Jalur Mudik Rawan Pelemparan Bus

Kamis, 02 Juli 2015 - 08:26 WIB
Jalur Mudik Rawan Pelemparan...
Jalur Mudik Rawan Pelemparan Bus
A A A
SOLO - Keamanan jalur mudik baik melalui lintas utama maupun selatan Jawa dipertanyakan pemilik Perusahaan Otobus (PO).

Pasalnya, armada bus mereka kerap menjadi sasaran pelemparan orang tidak bertanggung jawab, utamanya pada malam hari. Akibatnya, pemilik PO menderita kerugian materiil hingga jutaan rupiah. Tidak jarang kaca depan bus seharga Rp3,5 juta hancur berantakan terkena lemparan batu maupun benda berbahaya lainnya.

Pemilik Bus PO Rajawali Krisjanto mengungkapkan, seluruh jalur mudik baik lintas utara maupun selatan sangat rawan pelemparan. Pelaku kerap menggunakan sepeda motor dan mengincar bus malam yang melintas. Kejadian terakhir dilaporkan di jalan raya Yogyakarta-Purworejo, tepatnya di kawasan Sedayu, DIY. “Semalam ini malah ada dua kejadian di daerah Yogya, Wates, Sedayu. Sudah dilaporkan ke polisi. Namun, sejauh ini belum ada titik terang mengenai siapa pelaku pelemparan,” ungkap Krisjanto saat menerima sidak petugas Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Solo kemarin.

Akibat tindakan tersebut, pengusaha angkutan harus merugi sekitar Rp3,5 juta per bulan lantaran kaca depan bus pecah terkena lemparan batu. Setiap bulan pihaknya harus mengganti kaca yang pecah minimal satu lembar dengan harga Rp3,5 juta. Kaca pecah sisa lemparan kini telah mencapai satu tumpuk sebagai barang bukti. Krisjanto mengaku tidak mampu berbuat banyak agar aksi pelemparan tidak terus menerus terjadi. Meski demikian, aksi pelemparan tidak sampai melukai kru bus atau penumpang.

“Kami berharap ada tindakan nyata dari aparat untuk meminimalisir aksi ini. Apalagi kan sekarang sudah menjelang pelayanan angkutan mudik. Jangan sampai ada penumpang yang terluka akibat pelemparan,” tandasnya. Terkait persiapan mudik, Krisjanto mengaku PO Rajawali bergarasi di Jalan Adi Soemarmo, Banyuanyar, Soloinimengerahkan sekitar 34 armada bus. Patas angkutan jarak jauh untuk jurusan Bandung-Sukabumi sebanyak 22 armada dan jurusan Semarang 12 armada.

“Untuk bus cadangan jurusan Solo-Semarang satu dan antarprovinsi tiga armada,” ucapnya. Mengenai jumlah penumpang, dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebabnya karena persaingan moda angkutan yang lain. Termasuk perkembangan mobil pribadi yang semakin banyak turut mempengaruhi jumlah penumpang. Krisjanto menilai kebijakan pemerintah selama ini tidak berpihak kepada angkutan umum. Dia juga menyadari menggunakanangkutanumum memang cukup menyulitkan.

Seperti ketika perjalanan ke Semarang, bus sekarang tidak diperkenankan masuk kota sehingga penumpang harus turun di Banyumanik. Bagi yang bekerja di dalam kota harus ganti kendaraan dua kali untuk sampai tujuan dan biaya yang dikeluarkan semakin banyak. “Jadi orang jadi malas untuk naik bus,” ungkapnya. Kondisi ini mengakibatkan penumpang beralih ke kendaraan pribadi. Keberpihakan pe-merintah terhadap angkutan umum dinilai sangat kurang.

Di negara maju, masyarakat didorong naik angkutan umum. Dengan demikian, jalan tidak macet dan mengurangi polusi. Sementara itu, Kabid Sarana dan Prasana Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo Arif Handoko mengatakan dari hasil pengecekan angkutan lebaran di dua PO bus di kota bengawan, semuanya dinyatakan lain jalan. Pihaknya hanya menemukan alat pemadam api ringan (APAR) yang kedaluwarsa.

Pihaknya menyarankan agar perlengkapan keselamatan itu diganti yang baru. Saat pelayanan angkutan Lebaran pada H-15 Lebaran dan H+9 harus dinyatakan laik jalan. “Termasuk persyaratan perlengkapan ada semua,” tandas Arif Handoko. Dishubkominfo juga masih akan mengecek empat PO yang ada di wilayahnya, yakni PO Rajawali, PO Muncul, dan PO Mulyo Indah.

Ary wahyu wibowo
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5922 seconds (0.1#10.140)