Antara Terjun ke Bisnis dan Main di Tarkam
A
A
A
BISNISjadi salah satu upaya yang dilakukan para pemain Persib Bandung setelah diputus kontraknya oleh manajemen tim akibat tidak adanya kejelasan kompetisi.
Hampir sebagian besar usaha bisnis itu mulai digeluti para pemain. Sebagai usaha agar kondisi finansial tetap stabil. Seperti yang dilakukan Tony Sucipto. Pemain serba bisa ini mencoba merambah usaha kuliner. Setelah sebelumnya membuka restoran masakan khas Sunda, Tony mencoba bisnis kuliner kedua dengan membuka restoran berjalan menggunakan kendaraan berjenis bus. Meski bergelut di bisnis kuliner baru dilakoninya, namun setidaknya bisnis tersebut membuat kondisi finansial Tony tetap stabil.
“Tapi tetap fokus utama saya adalah bermain bola,” ungkap Tony. Selain Tony, bisnis kuliner juga mulai ditekuni Dedi Kusnandar. Di bisnis pertamanya ini, pemain yang akrab disapa Dado itu berencana membuka usaha kuliner ceker (kaki) ayam di kediamannya, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Hampir sebagian besar pemain Persib melakukan bisnis sebagai usaha agar asap dapur tetap mengebul.
Namun sebagian besar pemain Persib lainnya masih kebingungan dengan apa yang dilakukan. Sebab, mereka tidak pernah terpikir jika mata pencahariannya di sepak bolanya terhenti begitu saja. Apalagi terhentinya kegiatan akibat konflik yang terjadi dalam kepengurusan PSSI. Seperti yang dilontarkan Abdulrahman. Stoper jangkung asal Makassar ini mengaku belum berpikir banting setir dari kegiatannya sebaik pesepak bola. “Sampai saat ini belum terpikir. Mungkin saya masih berharap kompetisi bisa kembali berjalan. Itu saja,” harap Abdulrahman.
Sementara sebagian besar pemain Persib lainnya terpaksa bergabung dengan tim-tim lokal yang berlaga di liga antarkampung (tarkam). Seperti yang dilakukan, M Ridwan, Achmad Jufriyanto, Atep dan Dias Angga Putra. Kekhawatiran sudah pasti dirasakan para pemain saat tampil di liga tarkam. Cedera berkepanjangan hal yang paling utama ditakuti para pemain.
“Yang pasti khawatir juga. Apalagi para pemain yang bertanding tidak memikirkan skil,” ungkap Atep. Bisnis memang perlu pertimbangan yang khusus sebelum dilakukan para pemain. Sebab mereka harus memikirkan keuntungan apa yang akan didapat dari bisnis barunya.
Muhammad ginanjar
Hampir sebagian besar usaha bisnis itu mulai digeluti para pemain. Sebagai usaha agar kondisi finansial tetap stabil. Seperti yang dilakukan Tony Sucipto. Pemain serba bisa ini mencoba merambah usaha kuliner. Setelah sebelumnya membuka restoran masakan khas Sunda, Tony mencoba bisnis kuliner kedua dengan membuka restoran berjalan menggunakan kendaraan berjenis bus. Meski bergelut di bisnis kuliner baru dilakoninya, namun setidaknya bisnis tersebut membuat kondisi finansial Tony tetap stabil.
“Tapi tetap fokus utama saya adalah bermain bola,” ungkap Tony. Selain Tony, bisnis kuliner juga mulai ditekuni Dedi Kusnandar. Di bisnis pertamanya ini, pemain yang akrab disapa Dado itu berencana membuka usaha kuliner ceker (kaki) ayam di kediamannya, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Hampir sebagian besar pemain Persib melakukan bisnis sebagai usaha agar asap dapur tetap mengebul.
Namun sebagian besar pemain Persib lainnya masih kebingungan dengan apa yang dilakukan. Sebab, mereka tidak pernah terpikir jika mata pencahariannya di sepak bolanya terhenti begitu saja. Apalagi terhentinya kegiatan akibat konflik yang terjadi dalam kepengurusan PSSI. Seperti yang dilontarkan Abdulrahman. Stoper jangkung asal Makassar ini mengaku belum berpikir banting setir dari kegiatannya sebaik pesepak bola. “Sampai saat ini belum terpikir. Mungkin saya masih berharap kompetisi bisa kembali berjalan. Itu saja,” harap Abdulrahman.
Sementara sebagian besar pemain Persib lainnya terpaksa bergabung dengan tim-tim lokal yang berlaga di liga antarkampung (tarkam). Seperti yang dilakukan, M Ridwan, Achmad Jufriyanto, Atep dan Dias Angga Putra. Kekhawatiran sudah pasti dirasakan para pemain saat tampil di liga tarkam. Cedera berkepanjangan hal yang paling utama ditakuti para pemain.
“Yang pasti khawatir juga. Apalagi para pemain yang bertanding tidak memikirkan skil,” ungkap Atep. Bisnis memang perlu pertimbangan yang khusus sebelum dilakukan para pemain. Sebab mereka harus memikirkan keuntungan apa yang akan didapat dari bisnis barunya.
Muhammad ginanjar
(ars)