Menjadi Tempat Komunikasi Tunanetra dengan Dunia Luar

Kamis, 09 Juli 2015 - 07:16 WIB
Menjadi Tempat Komunikasi...
Menjadi Tempat Komunikasi Tunanetra dengan Dunia Luar
A A A
Hiruk-pikuk orang-orang terlihat di sebuah rumah yang terletak di kompleks Perumahan Jatisari Asabri Blok D6 Nomor 35 Kecamatan Mijen, Semarang, kemarin.

Puluhan orang sibuk dengan berbagai kegiatan di lokasi yang dijadikan tempat berkumpul orang-orang tunanetra anggota Komunitas Sahabat Mata. Di dalam rumah tersebut terdapat sebuah ruang kecil berukuran 4 x 5 meter yang selalu ramai. Berbagai peralatan canggih juga tertata rapi di dalam ruangan itu. Ya , itulah Stasiun RadioSama FM , tempat yang dijadikan kawah candradimuka para tunanetra di Komunitas Sahabat Mata.

Mereka sehari-hari dilatih menjadi seorang penyiar radio andal dan mampu mengoptimalkan potensinya di balik semua keterbatasan. “Nama Sama FM merupakan singkatan dari Sahabat Mata. Stasiun ini awal mengudara tahun 2010 silam,” kata Basuki, penanggung jawab dan pengelola Komunitas Sahabat Mata kepada wartawan kemarin. Basuki menuturkan, ide pendirian Stasiun Radio Sama FM sebenarnya sudah ada sejak 2005 silam.

Tujuannya untuk pembelajaran para anggota Komunitas Sahabat Mata yang memiliki kekurangan eksis berkomunikasi dengan dunia luar. “Sama FM merupakan laboratorium belajar kawan-kawan tunanetra sebagai mercusuar agar tertarik dan belajar. Tak terbatas pada menjadi penyiar saja, target kami sebenarnya menjadikan mereka bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik,” papar Basuki sambil tersenyum.

Dia yakin komunikasi yang baik dengan dunia luar menggunakan radio tersebut sangat bermanfaat bagi anggotanya. Sebab, hal ini dipercaya akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. “Selama ini mereka minder untuk berkomunikasi dengan pihak luar karena adanya keterbatasannya itu. Melalui media ini, diharapkan rasa percaya diri mereka semakin terasah,” ujarnya. Sama FM didirikan Basuki bersama rekannya, Shofyan. Pendirian Sama FM tidaklah mudah dan harus melalui masa panjang. Banyak suka dan duka yang dialami keduanya untuk menjadikan Sama FM seperti sekarang ini.

“Kami sudah mengunjungi beberapa stasiun radio di Semarang dengan tujuan mau diajak kerja sama mengajari teman-teman kami. Namun, semuanya menolak dengan alasan bingung bagaimana cara mengajari broadcasting radio bagi tunanetra. Dari situlah timbul niat untuk membuat stasiun radio sendiri,” ungkapnya. Saat ini Sama FM menjadi rujukan tunanetra yang ingin belajar broadcast radio, baik di Semarang ataupun nasional. Setiap tahun selalu diadakan kelas broadcasting bagi tunanetra, bahkan lainnya.

Di 2014 kemarin diadakan pelatihan broadcasting penyiaran radio bagi remaja SMP dan SMA di lingkungan sekitar. “Kita terbuka untuk semua, bahkan kita sempat memberikan pelatihan broadcasting kepada remaja SMP-SMA di 2014, mereka antusias. Ada 20 remaja yang ikut,” ungkap Shofyan. Untuk tunanetra, mereka awalnya disosialisasikan tentang Sama FM . Setelah itu, mereka diajarkan teknik penyiaran seperti penulisan skrip, audio, editing, artikulasi suara, spot, dan pembuatan iklan.

“Tidak hanya anggota kami saja, banyak peserta lain yang ingin belajar siaran radio ini, seperti dari Bandung, Yogya, Solo, Jakarta, Surabaya, Lamongan, dan sebagainya. Mereka semua belajar dari awal tentang bagaimana menjadi penyiar radio,” paparnya.

Ke depan, pihaknya akan terus meningkatkan pelatihan bagi kaum tunarungu. Melalui pelatihan broadcasting tersebut diharapkan mampu menjembatani kaum yang selama ini terpinggirkan itu untuk tetap eksis.

Andika Prabowo
Kota Semarang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9382 seconds (0.1#10.140)