Songsong MEA, EMCL Latih Guru Bahasa Inggris di Bojonegoro dan Tuban
A
A
A
BOJONEGORO - Pendidikan bahasa Inggris di sekolah memiliki peranan penting bagi siswa untuk mengenal bahasa Inggris sebagai bahasa alternatif, baik dalam kehidupan sosial maupun di pekerjaan.
Karena itu, pengajaran bahasa Inggris yang memampukan siswa berkomunikasi itu lebih penting daripada sekadar nilai yang tinggi. Untuk mencapai target tersebut tentu saja yang menjadi unsur penting adalah kompetensi guru, baik dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi maupun dalam memilih teknik mengajar yang tepat. Demikian diungkapkan pakar pendidikan nasional, Itje Chodidjah, dalam suatu kesempatan.
Pada awal 2015 ini, Itje bersama Yayasan Mitra Pembelajaran (YMP) mencoba melakukan penggalian fakta dari para guru dan penggiat bahasa Inggris yang ada di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Hasilnya, YMP menyimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam metode mengajar oleh guruguru bahasa Inggris di dua kabupaten tersebut. “Lalu kami merancang pelatihan bagi guru bahasa Inggris dengan pola workshop,” ungkap perempuan yang mengambil Master of Arts: Teaching English to Young Learners di University of Warwick, Inggris, ini.
Menurut Itje, konsep workshop ini berorientasi pada pemantapan kompetensi berbahasa Inggris dan metode mengajar yang dapat memudahkan guru untuk menggunakannya di kelas. “Pelatihan guru bahasa Inggris sebaiknya memang lebih diarahkan pada rangkaian praktik, baik dalam menggunakan bahasa Inggris maupun merancang pembelajaran di kelas,” tuturnya. Untuk mewujudkan pembinaan guru Bahasa Inggris di Bojonegoro dan Tuban tersebut, Itje melalui Yayasan Mitra Pembelajaran (YMP) mendapatkan dukungan penuh dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
“Kita membuat Program Pelatihan Bahasa untuk Guru Bahasa Inggris (Language Training Program for English Teachers) pada Februari–Mei 2015,” kata Itje. Menurut Itje, pada pertemuan pertama, para guru bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK di Bojonegoro dan Tuban diajak berdiskusi mengenai tantangan dan kebutuhan peserta didik di masa mendatang.
Anak-anak, kata dia, ke depan akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan global, dan teknologi yang semakin canggih. Alhasil, guru-guru tersebut menyadari pentingnya metode pengajaran yang efektif dan menarik sehingga mudah diserap siswa. “Belajar bahasa Inggris itu sama saja dengan ketika kita di masa anak-anak mulai belajar bicara,” ujar Itje yang juga konsultan pendidikan dan Master Trainer di British Council Indonesia.
Intinya, imbuh Itje, para siswa harus menikmati dan menjadikan bahasa Inggris itu bagian dari kehidupan seharihari. Pada tahap awal program, 18 guru bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan 15 guru bahasa Inggris di Kabupaten Tuban diberi pelatihan metode mengajar bahasa Inggris yang efektif dan menarik. Tidak cukup sampai di situ saja, para guru juga diberikan akses terhadap sejumlah materi ajar alternatif yang dapat mereka gunakan.
Seperti video dan bahan bacaan yang baik untuk melatih kepekaan berbahasa Inggris. “Guru terampil yang dilengkapi materi ajar yang tepat dan up-todate akan dapat meningkatkan motivasi siswa,” ungkap Itje. Menurut doktor pendidikan ini, sebenarnya kemampuan bahasa Inggris para guru di Bojonegoro dan Tuban cukup bagus. “Hanya, kurang percaya diri dan kurang mengembangkannya,” katanya.
Para guru yang memiliki kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata kemudian dijadikan mentor bagi guru lainnya. Para mentor ini, tutur Itje, kemudian dilibatkan dalam pelatihan dengan guru-guru lainnya. Pada pertengahan April lalu, mereka ikut dalam pelatihan yang diikuti 45 guru bahasa Inggris setingkat SMP, SMA, dan SMK dari Kabupaten Tuban dan Bojonegoro.
“Selain untuk kesinambungan, diharapkan guru inti akan mampu melipatgandakan pelatihan serupa kepada para guru yang belum ikut dalam pelatihan,” ujarnya. Itje menjelaskan, dalam setiap pelatihan, para guru terlibat aktif dalam berbagai simulasi. Mereka juga berbagi pengalaman tentang tantangan yang dihadapi saat mengajar, kendala- kendala yang ditemukan, dan hal-hal mengenai efektivitas mengajar bahasa Inggris.
