Drainase Memprihatinkan
A
A
A
MEDAN - Memasuki musim pancaroba (peralihan dua musim) yang saat ini melanda Kota Medan, menyebabkan curah hujan di Kota Medan cukup tinggi.
Kondisi itu menjadi ancaman bagi wilayah yang kondisi drainasenya buruk. Seperti di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia, drainasenya sangat memprihatinkan. Kondisinya benar-benar tidak berfungsi. Tingginya curah hujan plus penumpukan sampah yang terjadi di gorong-gorong di wilayah dekat Pasar Helvetia telah menyebabkan banjir.
Bahkan, saat ini kendati belum berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, Jalan Cempaka termasuk Jalan Cempaka Raya kerap tergenang air hingga 30 cm saat hujan deras. Kepala Lingkungan (Kepling) 8 Kelurahan Helvetia Tengah, Agus Lubis, mengatakan, air dari saluran parit warga tidak bisa lagi ditampung gorong- gorong yang ada.
“Gorong- gorong sudah di bawah air, jadinya kalau air itu sudah melimpah, hanya bisa tertahan di parit warga, tidak mengalir,” kata Agus kepada KORAN SINDO MEDAN Senin (13/7). Untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi bertahun- tahun lamanya itu, pihaknya beserta beberapa kepala lingkungan sudah melaporkannya ke dinas terkait melalui Pemko Medan.
“Kami sudah mengajukan saat musrenbang. Pemko sudah meminta data-data jalan daerah mana, persimpangan mana yang kondisi drainasenya parah, dan kami sudah berikan datanya,” kata Agus. Bahkan, pengajuan perbaikan gorong-gorong tersebut tidak hanya sekali dilakukan, tetapi sudah sejak lima tahun lalu.
Namun, bukannya ditanggapi, pengecekan lapangan atau survei pun tidak ada dilakukan pihak terkait, yakni Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Tarukim) Kota Medan. “Pengajuan sudah sejak lima tahun, tapi disurvei pun tidak. Kalau ada survei, kami pasti tahu,” kata Agus didampingi Kepling Lingkungan 7, Adi. Menurut Agus, belum adanya survei tersebut menunjukkan Dinas Tarukim terkesan tidak peduli dengan keluhan masyarakat.
“Kalau gotong-royong, tiap Sabtu kami lakukan. Tapi permasalahannya di gorong-gorong yang susah sangat banyak sampahdanperludibongkardan diperbaiki,” ungkapnya. Selain itu, pihaknya mengeluhkan kinerja sopir truk pengangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan yang diketahui bermarga Simamora. “Dia hanya mengangkut sampah orang yang bayar. Padahal, sampah di pinggir jalan itu seharusnya diangkut,” ucapnya.
Syukri amal
Kondisi itu menjadi ancaman bagi wilayah yang kondisi drainasenya buruk. Seperti di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia, drainasenya sangat memprihatinkan. Kondisinya benar-benar tidak berfungsi. Tingginya curah hujan plus penumpukan sampah yang terjadi di gorong-gorong di wilayah dekat Pasar Helvetia telah menyebabkan banjir.
Bahkan, saat ini kendati belum berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, Jalan Cempaka termasuk Jalan Cempaka Raya kerap tergenang air hingga 30 cm saat hujan deras. Kepala Lingkungan (Kepling) 8 Kelurahan Helvetia Tengah, Agus Lubis, mengatakan, air dari saluran parit warga tidak bisa lagi ditampung gorong- gorong yang ada.
“Gorong- gorong sudah di bawah air, jadinya kalau air itu sudah melimpah, hanya bisa tertahan di parit warga, tidak mengalir,” kata Agus kepada KORAN SINDO MEDAN Senin (13/7). Untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi bertahun- tahun lamanya itu, pihaknya beserta beberapa kepala lingkungan sudah melaporkannya ke dinas terkait melalui Pemko Medan.
“Kami sudah mengajukan saat musrenbang. Pemko sudah meminta data-data jalan daerah mana, persimpangan mana yang kondisi drainasenya parah, dan kami sudah berikan datanya,” kata Agus. Bahkan, pengajuan perbaikan gorong-gorong tersebut tidak hanya sekali dilakukan, tetapi sudah sejak lima tahun lalu.
Namun, bukannya ditanggapi, pengecekan lapangan atau survei pun tidak ada dilakukan pihak terkait, yakni Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Tarukim) Kota Medan. “Pengajuan sudah sejak lima tahun, tapi disurvei pun tidak. Kalau ada survei, kami pasti tahu,” kata Agus didampingi Kepling Lingkungan 7, Adi. Menurut Agus, belum adanya survei tersebut menunjukkan Dinas Tarukim terkesan tidak peduli dengan keluhan masyarakat.
“Kalau gotong-royong, tiap Sabtu kami lakukan. Tapi permasalahannya di gorong-gorong yang susah sangat banyak sampahdanperludibongkardan diperbaiki,” ungkapnya. Selain itu, pihaknya mengeluhkan kinerja sopir truk pengangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota Medan yang diketahui bermarga Simamora. “Dia hanya mengangkut sampah orang yang bayar. Padahal, sampah di pinggir jalan itu seharusnya diangkut,” ucapnya.
Syukri amal
(bbg)