Kejar Response Time, Tekan Korban Jiwa
A
A
A
PERISTIWA kebakaran di Kota Palembang dinilai cukup tinggi dan butuh perhatian khusus untuk menanganinnya. Selain butuh dukungan alat yang memadai, tentunya dibutuhkan juga petugas yang terampil.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kota Palembang, tercatat pada tahun 2013 terjadi 122 kejadian dengan korban jiwa 1 orang meninggal dan 4 luka bakar ringan.
Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 233 kejadian (110 kebakaran lahan) dan 10 orang meninggal. Data terakhir, hingga 4 Agustus 2015 tercatat 113 kejadian meskipun belum menimbulkan korban jiwa. Kepala BPBPK Kota Palembang Edison mengatakan, sebagian besar penyebab kebakaran di Kota Palembang akibat korsleting arus listrik, kompor, dan lilin serta kelalaian manusia.
“Saya pikir banyak kabel-kabel listrik yang harus diremajakan. Bisa juga tidak standar dan umur kabel sudah tua sehingga harus diganti. Kami sering mensosialisasikan kepada warga dengan mengajak PLN agar menggunakan kabel dengan standar PLN,” ujar Edison kepada KORAN SINDO PALEMBANG, baru-baru ini. Edison melanjutkan, warga juga banyak yang menggunakan arus listrik bertumpuk, seperti satu aliran dengan beberapa colokan/steker seperti untuk AC, televisi, kipas angin, dispenser dan lainnya.
“Kami mengimbau warga harus berhati-hati. Selain lebih perhatian terhadap barang elektroniknya. Instalasi kabel listrik di rumah juga harus diperhatikan,” tuturnya. Bukan hanya itu, jelas dia, pada musim kemarau saat ini jangan membakar sampah sembarangan, dan membuang puntung rokok sembarangan karena bisa berpotensi kebakaran rumah serta lahan. Pihaknya mengimbau masyarakat supaya berperan aktif melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini di lingkungannya masingmasing.
“Untuk kebakaran lahan yang disengaja bisa terkena sanksi pidana,” ujar Edison. Untuk menanggulangi kebakaran, BPBPK Kota Palembang saat ini telah memiliki petugas pemadam kebakaran 309 orang gabungan PNS dan honor. Ditambah 7 kepala pos hingga menjadi 316 orang. Dengan pembagian tugas dalam tiga shift kerja. Shift pertama mulai pukul 07.30 -14.00 WIB. Shift kedua pukul 14.00-22.00 WIB. Shift ketiga pukul 22.00-07.30 WIB.
“Personel pemadam di lapangan juga secara berjenjang berdasarkan komando mulai dari wadan (wakil komandan), komandan, kepala pos dan kasi operasional,” tuturnya. Tekad memberikan pelayanan terbaik, BPBPK Kota Palembang terus berupaya mempercepat tindakan penanganan kebakaran (Response Time) hingga 15 menit. Tahun ini, jelas Edison, ada tiga program penambahan pos dan pengadaan mobil pemadam kebakaran. Untuk pos akan ditempatkan di Jalan Demang Lebar Daun, Jalan R Sukamto dan Lemabang.
Penambahan pos dan armada, kata dia, dirasa cukup penting mengingat kondisi jalan yang kerap macet sehingga sampai ke lokasi kebakaran sering terhambat. “Idealnya 15 menit atau lebih cepat sudah sampai di lokasi kebakaran. Kalau lokasi jauh dan jalanan macet, ditambah lokasi masuk ke dalam lorong sempit itu bisa menghambat. Lain halnya jika kejadiannya malam. Laju kendaraan bisa lebih cepat atau laporan kejadian kebakarannya lebih cepat,” ujar Edison.
Palembang sementara ini memiliki tujuh pos, yakni di Jalan Merdeka (0711- 312011), Seberang Ulu I (0711-510743), Seberang Ulu II (0711- 519003), Gandus (0711- 447123), Sako (0711-822532), dan Alang-Alang Lebar (0711- 7423500) serta pos fire boatdi Sungai Musi. Dengan kondisi yang ada, jelas Edison, pihaknya berusaha maksimal dengan memetakan kondisi rawan kebakaran pada titik-titik tertentu yang umumnya berpontensi terjadinya kebakaran.
“Misalkan saja di wilayah Seberang Ulu I, II, Tangga Buntung, Ilir Barat 2, Ilir Timur 1 dan 2. Dengan begitu upaya pemantauan lebih mudah untuk daerah rawan kebakaran,” jelasnya. Sementara ada juga wilayah yang cukup merepotkan petugas pemadam kebakaran seperti yang terjadi di kawasan industri, pergudangan, pemukiman padat penduduk. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, tentu dibutuhkan armada yang baik dan cukup.
Menurut Edison idealnya armada pemadam kebakaran berjumlah 30 unit. Namun saat ini Palembang baru memiliki 21 unit. “Terakhir kami memiliki kendaraan tahun 2007. Ada juga kendaraan tahun 1996 seperti built updari Jepang,” ujarnya. Dengan keterbatasan tersebut, sejumlah kendaraan sudah silih berganti diperbaiki. Sebanyak 21 armada tersebut terdiri dari fire tanker6 unit, fire truck 14 unit, fire boat1 unit.
“Kami ada mobil tangga setinggi 35 meteryang mampu menjangku gedung bertingkat. Untuk armada kecilnya ada mobil blower 1 unit, unit rescue dengan mobil pompa 2 unit. Quick Respon (pompa besar) dengan selang bisa mencapai 1.000 meter sebanyak 1 unit. Kemudian pompa apung, dan floating pumpempat unit,” pungkas Edison.
