Pemkab Jeneponto Gelar Program Pengembangan Seribu Ternak Sapi
A
A
A
JENEPONTO - Untuk mengantisipasi dampak buruk akibat kekeringan yang melanda ratusan hektare tanaman padi di Jeneponto, Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan melalui Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan terobosan baru dengan menggelar program pengembangan seribu ternak sapi.
Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada tanaman padi dan jagung saat memasuki musim kemarau.
Pengembangan seribu ekor ternak sapi betina dilakukan melalui program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB). Program ini bekerja sama dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Caranya, menyuntikkan sperma atau memasukkan secara langsung sperma buatan ke dalam rahim sapi betina.
Ini dilakukan agar sapi-sapi betina ini cepat bunting dan diharapkan segera melahirkan bibit-bibit sapi yang unggul. Program ini kali pertama digelar di Jeneponto, tepatnya di Desa Bontomani, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.
Program ini ditargetkan meningkatkan popularitas ternak sapi hingga 80 persen dari populasi sebelumnya dalam jangka waktu enam hingga tujuh bulan pascadilakukannya GBIB.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto Rachmansyah Guntur mengatakan, saat ini Indonesia secara umum sedang dilanda kekeringan, sehingga pihaknya harus mencari terobosan komoditi yang cocok dikembangkan oleh para petani saat musim kemarau, tanpa dipengaruhi lagi oleh kekeringan.
Kegiatan GBIB rencananya dikembangkan pada ternak kuda, kerbau, dan kambing.
Di Jeneponto, populasi ternak sapi saat ini mencapai 3.500 ekor. Sementara, hasil program ini ditargetkan mencapai seribu ekor sapi dalam waktu satu hingga dua tahun mendatang.
Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada tanaman padi dan jagung saat memasuki musim kemarau.
Pengembangan seribu ekor ternak sapi betina dilakukan melalui program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB). Program ini bekerja sama dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Caranya, menyuntikkan sperma atau memasukkan secara langsung sperma buatan ke dalam rahim sapi betina.
Ini dilakukan agar sapi-sapi betina ini cepat bunting dan diharapkan segera melahirkan bibit-bibit sapi yang unggul. Program ini kali pertama digelar di Jeneponto, tepatnya di Desa Bontomani, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.
Program ini ditargetkan meningkatkan popularitas ternak sapi hingga 80 persen dari populasi sebelumnya dalam jangka waktu enam hingga tujuh bulan pascadilakukannya GBIB.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto Rachmansyah Guntur mengatakan, saat ini Indonesia secara umum sedang dilanda kekeringan, sehingga pihaknya harus mencari terobosan komoditi yang cocok dikembangkan oleh para petani saat musim kemarau, tanpa dipengaruhi lagi oleh kekeringan.
Kegiatan GBIB rencananya dikembangkan pada ternak kuda, kerbau, dan kambing.
Di Jeneponto, populasi ternak sapi saat ini mencapai 3.500 ekor. Sementara, hasil program ini ditargetkan mencapai seribu ekor sapi dalam waktu satu hingga dua tahun mendatang.
(zik)