Hercules Jatuh,121 Orang Tewas
A
A
A
MEDAN - Musibah penerbangan kembali menimpa TNI. Kemarin pesawat Hercules C 130 milik TNI AU dengan nomor penerbangan A1310 jatuh di permukiman penduduk di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, kemarin. Sebanyak 121orang tewas dalam kecelakaan mengerikan ini.
Hercules nahas tersebut mengalami musibah sesaat setelah take off dari Lanud Soewondo Medan pada pukul 12.14 WIB untuk melakukan operasi penerbangan angkutan udara militer (PAUM). Namun, baru sekitar dua menit terbang, tiba-tiba pesawat tersebut mengalami kerusakan. Pilot Kapten Pnb Sandy Permana sempat meminta return to base (RTB) dengan memutar arah ke kanan ingin kembali ke Lanud Soewondo.
Begitu hendak balik arah, pesawat pun langsung terjatuh dan terbakar. Jumlah penumpang pesawat dan korban musibah sempat simpang siur. Namun, TNI AU memastikan jumlah penumpang Hercules 101 orang dan 12 kru pesawat. Di antara penumpang adalah 10 anggota Batalion 462 Paskhas TNI AU. Selain mereka yang ada dalam pesawat, delapan warga Medan turut menjadi korban karena tertimpa bangkai pesawat.
Mereka terdiri atas enam perempuan dan dua laki-laki yang diduga pekerja di pengobatan tradisional Oukup BS. Bangunan Oukup BS sendiri rata dengan tanah karena ditimpa bangkai badan pesawat angkut militer ini. Sampai berita ini diturunkan, korban yang sudah ditemukan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan yang berjarak sekitar 7 km dari lokasi kejadian.
Sejauh ini belum ada informasi adanya korban yang selama. Proses evakuasi sendiri terus berlangsung dan berjalan tidak mudah. “Reruntuhan gedung ini menyulitkan evakuasi. Makanya sampai pada detik ini, jumlah korban yang ditemukan b a r u 50 orang saja penumpang pesawat,” ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna di Medan kemarin.
Apa penyebab jatuhnya pesawat, TNI AU belum memastikan. Hanya, pesawat buatan Amerika Serikat tersebut terbilang pesawat uzur karena diproduksi tahun1964. Menurut KSAU, pesawat mendapat izin terbang karena sudah dinyatakan laik terbang.
Namun, dia menduga terjadi kerusakan mesin atau hidrolik hingga pilot meminta RTB. “Investigasi pasti kita lakukan. Namun karena kru pesawat tidak ada ditemukan dalam keadaan hidup, maka investigasi kita lakukan berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya,” terangnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas musibah tersebut. Dia juga memprihatinkan kondisi pesawat yang pernah digunakan Presiden Soekarno. Mantan wali kota Solo itu pun meminta audit total alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI/Polri. “Dari beberapa kali kecelakaan, kita harus memodernisasi dan memperbarui. Ini akan kita audit total, karena tidak sekali dua kali ini terjadi kecelakaan,” katanya, kemarin.
Kecelakaan dramatis dengan korban masif mengingatkan terjadi kecelakaan Mandala Airlines pada 5 September 2005 yang menewaskan 149 orang, di antaranya Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin dan mantan Gubernur Sumut Raja Inal Siregar. Pesawat jatuh di lokasi yang berjarak 2 km dari titik Hercules jatuh.
Panglima Komando Sektor (Pangkosek) Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) III Medan, Marsekal Pertama (Marsma) Pnb Arif Mustofa yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, personelnya dibantu personel kesatuan lain masih mencari korban. “Nanti akan kami umumkan jumlah korbannya,” ujarnya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Soewondo Medan Mayor Jhoni Tarigan mengatakan, Hercules C-130 tersebut milik TNI AU dari Skuadron 32 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang. Pesawat tersebut awalnya berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, kemudian menuju Dumai, lalu ke Lanud Soewondo Medan.