“Di sini kita saling mengisi dan menemukan solusinya,” ucapnya. Untuk mendukung pengajaran, EMCL bersama YMP juga memberikan DVD tutorial, buku- buku, majalah, serta alat pindai dan pencetak (printer-scanner). Bantuantersebutdititipkan di Pusat Belajar Guru (PBG) agar bisa digunakan bersama-sama oleh para guru.
Pada akhir program, para guru membentuk English club yang menjadi ajang berbagi dan berlatih bahasa Inggris di antara mereka. Ita Moraliawati, guru bahasa Inggris SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro, mengaku merasakan manfaat dari program ini. Menurutnya, pelatihan- pelatihan tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan para guru bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Para guru, kata dia, mendapatkan ide-ide segar yang bisa dikembangkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar bahasa Inggris di kelas. “Proses belajar bahasa Inggris di kelas menjadi menarik dan menyenangkan. Anak-anak juga bisa dengan cepat menguasai bahasa Inggris,” ujarnya. Dia berharap program pelatihan bagi guru bahasa Inggris ini bisaberkelanjutan. Dengandemikian, para guru bisa terus mengasah kemampuan dan mengembangkan metode belajar-mengajar bahasa Inggris yang paling efektif dan menarik di kelas.
Menurut Field Public and Government Affairs Manager Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) Rexy Mawardijaya, dukungan EMCL melalui program pelatihan bagi guru bahasa Inggris ini merupakan wujud komitmen EMCL dalam mendukung kemajuan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Rexy menjelaskan, atas persetujuan SKK Migas dan dukungan dari mitra Blok Cepu: Pertamina EP Cepu dan Badan Kerja Sama PI Blok Cepu, program pelatihan bahasa Inggris ini bisa terlaksana dengan baik. Blok Cepu dioperatori EMCL berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) di bawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas.
“Kita sepakat bahwa penguasaan bahasa asing itu sangat diperlukan. Sebab, bahasa merupakan kunci peningkatan ilmu pengetahuan yang juga merupakan unsur penting dalam pergaulan dan budaya antar bangsa sehingga menjadi penentu untuk memenangkan persaingan sumber daya manusia di tingkat global,” tandas Rexy.
Muhammad roqib/adv
Karena itu, pengajaran bahasa Inggris yang memampukan siswa berkomunikasi itu lebih penting daripada sekadar nilai yang tinggi. Untuk mencapai target tersebut tentu saja yang menjadi unsur penting adalah kompetensi guru, baik dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi maupun dalam memilih teknik mengajar yang tepat. Demikian diungkapkan pakar pendidikan nasional, Itje Chodidjah, dalam suatu kesempatan.
Pada awal 2015 ini, Itje bersama Yayasan Mitra Pembelajaran (YMP) mencoba melakukan penggalian fakta dari para guru dan penggiat bahasa Inggris yang ada di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Hasilnya, YMP menyimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam metode mengajar oleh guruguru bahasa Inggris di dua kabupaten tersebut. “Lalu kami merancang pelatihan bagi guru bahasa Inggris dengan pola workshop,” ungkap perempuan yang mengambil Master of Arts: Teaching English to Young Learners di University of Warwick, Inggris, ini.
Menurut Itje, konsep workshop ini berorientasi pada pemantapan kompetensi berbahasa Inggris dan metode mengajar yang dapat memudahkan guru untuk menggunakannya di kelas. “Pelatihan guru bahasa Inggris sebaiknya memang lebih diarahkan pada rangkaian praktik, baik dalam menggunakan bahasa Inggris maupun merancang pembelajaran di kelas,” tuturnya. Untuk mewujudkan pembinaan guru Bahasa Inggris di Bojonegoro dan Tuban tersebut, Itje melalui Yayasan Mitra Pembelajaran (YMP) mendapatkan dukungan penuh dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
“Kita membuat Program Pelatihan Bahasa untuk Guru Bahasa Inggris (Language Training Program for English Teachers) pada Februari–Mei 2015,” kata Itje. Menurut Itje, pada pertemuan pertama, para guru bahasa Inggris SMP, SMA, dan SMK di Bojonegoro dan Tuban diajak berdiskusi mengenai tantangan dan kebutuhan peserta didik di masa mendatang.