Sierra syailendra
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kota Palembang, tercatat pada tahun 2013 terjadi 122 kejadian dengan korban jiwa 1 orang meninggal dan 4 luka bakar ringan.
Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 233 kejadian (110 kebakaran lahan) dan 10 orang meninggal. Data terakhir, hingga 4 Agustus 2015 tercatat 113 kejadian meskipun belum menimbulkan korban jiwa. Kepala BPBPK Kota Palembang Edison mengatakan, sebagian besar penyebab kebakaran di Kota Palembang akibat korsleting arus listrik, kompor, dan lilin serta kelalaian manusia.
“Saya pikir banyak kabel-kabel listrik yang harus diremajakan. Bisa juga tidak standar dan umur kabel sudah tua sehingga harus diganti. Kami sering mensosialisasikan kepada warga dengan mengajak PLN agar menggunakan kabel dengan standar PLN,” ujar Edison kepada KORAN SINDO PALEMBANG, baru-baru ini. Edison melanjutkan, warga juga banyak yang menggunakan arus listrik bertumpuk, seperti satu aliran dengan beberapa colokan/steker seperti untuk AC, televisi, kipas angin, dispenser dan lainnya.
“Kami mengimbau warga harus berhati-hati. Selain lebih perhatian terhadap barang elektroniknya. Instalasi kabel listrik di rumah juga harus diperhatikan,” tuturnya. Bukan hanya itu, jelas dia, pada musim kemarau saat ini jangan membakar sampah sembarangan, dan membuang puntung rokok sembarangan karena bisa berpotensi kebakaran rumah serta lahan. Pihaknya mengimbau masyarakat supaya berperan aktif melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini di lingkungannya masingmasing.
“Untuk kebakaran lahan yang disengaja bisa terkena sanksi pidana,” ujar Edison. Untuk menanggulangi kebakaran, BPBPK Kota Palembang saat ini telah memiliki petugas pemadam kebakaran 309 orang gabungan PNS dan honor. Ditambah 7 kepala pos hingga menjadi 316 orang. Dengan pembagian tugas dalam tiga shift kerja. Shift pertama mulai pukul 07.30 -14.00 WIB. Shift kedua pukul 14.00-22.00 WIB. Shift ketiga pukul 22.00-07.30 WIB.
“Personel pemadam di lapangan juga secara berjenjang berdasarkan komando mulai dari wadan (wakil komandan), komandan, kepala pos dan kasi operasional,” tuturnya. Tekad memberikan pelayanan terbaik, BPBPK Kota Palembang terus berupaya mempercepat tindakan penanganan kebakaran (Response Time) hingga 15 menit. Tahun ini, jelas Edison, ada tiga program penambahan pos dan pengadaan mobil pemadam kebakaran. Untuk pos akan ditempatkan di Jalan Demang Lebar Daun, Jalan R Sukamto dan Lemabang.
Penambahan pos dan armada, kata dia, dirasa cukup penting mengingat kondisi jalan yang kerap macet sehingga sampai ke lokasi kebakaran sering terhambat. “Idealnya 15 menit atau lebih cepat sudah sampai di lokasi kebakaran. Kalau lokasi jauh dan jalanan macet, ditambah lokasi masuk ke dalam lorong sempit itu bisa menghambat. Lain halnya jika kejadiannya malam. Laju kendaraan bisa lebih cepat atau laporan kejadian kebakarannya lebih cepat,” ujar Edison.
Palembang sementara ini memiliki tujuh pos, yakni di Jalan Merdeka (0711- 312011), Seberang Ulu I (0711-510743), Seberang Ulu II (0711- 519003), Gandus (0711- 447123), Sako (0711-822532), dan Alang-Alang Lebar (0711- 7423500) serta pos fire boatdi Sungai Musi. Dengan kondisi yang ada, jelas Edison, pihaknya berusaha maksimal dengan memetakan kondisi rawan kebakaran pada titik-titik tertentu yang umumnya berpontensi terjadinya kebakaran.
“Misalkan saja di wilayah Seberang Ulu I, II, Tangga Buntung, Ilir Barat 2, Ilir Timur 1 dan 2. Dengan begitu upaya pemantauan lebih mudah untuk daerah rawan kebakaran,” jelasnya. Sementara ada juga wilayah yang cukup merepotkan petugas pemadam kebakaran seperti yang terjadi di kawasan industri, pergudangan, pemukiman padat penduduk. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, tentu dibutuhkan armada yang baik dan cukup.
Menurut Edison idealnya armada pemadam kebakaran berjumlah 30 unit. Namun saat ini Palembang baru memiliki 21 unit. “Terakhir kami memiliki kendaraan tahun 2007. Ada juga kendaraan tahun 1996 seperti built updari Jepang,” ujarnya. Dengan keterbatasan tersebut, sejumlah kendaraan sudah silih berganti diperbaiki. Sebanyak 21 armada tersebut terdiri dari fire tanker6 unit, fire truck 14 unit, fire boat1 unit.
“Kami ada mobil tangga setinggi 35 meteryang mampu menjangku gedung bertingkat. Untuk armada kecilnya ada mobil blower 1 unit, unit rescue dengan mobil pompa 2 unit. Quick Respon (pompa besar) dengan selang bisa mencapai 1.000 meter sebanyak 1 unit. Kemudian pompa apung, dan floating pumpempat unit,” pungkas Edison.
Sierra syailendra
(ars)