Selanjutnya, Hercules berencana terbang ke beberapa pangkalan militer, termasuk Natuna dan Pangkalpinang. Namun, rencana tinggal rencana karena pesawat mengalami musibah, sesaat setelah terbang. Seorang saksi mata bernama Mawardi, 55, warga Jalan Jamin Ginting Medan, mengatakan bahwa pesawat nahas itu telah mengeluarkan asap ketika terbang rendah di kawasan tersebut.
Saking rendahnya, pesawat menabrak tower base transceiver station (BTS). “Setelah menabrak tower, pesawat mengeluarkan asap hitam dan terbang oleng,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN kemarin. Tak lama kemudian, pesawat menukik dan menghantam sebuah ruko empat lantai yang baru selesai dibangun hingga runtuh.
Seketika itu juga pesawat meledak beberapa kali dan menghanguskan bangunan di sekelilingnya. Ledakan pertama saat pesawat menghantam gedung, kemudian setelah itu terjadi ledakan susulan yang tidak sekeras ledakan pertama. Lurah Simpag Selayang, Arman Effendy Peranginangin, belum mengetahui ada atau tidak warganya menjadi korban nahas itu.
Sebab meskipun saat bulan Ramadan, Oukup BS tetap beroperasi. “Biasanya memang oukup ini tutup. Hari ini (kemarin) mereka sudah buka mulai pada pukul 10.00 WIB. Saat ini kami fokus evakuasi korban dulu, yang lain-lain nanti kita bahas,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, pesawat nahas tersebut tinggal serpihan. Upaya evakuasi korban berjalan tidak mudah, apalagi ribuan warga langsung menyemut setelah kecelakaan terjadi. Hingga tadi malam, evakuasi yang melibatkan tim gabungan dari TNI AD, TNI AU, Polri, dan lainnya masih terus berlangsung. Untuk mempercepat pencarian korban, Polda Sumut mengerahkan dua anjing pelacak.
Adapun di RSUP H Adam Malik Medan, sejak pukul 13.00 WIB, ruang instalasi jenazah dipenuhi ratusan warga yang ingin mendapatkan informasi terkait keluarga yang ikut dalam penerbangan. Isak tangis pun masih terdengar dari warga yang kehilangan keluarga.
Seorang warga bernama Muklis, misalnya, mengaku datang untuk melihat saudara angkatnya yang turut dinyatakan sebagai korban. “Abang saya tak punya keluarga di sini. Jadi saya datang mau melihat. Karena tidak ada identifikasi, pulang dulu saja,” jelas dia.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut Kombespol Setyo P menjelaskan, identifikasi terhadap seluruh korban kecelakaan Hercules TNI AU akan dilakukan Rabu ini (1/7) dan dimulai pukul 08.00 WIB. Saat ini tim DVI telah menyediakan pos pengaduan warga atau keluarga korban di depan RSUP H Adam Malik Medan.
Penundaan identifikasi ini dilakukan untuk membantu tim DVI melakukan mengumpulkan data ante mortem hingga postmortem seluruh korban. Hal ini diperlukan karena meninggal dalam keadaan hangus.
“Kita imbau kepada masyarakat yang merasa keluarganya ikut menjadi korban dalam kecelakaan ini untuk mengadu ke kita. Baik itu menyangkut visualnya, pakaian yang dipakai, perhiasan, KTP, apa saat itu membawa ijazah, sidik jarinya dari SIM, ijazah, KTP, dan lainnya. Untuk membantu tim identifikasi,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, belum bisa memastikan berapa lama proses identifikasi lantaran kalau sulit dikenali akan butuh waktu agak lama. “Tapi, kami lihat banyak tubuhnya masih utuh, hanya saja hangus,” katanya didampingi Kepala Forensik RSUD dr Pirngadi Medan, Surjit Sigh.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN , sejak jam 13.00 WIB, Instalasi Jenazah RSUP H Adam Malik Medan yang selama ini sepi mendadak dipenuhi ratusan warga. Baik warga yang ingin mendapatkan informasi terkait keluarga ikut dalam penerbangan maupun warga an pegawai rumah sakit yang ingin tahu. Orang-orang penting pemerintahan dan TNI AU pun berdatangan melihat korban, mulai dari Kepala Dinas Kesehatan Sumut hingga Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna.