Anak-anak, kata dia, ke depan akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persaingan global, dan teknologi yang semakin canggih. Alhasil, guru-guru tersebut menyadari pentingnya metode pengajaran yang efektif dan menarik sehingga mudah diserap siswa. “Belajar bahasa Inggris itu sama saja dengan ketika kita di masa anak-anak mulai belajar bicara,” ujar Itje yang juga konsultan pendidikan dan Master Trainer di British Council Indonesia.
Intinya, imbuh Itje, para siswa harus menikmati dan menjadikan bahasa Inggris itu bagian dari kehidupan seharihari. Pada tahap awal program, 18 guru bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan 15 guru bahasa Inggris di Kabupaten Tuban diberi pelatihan metode mengajar bahasa Inggris yang efektif dan menarik. Tidak cukup sampai di situ saja, para guru juga diberikan akses terhadap sejumlah materi ajar alternatif yang dapat mereka gunakan.
Seperti video dan bahan bacaan yang baik untuk melatih kepekaan berbahasa Inggris. “Guru terampil yang dilengkapi materi ajar yang tepat dan up-todate akan dapat meningkatkan motivasi siswa,” ungkap Itje. Menurut doktor pendidikan ini, sebenarnya kemampuan bahasa Inggris para guru di Bojonegoro dan Tuban cukup bagus. “Hanya, kurang percaya diri dan kurang mengembangkannya,” katanya.
Para guru yang memiliki kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata kemudian dijadikan mentor bagi guru lainnya. Para mentor ini, tutur Itje, kemudian dilibatkan dalam pelatihan dengan guru-guru lainnya. Pada pertengahan April lalu, mereka ikut dalam pelatihan yang diikuti 45 guru bahasa Inggris setingkat SMP, SMA, dan SMK dari Kabupaten Tuban dan Bojonegoro.
“Selain untuk kesinambungan, diharapkan guru inti akan mampu melipatgandakan pelatihan serupa kepada para guru yang belum ikut dalam pelatihan,” ujarnya. Itje menjelaskan, dalam setiap pelatihan, para guru terlibat aktif dalam berbagai simulasi. Mereka juga berbagi pengalaman tentang tantangan yang dihadapi saat mengajar, kendala- kendala yang ditemukan, dan hal-hal mengenai efektivitas mengajar bahasa Inggris.
“Di sini kita saling mengisi dan menemukan solusinya,” ucapnya. Untuk mendukung pengajaran, EMCL bersama YMP juga memberikan DVD tutorial, buku- buku, majalah, serta alat pindai dan pencetak (printer-scanner). Bantuantersebutdititipkan di Pusat Belajar Guru (PBG) agar bisa digunakan bersama-sama oleh para guru.
Pada akhir program, para guru membentuk English club yang menjadi ajang berbagi dan berlatih bahasa Inggris di antara mereka. Ita Moraliawati, guru bahasa Inggris SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro, mengaku merasakan manfaat dari program ini. Menurutnya, pelatihan- pelatihan tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan para guru bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Para guru, kata dia, mendapatkan ide-ide segar yang bisa dikembangkan dalam proses kegiatan belajar-mengajar bahasa Inggris di kelas. “Proses belajar bahasa Inggris di kelas menjadi menarik dan menyenangkan. Anak-anak juga bisa dengan cepat menguasai bahasa Inggris,” ujarnya. Dia berharap program pelatihan bagi guru bahasa Inggris ini bisaberkelanjutan. Dengandemikian, para guru bisa terus mengasah kemampuan dan mengembangkan metode belajar-mengajar bahasa Inggris yang paling efektif dan menarik di kelas.
Menurut Field Public and Government Affairs Manager Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) Rexy Mawardijaya, dukungan EMCL melalui program pelatihan bagi guru bahasa Inggris ini merupakan wujud komitmen EMCL dalam mendukung kemajuan dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Inggris di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Rexy menjelaskan, atas persetujuan SKK Migas dan dukungan dari mitra Blok Cepu: Pertamina EP Cepu dan Badan Kerja Sama PI Blok Cepu, program pelatihan bahasa Inggris ini bisa terlaksana dengan baik. Blok Cepu dioperatori EMCL berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) di bawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas.
“Kita sepakat bahwa penguasaan bahasa asing itu sangat diperlukan. Sebab, bahasa merupakan kunci peningkatan ilmu pengetahuan yang juga merupakan unsur penting dalam pergaulan dan budaya antar bangsa sehingga menjadi penentu untuk memenangkan persaingan sumber daya manusia di tingkat global,” tandas Rexy.
Muhammad roqib/adv
(ars)