Koalisi Majapahit Yakin Risma Tumbang
A
A
A
SURABAYA - Koalisi Majapahit yang dideklarasikan enam partai politik (parpol) mengaku yakin dan optimis bisa mengalahkan pasangan calon incumbent Tri Rismaharini dan Wisnu Wisnu pada Pemilihan Wali Kota Surabaya Desember mendatang.
Mereka menganggap calon incumbent bukan malaikat yang tidak bisa dikalahkan. ”Koalisi ini merupakan perjuangan panjang. Proses ini bukan sebentar, butuh waktu enam bulan untuk menggodoknya. Yang jelas koalisi ini tidak bermaksud menjegal incumbent tapi target kami agar Surabaya bisa melahirkan kompetisi yang memadai dan bisa seimbang. Kami akui incumbent kuat dengan partai yang kuat pula. Maka kami sepakat akan siapkan calon. Setelah ini kami akan kerja keras,” ujar Ketua DPC Partai Gerindra Kota Surabaya, BF Sutadi disela-sela deklarasi Koalisi Majapahit di hotel Majapahit, kemarin.
Pada kesempatan itu, enam ketua DPC Surabaya turut hadir. Mereka adalah Ketua DPD PKS Ibnu Shobir, Ketua DPC Partai Demokrat Suhartoyo, Ketua DPD Partai Golkar M Ilyas, Ketua DPC Partai Gerindra BF Sutadi, Ketua DPC PKB Syamsul Arifi, dan Ketua DPD PAN M Surat. Koalisi ini dinamakan Koalisi Majapahit karena deklarasi digelar di Hotel Majapahit.
Ketua DPC PKB Kota Surabaya, Syamsul Arifin menilai, calon incumbent di Surabaya bukan malaikat yang tidak bisa dikalahkan. Menurut dia, Tri Rismaharini tetap manusia biasa yang bisa kalah. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) itu dianggap prestasinya biasabiasa saja.
Bahkan tidak menutup kemungkinan penghargaan yang didapat selama ini bukan hasil kerja kerasnya, tapi sengaja dibuat untuk mendongkrak popularitas. ”Beberapa tahun terakhir ini banyak juga incumbent yang kalah. Kami yakni tahun 2015 ini Wali Kota Surabaya bukan perempuan tapi laki-laki. Dengan kekompakan, kami yakin bisa menang mutlak,” katanya.
Menurut dia, setelah deklarasi ini parpol yang tergabung dalam koalisi akan menggelar pertemuan lanjutan. Di antaranya membahas siapa calon wali kota dan wakil wali kota serta membahas konsep dan metode pemenangan. ”Yang penting tujuan utama dari koalisi ini agar Surabaya ke depan lebih baik dengan pemerintahan yang bisa menghargai kekuatan partai politik,” katanya.
Ketua DPD PKS Kota Surabaya, Ibnu Shobir mengatakan, deklarasi yang dihadiri seluruh ketua partai menunjukkan keseriusan parpol yang tergabung di dalamnya. Bergabungnya PKS dalam koalisi juga ingin mewujudkan terciptanya pemilihan calon pemimpin Surabaya adil dan transparan.
Koalisi ini dibangun agar muncul kompetisi sebagai bagian dari proses demokrasi. Apalagi undang-undang mengamanatkan bahwa pemilu bisa digelar pasangan calon yang maju lebih dari satu pasangan. ”Kami minta dukungan pada warga Surabaya agar koalisi ini dapat berfungsi dengan baik. Kami berharap nanti muncul pemimpin Surabaya yang bagus,” katanya.
Terpisah, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo memastikan partainya belum tentu ikut Koalisi Majapahit. ”Partai Demokrat belum tentu ikut dalam koalisi besar dan belum pasti masuk di sana,” ujarnya. Meski ikut hadir bersama lima partai politik lainnya masing- masing Partai Gerindra, PKB, PKS, Golkar, dan PAN dalam deklarasi Koalisi Majapahit, namun dikatakan Demokrat belum tentu masuk.
Disinggung kehadiran Ketua Pelaksana Tugas (Plt) DPC Partai Demokrat Surabaya Hartoyo dalam kesempatan tersebut, Soekarwo mengaku kedatangan kadernya itu hanya bersifat menghadiri. ”Pengurus Demokrat Surabaya datang ke saya dan minta izin mau datang. Ya, karena sebagai salah satu bentuk komunikasi politik, ya saya izinkan,” katanya.
Terpisah, Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari mengaku tidak khawatir dengan ada Koalisi Majapahit yang akan melawan kekuatan parpol bergambar kepala banteng dengan moncong putih tersebut. Lagilagi, politisi perempuan asal Kota Malang mengaku sikap parpol di luar PDIP menjadi sesuatu yang wajar dilakukan dalam dunia politik. ”Sah-sah saja mereka melakukan itu, karena ini bagian dari demokrasi,” kata Untari.
Untari menyatakan, dia dan partainya percaya diri mengusung calonnya dalam Pilwali Surabaya. ”Entah siapa pun itu calonnya, kami sudah siap karena kader-kader kami memiliki semangat yang tinggi untuk memenangkan Pilwali Surabaya,” katanya.