Sementara itu, hingga pukul 22.40 WIB tadi malam, jumlah jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU yang sampai ke instalasi jenazah RSUP H Adam Malik Medan sebanyak 90 orang dan sebanyak 23 jenazah di antaranya sudah dikenali serta lima di antaranya dikenali secara pasti.
Petugas di Posko Post Mortem DVI Biddokkes Polda Sumut, Kompol A Tarigan mengatakan, kelima korban yang teridentifikasi itu atasnamaPeltuNgateman, Pelda Agus Purwanto, Letda Pembekalan Agus Riadi, Kapten Penerbang Sandy Permana (pilot), dan Peltu Yahya Komari. “Jenazah Pelda Agus Purwanto sudah dipulangkan melalui Lanud Soewondo,” ujarnya.
Ketua Tim Ante Mortem DVI Buddokes Polda Sumut dr Zulkhairi mengatakan, keluarga 30 korban sudah mendatangi posko untuk memberikan ciriciri khusus dan barang dan pakaian yang dipakai korban terakhir kali.Proses identifikasi diperkirakan sulit lantaran kondisi jenazah yang rusak. Dia juga mengimbau bagi keluarga yang ada keluarga di pesawat Hercules agar melapor ke posko ante mortem yang bertempat di RSUP H Adam Malik Medan.
Sementara itu, hingga pukul 23.13 WIB tadi malam, petugas masih melakukan pencarian korban di antara reruntuhan pesawat dan bangunan. Seorang petugas Basarnas Medan, Bobi, 28, mengatakan, proses evakuasi terus dilanjutkan hingga tuntas. "Tidak ada penundaan karena belum ada alasan untuk dilakukan penundaan atau penghentian sementara. Informasi dari pimpinan masih terus dilanjutkan," ujarnya.
Hingga menjelang tengah malam, sudah ada 10 jenazah yang tampak di reruntuhan, namun belum bisa diangkat karena posisi korban rata-rata terjepit puing pesawat dan bangunan. Lamanya proses evakuasi itu karena korban terjepit sehingga ada bagianbagian puing yang harus dipotong.
Selain itu, kondisi korban yang rata-rata terbakar tidak memungkinkan dievakuasi dengan alat berat, harus diangkat secara manual, Petugas SAR tetap mengusahakan korban diangkat dalam keadaan utuh. "Rata-rata korban kan panas karena terbakar sehingga harus diangkat dengan hati-hati agar bagiannya tidak terlepas," katanya.
Petugas Basarnas lainnya, Hartono, 34 mengatakan, kemungkinan besar masih terdapat korban di bawah puing, mengingat masih ada bagian reruntuhan yang belum dibongkar. Namun yang pasti sudah terlihat ada 10 jenazah.
Penumpang Dikutip Bayaran
Jatuhnya pesawat Hercules di Medan, juga sekaligus mengingatkan musibah jatuhnya pesawat sama di Magetan, Jawa Timur pada 2009. Selain pesawat sama, insiden itu juga mempunyai cerita sama, yakni sama-sama mengangkut penumpang sipil.
Dalam kecelakaan di Magetan, tercatat lebih dari 100 orang tewas. Mengapa tidak ada evaluasi atas kondisi tersebut? KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui pesawat angkut tersebut memang sering digunakan untuk mengangkut warga sipil, khususnya saat Ramadan, menjelang Idul Fitri, dan harihari besar keagamaan.
“Ini kan bulan Ramadan, jadi mereka (penumpang pesawat) hendak bepergian ke kampung halamannya. Dan, itu semua keluarga anggota TNI AU,” ujar dia. Namun, dia membantah pesawat Hercules dikomersialkan.
KSAU menandaskan, dalam penerbangan ini keluarga dan anggota TNI AU yang ikut penerbangan tidak dikenakan biaya sepeser pun. “Jika itu terjadi maka komandan yang memerintahkan itu akan saya pecat. Hanya, semua korban saat ini adalah keluarga anggota TNI,” kata dia.
