Waspadai Imbas Badai Nangka

Selasa, 14 Juli 2015 - 12:34 WIB
Waspadai Imbas Badai Nangka
Waspadai Imbas Badai Nangka
A A A
SURABAYA - Warga Kota Pahlawan diimbau mewaspadai angin kencang imbas badai Nangka yang terjadi di Filipina. Angin kencang yang melanda Surabaya dua hari terakhir, rawan menyebabkan pohon dan papan reklame roboh.

Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kota Surabaya, Soemarno, antisipasi yang dilakukan yaitu memangkas pohon di sejumlah titik. Di samping itu, pihaknya bersama dinas terkait juga memberi perhatian lebih kepada papan reklame yang dinilai rawan roboh. Untuk itu, tim pemkot akan mengecek guna memastikan papan reklame tidak tumbang diterpa angin.

Berdasarkan hasil koordinasi antara Pemkot Surabaya dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diketahui kecepatan angin berkisar antara 5-65 km/jam. Fenomena akibat badai Nangka yang terjadi di Filipina diprediksi masih akan berlangsung setidaknya hingga lima hari ke depan.

Data lain menjelaskan, suhu udara selama rentang waktu itu berkisar pada 24-34 derajat celcius. Kelembaban udara antara 50- 87%, sedangkan tinggi gelombang laut selat Madura bisa mencapai 2,5 meter. Karenanya, kata Soemarno, pemkot mengimbau warga menghindari berteduh di bawah pohon maupun papan reklame. Imbauan juga ditujukan kepada penduduk di wilayah pesisir pantai.

Dengan ketinggian gelombang air laut yang bisa mencapai 2,5 meter, tentunya dapat mengganggu aktivitas nelayan. Untuk itu, para nelayan diharapkan meningkatkan kewaspadaan. Tidak lupa, pemkot juga menyiagakan aparat di kelurahan dan kecamatan agar tanggap terhadap kejadian di masing-masing wilayah. ”Sejauh ini belum ada laporan korban dan kami berharap memang tidak ada laporan seperti itu,” ujarnya, kemarin.

Staf Informasi dan Data BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Eko Prasetyo, mengimbau masyarakat mewaspadai gelombang tinggi di perairan Laut Jawa dalam beberapa hari ke depan yang mencapai 3-5 meter, karena bisa membayakan keselamatan pelayaran.

”Kondisi dalam beberapa hari ke depan tidak menguntungkan bagi transportasi laut, baik dari Surabaya ke berbagai jurusan maupun sebaliknya, karena gelombang Laut Jawa tinggi, berkisar 3-5 meter,” tuturnya di Surabaya, kemarin. Diperkirakan, ketinggian gelombang Laut Jawa pada 14- 16 Juli berkisar 3-5 meter, kemudian pada 17-19 Juli cenderung turun 3-3,5 meter.

Namun, pada 20 Juli, kembali naik menjadi 4 meter. Ketinggian gelombang itu juga diikuti kecepatan angin di perairan Laut Jawa yang juga kencang sekitar 32 knot atau sekitar 60 kilometer per jam. Sementara perairan di selatan Jawa, menurut Eko, meskipun lebih rendah, tapi juga rawan bagi aktivitas pelayaran, yakni berkisar 3-4 meter, di selatan Bali 3-5 meter dan di selatan Nusa Tenggara Barat juga 3-5 meter.

Kencangnya angin di perairan Laut Jawa maupun di selatan Jawa itu dampak dari degradasi tekanan udara belahan bumi bagian utara dan selatan karena badai tropis atau siklon Nangka di timur Filipina. Karena itu, dia menyarankan masyarakat pelayaran bisa menyesuaikan diri dan tidak memaksakan beraktivitas. ”Kapalkapal sebaiknya jangan sandar di dermaga biar tidak berbenturan dengan lambung kapal, atau lego jangkar,” ujarnya.

Petani Terancam Gagal Panen

Sementara petani di Surabaya diprediksi gagal panen lantaran musim kemarau yang terjadi saat ini. Pasalnya, sejumlah area persawahan yang sedang tanam dan ditarget panen, mengalami kekeringan. Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Surabaya, Djoestamadji, mengatakan, beberapa petani yang akan panen dalam waktu dekat sudah melapor ke pemkot terkait kurangnya suplai air untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Menurut Djoestamadji, ada dua area persawahan yang sudah meminta bantuan untuk pengairan, yakni di kawasan Wiyung dan Lakarsantri. Setidaknya, sekitar 20% dari 1.400 hektare persawahan di Surabaya yangmembutuhkanbantuan air. ”Di luar itu, memang saat ini belum memasuki masa tanam dan masa panen. Kami turun langsung di masyarakat, khususnya petani, untuk membantu pengairan mereka,” kata dia.

Bantuan pengairan ini, kata dia, dilakukan dengan penyaluran air melalui tangki air milik pemkot. Harapannya dengan adanya bantuan air ini, tanaman jagung dan padi yang sudah ditanam tidak sampai gagal panen. Tidak hanya bantuan pengairan, Distan juga memberi bantuan 825 liter bahan bakar berupa bensin. Bensin ini digunakan untuk bahan bakar disel dan pompa air.

”Lahan di Surabaya sangat terbatas, tapi kami berupaya agar produk yang dihasilkan bisa optimal dan berkualitas. Salah satunya memberikan bantuan pupuk dan juga bibit,” ujar dia. Di sisi lain, Distan mulai menerapkan urban farming . Konsep ini pada prinsipnya memaksimalkan lahan yang sempit, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam, budidaya ikan, dan peternakan. Salah satu bentuk penerapan konsep urban farming yakni bercocok tanam dengan sistem hidroponik.

”Dalam konsep ini, kami mengusung misi edukasi pada publik, bahwa dengan kondisi lahan yang sempit, kegiatan bercocok tanam tetap dapat dilakukan dengan murah, mudah, dan menyenangkan,” ujar salah seorang penggiat Komunitas Hidroponik Surabaya (KHS) Fananah Firdausi. Fananah mengatakan, sistem hidroponik menggunakan unsur utama air, bukan tanah. Beberapa pelaku hidroponik ada yang menggunakan pecahan batu bata sebagai pelengkap.

Sistem ini sangat praktis dan tidak memakan tempat. Tanaman cukup ditempatkan di potpot kecil atau pipa paralon di sudut- sudut rumah. Adapun keunggulan hidroponik selain praktis juga bebas pestisida, fungisida, daninsektisida, sehingga produk yang dihasilkan lebih sehat bagi tubuh. ”Beberapa komoditas yang bisa ditanam secara hidroponik antara lain sawi, selada, bayam, brokoli, cabai, tomat, dan terong,” kata dia.

Ant/lukman hakim
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3717 seconds (0.1#10.140)