Hujan Lima Jam, 1.000 Lebih Rumah Terendam
A
A
A
PEKALONGAN - Berbeda dengan daerah lain yang dilanda kekeringan, Kota Pekalongan justru mengalami banjir. Hujan yang turun beberapa jam pada Rabu (5/8) malam telah membuat lebih dari 1.000 rumah warga terendam banjir.
Jumlah itu tersebar di sejumlah kelurahan di Kota Pekalongan. “Hujan mulai terjadi sekitar pukul 21.00 hingga 02.00 WIB,” ka ta Aan, warga RT 2/1, Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, kemarin. Namun, air mulai masuk ke rumahnya sekitar pukul 23.00. Menurutnya, air masuk rumah hingga setinggi lutut orang dewasa.
“Di rumah sekitar selutut saya. Pagi ini alhamdulillah sudah sedikit surut. Tapi tidak tahu bisa benar-benar habis airnya atau tidak siang nanti,” katanya. Sementara, Wardah, 57, warga lainnya, mengungkapkan, banjir tersebut terjadi akibat luapan Sungai Bremi. Sebab, sungai tersebut sudah meng alami sedimentasi yang parah. “Jadi setiap hujan deras beberapa jam saja, pasti banjir.
Sebab, sungai sudah dangkal dan lama tidak dikeruk. Padahal, ini masih kemarau, kalau musim hujan, kami bisa lebih sering kebanjiran,” ujarnya. Menurut dia, banjir saat ini kemungkinan tidak akan lama karena debit air sudah mengalami penurunan sehingga pihaknya memperkirakan sudah bisa surut beberapa waktu kemudian. “Pukul 05.30, air surut tapi sedikit, mungkin sekitar 10 cm.
Siang biasanya surut, tapi kalau malam lagi ya banjir lagi,” ujarnya. Sementara itu, Kukuh, 34, memperkirakan total ada sekitar 400 KK yang kebanjiran di RT 7 dan 3 RW 1. Jadi, pihaknya memperkirakan bisa lebih dari 500 KK pada dua RW yang terendam banjir. “RT 7/1 dan RT 3/1 saja ada sekitar 400 KK. Belum RT lainnya. Sedangkan ini yang terendam ada dua RW, yakni RW 1 dan RW 8.
Jadi ada sekitar seribuan warga yang kebanjiran,” bebernya. Warga berharap ada tindakan nyata dari Pemkot Pekalongan untuk menanggulangi banjir tersebut. Sebab, setiap hu jan deras turun beberapa jam, lokasi tersebut langsung terendam air dari luapan Sungai Bremi. “Yang jelas Sungai Bremi sudah harus dikeruk karena pengerukan sudah lama tidak dilakukan.
Kami juga berharap dibuatkan tanggul agar air bisa tidak langsung mengalir deras ke permukiman warga,” katanya. Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penang gu langan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Hengky Sulis Hadi membenarkan hal itu. Menurut dia, setidaknya ada sembilan kelurahan yang terendam banjir akibat hujan sekitar lima jam kemarin.
“Namun, pagi tadi (Kamis 6/8) hanya tinggal tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pabean, Pasirsari, dan Tirto. Hujan sangat lebat sehingga terjadi banyak luapan sungai karena banyak drainase yang tidak kuat menampung,” katanya kemarin. Pihaknya mengaku siap meng gelar langkah lebih lanjut jika mengancam warga. Namun, lantaran dinilai masih aman, pihaknya hanya melakukan pemantauan saja. “Saat ini masih aman.
Namun, kalau mengancam warga, kami siap menggelar dapur umum dan menyiapkan pengungsian. Kami tetap memantau perkembangan warga yang masih terendam,” ujarnya. Hingga siang ini, air masih menggenangi sejumlah lokasi di Kecamatan Pekalongan Barat dengan ketinggian sekitar 40- 50 cm. Selain itu, belum terlihat dari petugas dari pemkot yang turun ke lapangan untuk memberikan bantuan.
Prahayuda febrianto
Jumlah itu tersebar di sejumlah kelurahan di Kota Pekalongan. “Hujan mulai terjadi sekitar pukul 21.00 hingga 02.00 WIB,” ka ta Aan, warga RT 2/1, Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, kemarin. Namun, air mulai masuk ke rumahnya sekitar pukul 23.00. Menurutnya, air masuk rumah hingga setinggi lutut orang dewasa.
“Di rumah sekitar selutut saya. Pagi ini alhamdulillah sudah sedikit surut. Tapi tidak tahu bisa benar-benar habis airnya atau tidak siang nanti,” katanya. Sementara, Wardah, 57, warga lainnya, mengungkapkan, banjir tersebut terjadi akibat luapan Sungai Bremi. Sebab, sungai tersebut sudah meng alami sedimentasi yang parah. “Jadi setiap hujan deras beberapa jam saja, pasti banjir.
Sebab, sungai sudah dangkal dan lama tidak dikeruk. Padahal, ini masih kemarau, kalau musim hujan, kami bisa lebih sering kebanjiran,” ujarnya. Menurut dia, banjir saat ini kemungkinan tidak akan lama karena debit air sudah mengalami penurunan sehingga pihaknya memperkirakan sudah bisa surut beberapa waktu kemudian. “Pukul 05.30, air surut tapi sedikit, mungkin sekitar 10 cm.
Siang biasanya surut, tapi kalau malam lagi ya banjir lagi,” ujarnya. Sementara itu, Kukuh, 34, memperkirakan total ada sekitar 400 KK yang kebanjiran di RT 7 dan 3 RW 1. Jadi, pihaknya memperkirakan bisa lebih dari 500 KK pada dua RW yang terendam banjir. “RT 7/1 dan RT 3/1 saja ada sekitar 400 KK. Belum RT lainnya. Sedangkan ini yang terendam ada dua RW, yakni RW 1 dan RW 8.
Jadi ada sekitar seribuan warga yang kebanjiran,” bebernya. Warga berharap ada tindakan nyata dari Pemkot Pekalongan untuk menanggulangi banjir tersebut. Sebab, setiap hu jan deras turun beberapa jam, lokasi tersebut langsung terendam air dari luapan Sungai Bremi. “Yang jelas Sungai Bremi sudah harus dikeruk karena pengerukan sudah lama tidak dilakukan.
Kami juga berharap dibuatkan tanggul agar air bisa tidak langsung mengalir deras ke permukiman warga,” katanya. Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penang gu langan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Hengky Sulis Hadi membenarkan hal itu. Menurut dia, setidaknya ada sembilan kelurahan yang terendam banjir akibat hujan sekitar lima jam kemarin.
“Namun, pagi tadi (Kamis 6/8) hanya tinggal tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pabean, Pasirsari, dan Tirto. Hujan sangat lebat sehingga terjadi banyak luapan sungai karena banyak drainase yang tidak kuat menampung,” katanya kemarin. Pihaknya mengaku siap meng gelar langkah lebih lanjut jika mengancam warga. Namun, lantaran dinilai masih aman, pihaknya hanya melakukan pemantauan saja. “Saat ini masih aman.
Namun, kalau mengancam warga, kami siap menggelar dapur umum dan menyiapkan pengungsian. Kami tetap memantau perkembangan warga yang masih terendam,” ujarnya. Hingga siang ini, air masih menggenangi sejumlah lokasi di Kecamatan Pekalongan Barat dengan ketinggian sekitar 40- 50 cm. Selain itu, belum terlihat dari petugas dari pemkot yang turun ke lapangan untuk memberikan bantuan.
Prahayuda febrianto
(bbg)