Bantahan KSAU bahwa tidak ada komersialisasi dalam penerbangan Hercules seakan rontok oleh kesaksian keluarga penumpang yang menjadi korban. Menurut pengakuan AKP S Sihombing yang merupakan kerabat korban bernama Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing, orang tua kedua keponakannya itu membayar tiket Rp800.000 per orang.
Adapun orang tua korban bertugas sebagai babinsa di Pulau Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). “Kalau naik pesawat komersial Rp1 jutaan untuk satu orang kan mahal. Maka mereka naik pesawat tersebut,” kata seorang anggota kepolisian yang bertugas di unit provos itu sambil menunjukkan foto kedua keponakannya yangdudukdikelasIIIdan kelas II SMP SMA Ignatius.
Sementara A Sihombing juga tidak bisa menahan kesedihannya. Anaknya, Risma Purba yang baru saja tamat SMA, berencana akan mengunjungi kakaknya yang bekerja di Pulau Natuna ikut menjadi korban. “Anak saya baru kali ini naik pesawat. Dia ditawari temannya. Anak saya bayar Rp900.000,” ujar warga Kabupaten Batubara ini.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN di lokasi kejadian, sedikitnya tiga unit alat berat dikerahkan untuk mengevakuasi bangkai pesawat dan pencarian korban. Sementara arus lalu lintas di sepanjang Jalan Jamin Ginting macet total hingga 8 km. Apalagi ribuan warga langsung memadati lokasi kejadian sehingga akses masuk ke lokasi sangat sulit.
Polisi Blokade Tiga Titik Menuju Lokasi Kejadian
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sumut memblokade tiga titik dari lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Jalan Jamin Ginting Km 10 Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Ratusan personel Sabhara diturunkan mengantisipasi kemacetan arus lalu lintas.
Begitu sejumlah pengendara roda dua sampai roda empat tetap memasuki areal pemblokadean. Awal pemblokadean di Simpang Pos antara Jalan Jamin Ginting, Jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan AH Nasution, kemudian berlanjut persis di depan Markas Sabhara Polda Sumut dan terakhir di Simpang Perumnas Simalingkar.
Walau sudah tiga titik pemblokadean dilakukan petugas, pengguna jalan tetap ngotot menerobos. Alhasil antara pengguna jalan dan personel Sabhara nyaris terlibat baku hantam. Tidak hanya itu, ruas Jalan Jamin Ginting yang seharusnya jadi satu arah terpaksa digunakan pengendara motor menjadi dua arus.
Belasan armada kebakaran dan ambulans yang meraungraung tidak dihiraukan warga lantaran ingin menyaksikan lebih dekat pesawat Hercules. Begitu juga ketika dua alat berat melintas menuju lokasi kejadian, warga pun tidak menghiraukan keselamatannya. Sebuah angkot terpaksa ditabrak armada kebakaran karena menghalangi jalan.
Kasatlantas Polresta Medan Kompol M Hasan mengatakan, mereka memblokade ruas jalan dalam radius 3 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat. “Tujuannya mengantisipasi kemacetan agar proses evakuasi berjalan lancar,” ungkapnya.
Di sisi lain, pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Padang Bulan juga mengakibatkan tiga warga mengalami luka-luka dan dirawat di IGD RSUP H Adam Malik. Korban luka, yakni Inna, 45, mengalami luka bakar di sekujur tangan kanan; Rahmat, 28, pekerja bangunan, warga Jalan Mabar Pasar 3 B, Lingkungan IX, mengalami luka di bagian kaki dan tangan; dan Ahmad Fahri, 37, warga Dusun VI Tanjung Morawa yang mengalami luka berat di dahi, patah kaki dan trauma di dada.
"Ada tiga pasien, pertama perempuan, mengalami luka bakar di tangan. Tapi sudah ditangani, setelah beres, dia minta pulang," ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat dr Ade Veronica SpAN saat ditemui di IGD RSUP H Adam Malik.
