Hilangkan Penat Sembari Menikmati Suasana Pedesaan
A
A
A
Penat dengan kesibukan sehari- hari, beban kerja yang menumpuk atau permasalahan rumah tangga yang tak kunjung selesai ada kalanya dihilangkan dengan bersantai sejenak.
Meski Ramadan, rasa penat tersebut bisa saja dihilangkan dengan berwisata dan beribadah. Jika anda ingin melewatkan waktu menunggu beduk magrib dengan suasana baru, tak ada salahnya menikmati suasana alam pedesaan di dataran tinggi kawasan Kecamatan Patuk, tepatnya di Desa Wisata Jelok, Desa Beji.
Di desa wisata yang terletak 30 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta ini memang menawarkan suasana tempo dulu. Memasuki desa wisata ini pengunjung akan disambut dengan jembatan gantung yang Sungai Oya cukup panjang. Yang lebih unik lagi, tiang-tiang jembatan yang didesain seperti kotak setinggi 180 cm dari dasar jembatan dilukis dengan lukisan batik. Jembatan ini satu-satunya akses paling mudah untuk menuju ke Desa Wisata Jelok.
“Jembatan ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua ataupun jalan kaki, sehingga mobil harus ditinggal di pintu masuk,” tutur salah seorang penggerak Desa Wisata Jelok, Sukri. Setelah melewati jembatan, pengunjung disambut dengan lampu-lampu mirip dengan di Ubud Bali yang berjajar di sisi kiri jalan perkampungan tersebut. Sekitar 200 kemudian, pengunjung akan melihat beberapa bangunan tradisional bekas kandang sapi yang berjajar rapi menambah suasana semakin asri.
Nyanyian burung perkutut dari belasan sangkar burung yang digantung di tepi genting masingmasing bangunan menambah suasana alam pedesaan semakin kental. Embusan angin serta siulan gesekan daun tebu dan hamparan hijau sawah serta rumput di sekitar bangunan tersebut memang mampu menghilangkan beban dari para pengunjung. Namun yang paling menarik di Desa Wisata ini adalah menumenu yang ditawarkan di desa wisata ini sangat tradisional. Menu utama yang ada di Desa wisata ini adalah Gudeg Sinuwun, yaitu gudeg berbahan dasar jantung batang pisang.
“Ini mungkin satu-satunya ada di sini. Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi juga beberapa kali ke sini,” paparnya. Tak hanya Gudeg Sinuwun, pengunjung juga bisa mendapatkan menu yang lain yaitu sayur lombok ijo, ayam goreng kampung disertai dengan minuman khas kampung, teh poci dan wedang secang. Soal harga, jangan khawatir karena pengunjung tak perlu merogoh kocek yang dalam untuk dapat menikmati semua menu tersebut.
Salah seorang pengunjung yang kebetulan melewatkan ngabuburit bersama koleganya dari instansi pemerintah DIY, Andri mengatakan, suasana alam pegunungan yang sangat asri dan hamparan sawah yang menghijau membuat suasana pedesaan sangat dirindukan.
Menu tradisional Gudeg Sinuwun menyajikan sensasi rasa yang berbeda dari tempat lain. “Coba rasakan sensasinya, pasti akan terasa beda dibanding kampung Ramadan yang lain,” ujarnya.
Erfanto Linangkung
Bantul
Meski Ramadan, rasa penat tersebut bisa saja dihilangkan dengan berwisata dan beribadah. Jika anda ingin melewatkan waktu menunggu beduk magrib dengan suasana baru, tak ada salahnya menikmati suasana alam pedesaan di dataran tinggi kawasan Kecamatan Patuk, tepatnya di Desa Wisata Jelok, Desa Beji.
Di desa wisata yang terletak 30 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta ini memang menawarkan suasana tempo dulu. Memasuki desa wisata ini pengunjung akan disambut dengan jembatan gantung yang Sungai Oya cukup panjang. Yang lebih unik lagi, tiang-tiang jembatan yang didesain seperti kotak setinggi 180 cm dari dasar jembatan dilukis dengan lukisan batik. Jembatan ini satu-satunya akses paling mudah untuk menuju ke Desa Wisata Jelok.
“Jembatan ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua ataupun jalan kaki, sehingga mobil harus ditinggal di pintu masuk,” tutur salah seorang penggerak Desa Wisata Jelok, Sukri. Setelah melewati jembatan, pengunjung disambut dengan lampu-lampu mirip dengan di Ubud Bali yang berjajar di sisi kiri jalan perkampungan tersebut. Sekitar 200 kemudian, pengunjung akan melihat beberapa bangunan tradisional bekas kandang sapi yang berjajar rapi menambah suasana semakin asri.
Nyanyian burung perkutut dari belasan sangkar burung yang digantung di tepi genting masingmasing bangunan menambah suasana alam pedesaan semakin kental. Embusan angin serta siulan gesekan daun tebu dan hamparan hijau sawah serta rumput di sekitar bangunan tersebut memang mampu menghilangkan beban dari para pengunjung. Namun yang paling menarik di Desa Wisata ini adalah menumenu yang ditawarkan di desa wisata ini sangat tradisional. Menu utama yang ada di Desa wisata ini adalah Gudeg Sinuwun, yaitu gudeg berbahan dasar jantung batang pisang.
“Ini mungkin satu-satunya ada di sini. Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi juga beberapa kali ke sini,” paparnya. Tak hanya Gudeg Sinuwun, pengunjung juga bisa mendapatkan menu yang lain yaitu sayur lombok ijo, ayam goreng kampung disertai dengan minuman khas kampung, teh poci dan wedang secang. Soal harga, jangan khawatir karena pengunjung tak perlu merogoh kocek yang dalam untuk dapat menikmati semua menu tersebut.
Salah seorang pengunjung yang kebetulan melewatkan ngabuburit bersama koleganya dari instansi pemerintah DIY, Andri mengatakan, suasana alam pegunungan yang sangat asri dan hamparan sawah yang menghijau membuat suasana pedesaan sangat dirindukan.
Menu tradisional Gudeg Sinuwun menyajikan sensasi rasa yang berbeda dari tempat lain. “Coba rasakan sensasinya, pasti akan terasa beda dibanding kampung Ramadan yang lain,” ujarnya.
Erfanto Linangkung
Bantul
(ars)