Susahnya Masuk Malioboro

Selasa, 21 Juli 2015 - 10:41 WIB
Susahnya Masuk Malioboro
Susahnya Masuk Malioboro
A A A
YOGYAKARTA - Malioboro tetap menjadi primadona bagi wisatawan untuk dikunjungi. Tak heran, akses menuju Malioboro sangat padat. Pantauan di lapangan, antrean panjang mobil pribadi terlihat di sepanjang Jalan Mataram dan Kotabaru, yang merupakan akses menuju Malioboro.

Kepadatan kendaraan sangat terlihat dari arah Kotabaru. Pasalnya, akses menuju Malioboro yang biasanya dari Jalan Pasar Kembang melewati Jembatan Kleringan ditutup. Laju kendaraan diarahkan memutari Stadion Kridosono. Tak heran, dari Kotabaru menuju Malioboro sangat padat. Dari arah ini, di Pertigaan Teteg harus bertemu arus dari Jalan Mataram yang sama-sama menuju Malioboro.

Traf fick light di pertigaan ini yang biasanya kiri jalan terus, harus berhenti dengan memberi ke sempatan kendaraan dari arah Kotabaru. Agung Setyawan, 45, salah seorang wisatawan meng ungkapkan, akses menuju Malioboro sangat padat. Dia berangkat dari sebuah hotel di Jalan Man gkubumi menuju Malioboro ditempuh dalam waktu dua jam. "Kalau ditarik benang lur us, hotel saya menginap dengan Malioboro tidak sampai satu kilometer," katanya. Wisatawan asal Malang ini mengungkapkan, dari hotel yang menginap ke Malioboro naik mobil.

Karena ada rekayasa jalur, mereka menyusuri Jalan Mang kubumi-Kotabaru-Kri - do sono-Kotabaru-Pertigaan Teteg-Malioboro. "Dari Jembatan Kleringan dibelokkan ke Kotabaru, tidak bisa ke kanan (langsung ke Malioboro)," ungkapnya. Sepanjang jalan yang dilalui menuju Malioboro sangat padat. "Mau masuk Malioboro saja susahnya minta ampun," ucapnya. Kasubnit Turjawali Ipda Tau fik S mengatakan, peningkatan volume kendaraan yang masuk ke kawasan Malioboro biasanya mulai pukul 10.00 WIB.

Kepolisian memutuskan untuk melakukan rekayasa lalu lintas di kawasan Kleringan untuk mengurai kepadatan arus kendaraan. Rekayasa arus yang dilakukan kepada kendaraan yang dari arah Jalan Mangkubumi dan Jalan Pasar Kembang untuk ber pu tar lebih jauh menuju Jalan Ahmad Jazuli memutar ke Stadion Kridosono baru mengarah ke Jalan Malioboro. "Ini un tuk mengurai kemacetan," kata dia.

Dia mengatakan, rekayasa lalu lintas tersebut akan di la ku - kan sampai arus lalu lintas di kawasan tersebut lancar kembali dan kepadatan dapat terurai. "Waktunya belum bisa di - ten tukan sampai kapan, karena di Malioboro masih padat," katanya. Sementara itu, selain Ma lio - boro yang diserbu wisatawan, Ke raton Yogyakarta juga menarik minat wisatawan untuk mengunjungi. Setelah tiga hari wisata Keraton Yogyakarta ditu tup, kemarin kembali dibuka. Keraton Yogyakarta dibuka untuk kunjungan wisatawan mulai kemarin setelah tiga hari libur.

Lebaran pertama Keraton ditutup untuk kunjungan, Lebaran kedua tutup karena ada Grebeg Syawalan dan Ngabek ten. Lebaran ketiga juga tu - tup karena masih ada acara Ngabekten. Baru buka sekitar 30 menit, langsung diserbu ratusan wisatawan yang ingin melihat-lihat benda-benda bersejarah di dala mnya. Banyak wisatawan yang penasaran seputar Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Jimmy Gunawan, 36, wisatawan asal Cengkareng yang datang bersama keluarganya bertanya kepada abdi dalem di mana tempat digunakan Su l - tan HB X mengeluarkan Sabdaraja.

"Saya tanya ke abdi dalem, tapi no comment. Ya sudah," ujarnya ke marin sambil berharap Ke ra ton Yogyakarta tetap utuh. Selain penasaran dengan Sabdaraja, banyak wisatawan melihat-lihat di dalam Keraton. Mereka kagum dengan lukisan tiga dimensi karya Raden Saleh. "Nilai kebudayaannya sa ngat tinggi. Peninggalan-peninggalan barang bersejarah ma sih cukup lengkap," kata Jimmy.

Staf Administrasi Tepas Pari wisata Keraton Yogyakarta Di nar Roswijayanti mengatakan, kunjungan wisatawan melonjak tajam dibanding hari biasanya. "Kunjungannya meningkat banyak, baru pertama buka setelah libur. Yang datang kebanyakan rombongan keluarga," katanya. Para wisatawan dapat melihat berbagai bangunan yang ada di Keraton yang sampai saat ini masih kokoh dengan arsitekturnya yang memukau.

Bangu nan bersejarah yang bisa dikunjungi wisatawan antara Bangsal Srimanganti, Trajumas, Bangsal Kencono, Museum Sultan Hamengku Buwono IX, museum batik, museum cang kir (yang dipakai keraton dulu), dan lainnya.

Ridwan anshori
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5119 seconds (0.1#10.140)