Frans marbun/ Siti amelia/ Panggabean hasibuan / Fakhrur rozi/ Dody ferdiansyah/ Syukri amal/ Bambang s harahap/ Sucipto
Hercules nahas tersebut mengalami musibah sesaat setelah take off dari Lanud Soewondo Medan pada pukul 12.14 WIB untuk melakukan operasi penerbangan angkutan udara militer (PAUM). Namun, baru sekitar dua menit terbang, tiba-tiba pesawat tersebut mengalami kerusakan. Pilot Kapten Pnb Sandy Permana sempat meminta return to base (RTB) dengan memutar arah ke kanan ingin kembali ke Lanud Soewondo.
Begitu hendak balik arah, pesawat pun langsung terjatuh dan terbakar. Jumlah penumpang pesawat dan korban musibah sempat simpang siur. Namun, TNI AU memastikan jumlah penumpang Hercules 101 orang dan 12 kru pesawat. Di antara penumpang adalah 10 anggota Batalion 462 Paskhas TNI AU. Selain mereka yang ada dalam pesawat, delapan warga Medan turut menjadi korban karena tertimpa bangkai pesawat.
Mereka terdiri atas enam perempuan dan dua laki-laki yang diduga pekerja di pengobatan tradisional Oukup BS. Bangunan Oukup BS sendiri rata dengan tanah karena ditimpa bangkai badan pesawat angkut militer ini. Sampai berita ini diturunkan, korban yang sudah ditemukan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan yang berjarak sekitar 7 km dari lokasi kejadian.
Sejauh ini belum ada informasi adanya korban yang selama. Proses evakuasi sendiri terus berlangsung dan berjalan tidak mudah. “Reruntuhan gedung ini menyulitkan evakuasi. Makanya sampai pada detik ini, jumlah korban yang ditemukan b a r u 50 orang saja penumpang pesawat,” ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna di Medan kemarin.
Apa penyebab jatuhnya pesawat, TNI AU belum memastikan. Hanya, pesawat buatan Amerika Serikat tersebut terbilang pesawat uzur karena diproduksi tahun1964. Menurut KSAU, pesawat mendapat izin terbang karena sudah dinyatakan laik terbang.
Namun, dia menduga terjadi kerusakan mesin atau hidrolik hingga pilot meminta RTB. “Investigasi pasti kita lakukan. Namun karena kru pesawat tidak ada ditemukan dalam keadaan hidup, maka investigasi kita lakukan berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya,” terangnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas musibah tersebut. Dia juga memprihatinkan kondisi pesawat yang pernah digunakan Presiden Soekarno. Mantan wali kota Solo itu pun meminta audit total alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI/Polri. “Dari beberapa kali kecelakaan, kita harus memodernisasi dan memperbarui. Ini akan kita audit total, karena tidak sekali dua kali ini terjadi kecelakaan,” katanya, kemarin.
Kecelakaan dramatis dengan korban masif mengingatkan terjadi kecelakaan Mandala Airlines pada 5 September 2005 yang menewaskan 149 orang, di antaranya Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin dan mantan Gubernur Sumut Raja Inal Siregar. Pesawat jatuh di lokasi yang berjarak 2 km dari titik Hercules jatuh.
Panglima Komando Sektor (Pangkosek) Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) III Medan, Marsekal Pertama (Marsma) Pnb Arif Mustofa yang ditemui di lokasi kejadian mengatakan, personelnya dibantu personel kesatuan lain masih mencari korban. “Nanti akan kami umumkan jumlah korbannya,” ujarnya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Soewondo Medan Mayor Jhoni Tarigan mengatakan, Hercules C-130 tersebut milik TNI AU dari Skuadron 32 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang. Pesawat tersebut awalnya berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, kemudian menuju Dumai, lalu ke Lanud Soewondo Medan.
Selanjutnya, Hercules berencana terbang ke beberapa pangkalan militer, termasuk Natuna dan Pangkalpinang. Namun, rencana tinggal rencana karena pesawat mengalami musibah, sesaat setelah terbang. Seorang saksi mata bernama Mawardi, 55, warga Jalan Jamin Ginting Medan, mengatakan bahwa pesawat nahas itu telah mengeluarkan asap ketika terbang rendah di kawasan tersebut.