Ihya ulumuddin/ Lukman hakim
Mereka menganggap calon incumbent bukan malaikat yang tidak bisa dikalahkan. ”Koalisi ini merupakan perjuangan panjang. Proses ini bukan sebentar, butuh waktu enam bulan untuk menggodoknya. Yang jelas koalisi ini tidak bermaksud menjegal incumbent tapi target kami agar Surabaya bisa melahirkan kompetisi yang memadai dan bisa seimbang. Kami akui incumbent kuat dengan partai yang kuat pula. Maka kami sepakat akan siapkan calon. Setelah ini kami akan kerja keras,” ujar Ketua DPC Partai Gerindra Kota Surabaya, BF Sutadi disela-sela deklarasi Koalisi Majapahit di hotel Majapahit, kemarin.
Pada kesempatan itu, enam ketua DPC Surabaya turut hadir. Mereka adalah Ketua DPD PKS Ibnu Shobir, Ketua DPC Partai Demokrat Suhartoyo, Ketua DPD Partai Golkar M Ilyas, Ketua DPC Partai Gerindra BF Sutadi, Ketua DPC PKB Syamsul Arifi, dan Ketua DPD PAN M Surat. Koalisi ini dinamakan Koalisi Majapahit karena deklarasi digelar di Hotel Majapahit.
Ketua DPC PKB Kota Surabaya, Syamsul Arifin menilai, calon incumbent di Surabaya bukan malaikat yang tidak bisa dikalahkan. Menurut dia, Tri Rismaharini tetap manusia biasa yang bisa kalah. Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) itu dianggap prestasinya biasabiasa saja.
Bahkan tidak menutup kemungkinan penghargaan yang didapat selama ini bukan hasil kerja kerasnya, tapi sengaja dibuat untuk mendongkrak popularitas. ”Beberapa tahun terakhir ini banyak juga incumbent yang kalah. Kami yakni tahun 2015 ini Wali Kota Surabaya bukan perempuan tapi laki-laki. Dengan kekompakan, kami yakin bisa menang mutlak,” katanya.
Menurut dia, setelah deklarasi ini parpol yang tergabung dalam koalisi akan menggelar pertemuan lanjutan. Di antaranya membahas siapa calon wali kota dan wakil wali kota serta membahas konsep dan metode pemenangan. ”Yang penting tujuan utama dari koalisi ini agar Surabaya ke depan lebih baik dengan pemerintahan yang bisa menghargai kekuatan partai politik,” katanya.
Ketua DPD PKS Kota Surabaya, Ibnu Shobir mengatakan, deklarasi yang dihadiri seluruh ketua partai menunjukkan keseriusan parpol yang tergabung di dalamnya. Bergabungnya PKS dalam koalisi juga ingin mewujudkan terciptanya pemilihan calon pemimpin Surabaya adil dan transparan.
Koalisi ini dibangun agar muncul kompetisi sebagai bagian dari proses demokrasi. Apalagi undang-undang mengamanatkan bahwa pemilu bisa digelar pasangan calon yang maju lebih dari satu pasangan. ”Kami minta dukungan pada warga Surabaya agar koalisi ini dapat berfungsi dengan baik. Kami berharap nanti muncul pemimpin Surabaya yang bagus,” katanya.
Terpisah, Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo memastikan partainya belum tentu ikut Koalisi Majapahit. ”Partai Demokrat belum tentu ikut dalam koalisi besar dan belum pasti masuk di sana,” ujarnya. Meski ikut hadir bersama lima partai politik lainnya masing- masing Partai Gerindra, PKB, PKS, Golkar, dan PAN dalam deklarasi Koalisi Majapahit, namun dikatakan Demokrat belum tentu masuk.
Disinggung kehadiran Ketua Pelaksana Tugas (Plt) DPC Partai Demokrat Surabaya Hartoyo dalam kesempatan tersebut, Soekarwo mengaku kedatangan kadernya itu hanya bersifat menghadiri. ”Pengurus Demokrat Surabaya datang ke saya dan minta izin mau datang. Ya, karena sebagai salah satu bentuk komunikasi politik, ya saya izinkan,” katanya.
Terpisah, Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari mengaku tidak khawatir dengan ada Koalisi Majapahit yang akan melawan kekuatan parpol bergambar kepala banteng dengan moncong putih tersebut. Lagilagi, politisi perempuan asal Kota Malang mengaku sikap parpol di luar PDIP menjadi sesuatu yang wajar dilakukan dalam dunia politik. ”Sah-sah saja mereka melakukan itu, karena ini bagian dari demokrasi,” kata Untari.
Untari menyatakan, dia dan partainya percaya diri mengusung calonnya dalam Pilwali Surabaya. ”Entah siapa pun itu calonnya, kami sudah siap karena kader-kader kami memiliki semangat yang tinggi untuk memenangkan Pilwali Surabaya,” katanya.
Ihya ulumuddin/ Lukman hakim
(ftr)