Bibit Padi Diduga Palsu Marak Beredar

Kamis, 06 Agustus 2015 - 08:46 WIB
Bibit Padi Diduga Palsu Marak Beredar
Bibit Padi Diduga Palsu Marak Beredar
A A A
SLAWI - Petani di wilayah Kabupaten Tegal dan sekitarnya harus lebih waspada saat hendak membeli bibit padi di toko. Pasalnya, ditengarai banyak bibit padi kemasan yang sudah dipalsukan beredar di pasaran.

Hal itu ditunjukkan dengan temuan adanya bibit padi kemasan yang diduga palsu di wilayah Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Bibit padi berbagai jenis varietas tersebut sudah beredar hingga ke kalangan petani. Keberadaan bibit abal-abal itu terbongkar ketika seorang pengusaha bibit padi diDukuhwaru, Doso Sukirno mendapat keluhan dari sejumlah petani terkait kualitas bibit padi merek Anisa dan Padasuka yang diproduksi oleh produsen bibit padi di Subang, Jawa Barat.

Lantaran penasaran, Doso yang CV-nya bermitra dengan produsen di Subang itu kemudian mengecek keluhan tersebut ke lapangan. Dia membeli sejumlah bibit padi merek Anisa dan Padasuka kemasan ukuran 5 kilogram sebagai sampel. Jenis varietasnya di antaranya Ciherang, IR 64, Sidenok, dan Situba Gendit.

“Setelah saya dapatkan dari sejumlah toko dan saya cek, ada kejanggalan dalam kemasannya sehingga diduga palsu,” ujar Doso kemarin. Kejanggalan tersebut, diantaranya terlihat dari kesamaan nomor registrasi pada kemasan. Padahalkemasanbibitaslime miliki nomor registrasi yang berbeda walaupun satu varietas.

Selain itu, kondisi fisik ke masan ju ga tampak hanya disablon dan nomor register hanya di-scan . “Kalau yang asli terlihat cetak tim bul, namun kalau yang palsu seperti fotokopi warna,’’ ujar Doso. Doso juga mengaku sudah meng-cross check ke produsennya langsung. Dipastikan bibit merek Padasuka dan Anisa tidak pernah didistribusikan ke wilayah Kabupaten Tegal.

“Karena diduga palsu, kualitasnya jelas diragukan. Saya menduga ini merupakan gabah konsumsi yang peruntukannya tidak untuk bibit,’’ katanya. Menurut Doso, petani rawan tertipu karena memang tidak membedakan gabah padi yang untuk konsumsi dan untuk bibit. Untuk digunakan sebagai bibit, gabah padi biasa juga harus melalui sejumlah proses lebih dulu.

“Kalau yang awam dan tidak biasa memang sulit membedakan. Makanya, ini saya laporkan ke aparat berwajib,” tandasnya. Sukirno menduga pembuat dan pemasok bibit diduga palsu tersebut berada di Kabupaten Tegal. Aksi pemalsuan dilakukan untuk mendapatkan untung lebih banyak. “Di pasaran dijual Rp9.000 per kilo. Padahal kalau gabah biasa harganya Rp5.000 per kilo.

Jadi untungnya sampai Rp4.000. Passaya cari sampel, itu jumlahnya ada banyak di toko-toko,” ungkapnya. Salah seorang perwakilan produsen bibit padi Anisa memastikan bibit padi yang ditemukan bukan berasal dari perusahaannya karena ada kejanggalan di nomor registrasinya yang sama.

“Kami jelas sangat di rugikan karena memakai nama perusahaan kami,” ujar Kam bali di Tegal kemarin. Menurut Kambali, bibit padi yang dijual oleh perusahaannya sudah melalui proses pembuatan bibit yang panjang dan mengantongi sertifikasi dari Balai Benih. “Jadi memang untuk dibuat benih,” ucapnya.

Salah seorang staf dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Jateng Sarji yang mengecek ke Dukuharu mengatakan temuan bibit padi tersebut patut diduga palsu jika dilihat dari kemasannya. Untuk memastikannya harus melalui penelitian. ‘’Kami belum bisa simpulkan palsu atau tidak karena harus melakukan penelitian.

Yang pasti memang ada persyaratan peng olahangabahmenjadibi bit. Soal pendistribusian juga melalui perizinan yang cukup ketat, termasuk sertifikasi,’’ ucapnya. Sementara itu, Kapolres Tegal AKBP RH Wibowo mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih dulu untuk memastikan ada tidaknya unsur pelanggaran hukum terkait temuan bibit padi tersebut. “Sementara kita amankan dulu beberapa untuk diselidiki. Dalam penyelidikan kita juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait,” katanya kemarin.

Farid firdaus
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3443 seconds (0.1#10.140)