Saking rendahnya, pesawat menabrak tower base transceiver station (BTS). “Setelah menabrak tower, pesawat mengeluarkan asap hitam dan terbang oleng,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN kemarin. Tak lama kemudian, pesawat menukik dan menghantam sebuah ruko empat lantai yang baru selesai dibangun hingga runtuh.
Seketika itu juga pesawat meledak beberapa kali dan menghanguskan bangunan di sekelilingnya. Ledakan pertama saat pesawat menghantam gedung, kemudian setelah itu terjadi ledakan susulan yang tidak sekeras ledakan pertama. Lurah Simpag Selayang, Arman Effendy Peranginangin, belum mengetahui ada atau tidak warganya menjadi korban nahas itu.
Sebab meskipun saat bulan Ramadan, Oukup BS tetap beroperasi. “Biasanya memang oukup ini tutup. Hari ini (kemarin) mereka sudah buka mulai pada pukul 10.00 WIB. Saat ini kami fokus evakuasi korban dulu, yang lain-lain nanti kita bahas,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, pesawat nahas tersebut tinggal serpihan. Upaya evakuasi korban berjalan tidak mudah, apalagi ribuan warga langsung menyemut setelah kecelakaan terjadi. Hingga tadi malam, evakuasi yang melibatkan tim gabungan dari TNI AD, TNI AU, Polri, dan lainnya masih terus berlangsung. Untuk mempercepat pencarian korban, Polda Sumut mengerahkan dua anjing pelacak.
Adapun di RSUP H Adam Malik Medan, sejak pukul 13.00 WIB, ruang instalasi jenazah dipenuhi ratusan warga yang ingin mendapatkan informasi terkait keluarga yang ikut dalam penerbangan. Isak tangis pun masih terdengar dari warga yang kehilangan keluarga.
Seorang warga bernama Muklis, misalnya, mengaku datang untuk melihat saudara angkatnya yang turut dinyatakan sebagai korban. “Abang saya tak punya keluarga di sini. Jadi saya datang mau melihat. Karena tidak ada identifikasi, pulang dulu saja,” jelas dia.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumut Kombespol Setyo P menjelaskan, identifikasi terhadap seluruh korban kecelakaan Hercules TNI AU akan dilakukan Rabu ini (1/7) dan dimulai pukul 08.00 WIB. Saat ini tim DVI telah menyediakan pos pengaduan warga atau keluarga korban di depan RSUP H Adam Malik Medan.
Penundaan identifikasi ini dilakukan untuk membantu tim DVI melakukan mengumpulkan data ante mortem hingga postmortem seluruh korban. Hal ini diperlukan karena meninggal dalam keadaan hangus.
“Kita imbau kepada masyarakat yang merasa keluarganya ikut menjadi korban dalam kecelakaan ini untuk mengadu ke kita. Baik itu menyangkut visualnya, pakaian yang dipakai, perhiasan, KTP, apa saat itu membawa ijazah, sidik jarinya dari SIM, ijazah, KTP, dan lainnya. Untuk membantu tim identifikasi,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, belum bisa memastikan berapa lama proses identifikasi lantaran kalau sulit dikenali akan butuh waktu agak lama. “Tapi, kami lihat banyak tubuhnya masih utuh, hanya saja hangus,” katanya didampingi Kepala Forensik RSUD dr Pirngadi Medan, Surjit Sigh.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN , sejak jam 13.00 WIB, Instalasi Jenazah RSUP H Adam Malik Medan yang selama ini sepi mendadak dipenuhi ratusan warga. Baik warga yang ingin mendapatkan informasi terkait keluarga ikut dalam penerbangan maupun warga an pegawai rumah sakit yang ingin tahu. Orang-orang penting pemerintahan dan TNI AU pun berdatangan melihat korban, mulai dari Kepala Dinas Kesehatan Sumut hingga Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna.
Sementara itu, hingga pukul 22.40 WIB tadi malam, jumlah jenazah korban jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU yang sampai ke instalasi jenazah RSUP H Adam Malik Medan sebanyak 90 orang dan sebanyak 23 jenazah di antaranya sudah dikenali serta lima di antaranya dikenali secara pasti.
