Sukemi saat berdagang sapi di Pasar Sapi Kebonagung, kemarin. Menurutnya, saat ini para pedagang mulai mengirim sapi jenis Brahman dan sapi lokal itu sekitar 5-10 ekor ke Jakarta dan sekitarnya. Untuk harga jual sapi Brahman dan sapi lokal belum terlalu naik. Misalnya untuk satu ekor sapi Brahman di kisaran Rp25 juta sampai Rp30 juta.
Kemudian, sapi lokal Jawa dewasa sekitar Rp20 juta sampai Rp25 juta. Sedangkan, sapi anakan lokal di kisaran Rp7 juta sampai Rp10 juta. Menurut Wahyuni, 45, pedagang daging sapi di Pasar Tobo Purwosari, meski harga daging sapi naik tetapi para pedagang daging di Bojonegoro tidak ikut-ikutan mogok seperti pedagang di Jakarta dan sekitarnya. “Memang sekarang pedagang daging lagi sulit. Sebab, harga daging terus naik. Akan tetapi, kami tidak sampai mogok,” ujarnya.
Pedagang daging Kota Batu menunggu gebrakan pemerintah. “Kami menunggu gebrakan pemerintah. Kalau sapi impor dari Australia datang. Maka harga daging sapi tidak jadi kami naikkan,” ungkappenjualdaging sapi H Rahmat Eko Suyono. Perhimpunan pedagang daging sapi Pasar Batu telah menggelar rapat membahas masalah kelangkaan daging sapi yang terjadi di Jakarta.
Hasil rapatnya, untuk sementara ini harga daging sapi di Pasar Batu tetap dipertahankan pada harga Rp100.000-105.000 per kg. “Untuk sementara ini tidak terjadi kelangkaan daging sapi. Karena stok sapi pedaging masih banyak,” katanya. Gubernur Soekarwo memastikan bahwa selama ini kondisi daging maupun populasi sapi di Jatim tidak ada masalah. Meski begitu dia tidak memungkiri bahwa isu kenaikan harga daging di Jakarta bisa ikut berimbas ke Jatim.
Sebab, pedagang pasti ingin merasakan kenaikan harga seperti di Jakarta yang kini telah mencapai harga Rp140.000/kg. Berdasarkan rumus ekonomi, jika ada kenaikan harga memang suplai akan ditahan dengan harapan harga akan naik lagi. “Kalau pedagang sampai menahan dan daging langka, terpaksa kami akan sembelih sendiri dan melempar ke pasaran,” ujarnya. Soekarwo menyatakan, saat ini harga daging di Jatim masih normal di kisaran Rp99.800/kg.
“Karena itu, masyarakat tak perlu khawatir karena pemerintah bisa mengambil alih proses penyembelihan jika sewaktuwaktu pedagang daging di Jawa Timur melakukan aksi mogok seperti di Jakarta,” katanya. Kepala Dinas Peternakan Jatim Maskur juga menjamin bahwa harga daging tidak berpotensi naik drastis. Kalaupun ada kenaikan itu hanya harga sapi untuk persiapan Idul Adha.
Menyikapi masalah ini, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Disperindag. “Kalau sampai ada lonjakan harga di luar batas, pasti akan ada operasi pasar. Ini sudah kami antisipasi,” ucapnya. Untuk diketahui, saat ini populasi sapi di Jatim mencapai 4,25 juta ekor. Jumlah ini lebih banyak dibanding populasi sapi tahun lalu yang berada di angka 4,125 juta ekor.
“Saat ini impor diprediksi selisih harganya tidak terlalu jauh. Diperkirakan harga daging impor 38.000/kg. Sedang daging sapi lokal 44.000/kg,” tandas Maskur.
Ihya ulumuddin/ muhammad roqib/ maman adi saputro
(ars)