Petugas di Posko Post Mortem DVI Biddokkes Polda Sumut, Kompol A Tarigan mengatakan, kelima korban yang teridentifikasi itu atasnamaPeltuNgateman, Pelda Agus Purwanto, Letda Pembekalan Agus Riadi, Kapten Penerbang Sandy Permana (pilot), dan Peltu Yahya Komari. “Jenazah Pelda Agus Purwanto sudah dipulangkan melalui Lanud Soewondo,” ujarnya.
Ketua Tim Ante Mortem DVI Buddokes Polda Sumut dr Zulkhairi mengatakan, keluarga 30 korban sudah mendatangi posko untuk memberikan ciriciri khusus dan barang dan pakaian yang dipakai korban terakhir kali.Proses identifikasi diperkirakan sulit lantaran kondisi jenazah yang rusak. Dia juga mengimbau bagi keluarga yang ada keluarga di pesawat Hercules agar melapor ke posko ante mortem yang bertempat di RSUP H Adam Malik Medan.
Sementara itu, hingga pukul 23.13 WIB tadi malam, petugas masih melakukan pencarian korban di antara reruntuhan pesawat dan bangunan. Seorang petugas Basarnas Medan, Bobi, 28, mengatakan, proses evakuasi terus dilanjutkan hingga tuntas. "Tidak ada penundaan karena belum ada alasan untuk dilakukan penundaan atau penghentian sementara. Informasi dari pimpinan masih terus dilanjutkan," ujarnya.
Hingga menjelang tengah malam, sudah ada 10 jenazah yang tampak di reruntuhan, namun belum bisa diangkat karena posisi korban rata-rata terjepit puing pesawat dan bangunan. Lamanya proses evakuasi itu karena korban terjepit sehingga ada bagianbagian puing yang harus dipotong.
Selain itu, kondisi korban yang rata-rata terbakar tidak memungkinkan dievakuasi dengan alat berat, harus diangkat secara manual, Petugas SAR tetap mengusahakan korban diangkat dalam keadaan utuh. "Rata-rata korban kan panas karena terbakar sehingga harus diangkat dengan hati-hati agar bagiannya tidak terlepas," katanya.
Petugas Basarnas lainnya, Hartono, 34 mengatakan, kemungkinan besar masih terdapat korban di bawah puing, mengingat masih ada bagian reruntuhan yang belum dibongkar. Namun yang pasti sudah terlihat ada 10 jenazah.
Penumpang Dikutip Bayaran
Jatuhnya pesawat Hercules di Medan, juga sekaligus mengingatkan musibah jatuhnya pesawat sama di Magetan, Jawa Timur pada 2009. Selain pesawat sama, insiden itu juga mempunyai cerita sama, yakni sama-sama mengangkut penumpang sipil.
Dalam kecelakaan di Magetan, tercatat lebih dari 100 orang tewas. Mengapa tidak ada evaluasi atas kondisi tersebut? KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengakui pesawat angkut tersebut memang sering digunakan untuk mengangkut warga sipil, khususnya saat Ramadan, menjelang Idul Fitri, dan harihari besar keagamaan.
“Ini kan bulan Ramadan, jadi mereka (penumpang pesawat) hendak bepergian ke kampung halamannya. Dan, itu semua keluarga anggota TNI AU,” ujar dia. Namun, dia membantah pesawat Hercules dikomersialkan.
KSAU menandaskan, dalam penerbangan ini keluarga dan anggota TNI AU yang ikut penerbangan tidak dikenakan biaya sepeser pun. “Jika itu terjadi maka komandan yang memerintahkan itu akan saya pecat. Hanya, semua korban saat ini adalah keluarga anggota TNI,” kata dia.
Bantahan KSAU bahwa tidak ada komersialisasi dalam penerbangan Hercules seakan rontok oleh kesaksian keluarga penumpang yang menjadi korban. Menurut pengakuan AKP S Sihombing yang merupakan kerabat korban bernama Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing, orang tua kedua keponakannya itu membayar tiket Rp800.000 per orang.
Adapun orang tua korban bertugas sebagai babinsa di Pulau Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). “Kalau naik pesawat komersial Rp1 jutaan untuk satu orang kan mahal. Maka mereka naik pesawat tersebut,” kata seorang anggota kepolisian yang bertugas di unit provos itu sambil menunjukkan foto kedua keponakannya yangdudukdikelasIIIdan kelas II SMP SMA Ignatius.
Sementara A Sihombing juga tidak bisa menahan kesedihannya. Anaknya, Risma Purba yang baru saja tamat SMA, berencana akan mengunjungi kakaknya yang bekerja di Pulau Natuna ikut menjadi korban. “Anak saya baru kali ini naik pesawat. Dia ditawari temannya. Anak saya bayar Rp900.000,” ujar warga Kabupaten Batubara ini.
Pantauan KORAN SINDO MEDAN di lokasi kejadian, sedikitnya tiga unit alat berat dikerahkan untuk mengevakuasi bangkai pesawat dan pencarian korban. Sementara arus lalu lintas di sepanjang Jalan Jamin Ginting macet total hingga 8 km. Apalagi ribuan warga langsung memadati lokasi kejadian sehingga akses masuk ke lokasi sangat sulit.
Polisi Blokade Tiga Titik Menuju Lokasi Kejadian
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sumut memblokade tiga titik dari lokasi jatuhnya pesawat Hercules di Jalan Jamin Ginting Km 10 Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Ratusan personel Sabhara diturunkan mengantisipasi kemacetan arus lalu lintas.
Begitu sejumlah pengendara roda dua sampai roda empat tetap memasuki areal pemblokadean. Awal pemblokadean di Simpang Pos antara Jalan Jamin Ginting, Jalan Ngumban Surbakti, dan Jalan AH Nasution, kemudian berlanjut persis di depan Markas Sabhara Polda Sumut dan terakhir di Simpang Perumnas Simalingkar.
Walau sudah tiga titik pemblokadean dilakukan petugas, pengguna jalan tetap ngotot menerobos. Alhasil antara pengguna jalan dan personel Sabhara nyaris terlibat baku hantam. Tidak hanya itu, ruas Jalan Jamin Ginting yang seharusnya jadi satu arah terpaksa digunakan pengendara motor menjadi dua arus.
Belasan armada kebakaran dan ambulans yang meraungraung tidak dihiraukan warga lantaran ingin menyaksikan lebih dekat pesawat Hercules. Begitu juga ketika dua alat berat melintas menuju lokasi kejadian, warga pun tidak menghiraukan keselamatannya. Sebuah angkot terpaksa ditabrak armada kebakaran karena menghalangi jalan.
Kasatlantas Polresta Medan Kompol M Hasan mengatakan, mereka memblokade ruas jalan dalam radius 3 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat. “Tujuannya mengantisipasi kemacetan agar proses evakuasi berjalan lancar,” ungkapnya.
Di sisi lain, pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Padang Bulan juga mengakibatkan tiga warga mengalami luka-luka dan dirawat di IGD RSUP H Adam Malik. Korban luka, yakni Inna, 45, mengalami luka bakar di sekujur tangan kanan; Rahmat, 28, pekerja bangunan, warga Jalan Mabar Pasar 3 B, Lingkungan IX, mengalami luka di bagian kaki dan tangan; dan Ahmad Fahri, 37, warga Dusun VI Tanjung Morawa yang mengalami luka berat di dahi, patah kaki dan trauma di dada.
"Ada tiga pasien, pertama perempuan, mengalami luka bakar di tangan. Tapi sudah ditangani, setelah beres, dia minta pulang," ujar Kepala Instalasi Gawat Darurat dr Ade Veronica SpAN saat ditemui di IGD RSUP H Adam Malik.
Frans marbun/ Siti amelia/ Panggabean hasibuan / Fakhrur rozi/ Dody ferdiansyah/ Syukri amal/ Bambang s harahap/ Sucipto
(ftr)