Kiai Damar dan Jejak Penyebaran Islam di Semarang
A
A
A
RADEN Dipa Pamulya alias Kiai Damar adalah tokoh penyebar agama Islam di wilayah di Pedamaran, Kota Semarang. Berikut kisahnya.
Matahari belum terlalu tinggi saat KORAN SINDO mengunjungi sebuah makam di Jalan Pedamaran, Kampung Sumeneban, Kota Semarang, Jawa Tengah. Hilir mudik warga melintas di jalanan sempit tersebut untuk memulai aktivitas sehari-hari.
Tidak jauh berjalan, tampak sebuah makam bercat kuning yang diimpit rumah-rumah warga. Di dalamnya, terdapat tiga buah makam berdampingan dengan ukuran panjang yang persis sama. Salah satu di antara ketiga makam tersebut adalah makam Kiai Damar, sosok penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Pedamaran, Kota Semarang.
"Itu kompleks makam Raden Dipa Pamulya alias Kiai Damar, tokoh penyebar agama Islam di wilayah ini pada zaman dahulu. Selain Kiai Damar, di kompleks pemakaman itu juga ada dua makam lain, yakni istri Kiai Damar dan keponakannya," kata juru kunci makam, Kiai Masruh Budiono Abdul Kholib.
Masruh mengaku, tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai siapa sosok Kiai Damar yang terbaring di dalam makam tersebut. Sebab, hingga saat ini tidak ada catatan sejarah yang menerangkan sosok Kiai Damar ataupun kisah perjalanan hidupnya saat bertugas menyebarkan agama Islam di lokasi itu.
"Namun dari cerita-cerita para pendahulu mengatakan bahwa Kiai Damar adalah seorang wali penyebar agama Islam dari Kerajaan Demak Bintoro. Beliau ditugaskan menyebarkan agama Islam bersama Syekh Jangkung, tokoh yang cukup terkenal di dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa."
Nama Kiai Damar merupakan sebutan dari kalangan masyarakat. Warga menyebut Raden Dipa Pamulya dengan sebutan Kiai Damar karena sosoknya seolah seperti Damar yang dalam bahasa Jawa artinya lampu, lentera, atau dian yang menerangi gelap gulita.
"Jadi, nama itu diberikan masyarakat karena sosok Raden Dipa Pamulya ini mampu menjadi lentera dan memberikan jalan terang kepada masyarakat dengan ajaran Islamnya. Saat itu, banyak warga yang masih tersesat dalam kegelapan hidup," terangnya.
Menurut Masruh, saat ditemukan dahulu, makam Kiai Damar berada di sebuah lubang yang cukup dalam. Di lokasi itu, masyarakat zaman dahulu sering menggunakannya untuk bersemedi atau melakukan meditasi dan hal-hal gaib lainnya.
"Untuk menjaga dari kesyirikan, akhirnya lubang tersebut ditimbun dan dijadikan seperti saat ini. Jika digali, di bawah makam itu masih ada makam asli dari Kiai Damar, dengan tiga nisan yang besar dan masih asli," bebernya.
Makam Kiai Damar kemudian dipugar dan diresmikan oleh Wali Kota Semarang Kolonel Infanteri Soetrisno Soeharto pada 26 Februari 1998. Setelah diresmikan, lokasi tersebut sering dikunjungi oleh peziarah untuk berdoa di makam tersebut.
"Para peziarah selalu berdatangan ke lokasi makam ini, tidak hanya dari Kota Semarang, tapi dari berbagai daerah lain bahkan luar Jawa. Acara rutin doa bersama adalah setiap Kamis malam, namun yang paling ramai adalah saat gelaran Haul Kiai Damar yakni setiap Bulan Maulud."
Kiai Damar tidak hanya dikenal sebagai sosok penyebar agama Islam di kawasan Pedamaran, Kota Semarang. Ia juga diyakini sebagai tokoh yang selalu melindungi warga dari segala bencana.
Hal itu diyakini warga seusai musibah kebakaran yang melanda Pasar Johar, 9 Mei 2015 malam. Saat musibah kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan Pasar Johar tersebut, api tidak sedikitpun membakar rumah warga yang ada di kawasan perkampungan Pedamaran Sumeneban. Padahal, lokasinya berdekatan dan berada di belakang Pasar Johar.
"Saat musibah kebakaran Pasar Johar memang tidak sampai merembet ke kampung kami. Kami meyakini bahwa itu adalah izin Allah melalui Kiai Damar ini," kata Ngatiyem (40), salah seorang warga Pedamaran.
Hal itu tidak terlepas dari peran warga yang setiap malam Jumat selalu menggelar pengajian rutin dan pembacaan Surat Yasin dan tahlil di kompleks makam tersebut.
"Kami semua percaya bahwa kawasan Pedamaran Kampung Sumeneban telah dilindungi oleh berkah Kiai Damar. Sehingga kami yakin tidak akan ada musibah besar yang menimpa kampung ini."
Matahari belum terlalu tinggi saat KORAN SINDO mengunjungi sebuah makam di Jalan Pedamaran, Kampung Sumeneban, Kota Semarang, Jawa Tengah. Hilir mudik warga melintas di jalanan sempit tersebut untuk memulai aktivitas sehari-hari.
Tidak jauh berjalan, tampak sebuah makam bercat kuning yang diimpit rumah-rumah warga. Di dalamnya, terdapat tiga buah makam berdampingan dengan ukuran panjang yang persis sama. Salah satu di antara ketiga makam tersebut adalah makam Kiai Damar, sosok penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Pedamaran, Kota Semarang.
"Itu kompleks makam Raden Dipa Pamulya alias Kiai Damar, tokoh penyebar agama Islam di wilayah ini pada zaman dahulu. Selain Kiai Damar, di kompleks pemakaman itu juga ada dua makam lain, yakni istri Kiai Damar dan keponakannya," kata juru kunci makam, Kiai Masruh Budiono Abdul Kholib.
Masruh mengaku, tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai siapa sosok Kiai Damar yang terbaring di dalam makam tersebut. Sebab, hingga saat ini tidak ada catatan sejarah yang menerangkan sosok Kiai Damar ataupun kisah perjalanan hidupnya saat bertugas menyebarkan agama Islam di lokasi itu.
"Namun dari cerita-cerita para pendahulu mengatakan bahwa Kiai Damar adalah seorang wali penyebar agama Islam dari Kerajaan Demak Bintoro. Beliau ditugaskan menyebarkan agama Islam bersama Syekh Jangkung, tokoh yang cukup terkenal di dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa."
Nama Kiai Damar merupakan sebutan dari kalangan masyarakat. Warga menyebut Raden Dipa Pamulya dengan sebutan Kiai Damar karena sosoknya seolah seperti Damar yang dalam bahasa Jawa artinya lampu, lentera, atau dian yang menerangi gelap gulita.
"Jadi, nama itu diberikan masyarakat karena sosok Raden Dipa Pamulya ini mampu menjadi lentera dan memberikan jalan terang kepada masyarakat dengan ajaran Islamnya. Saat itu, banyak warga yang masih tersesat dalam kegelapan hidup," terangnya.
Menurut Masruh, saat ditemukan dahulu, makam Kiai Damar berada di sebuah lubang yang cukup dalam. Di lokasi itu, masyarakat zaman dahulu sering menggunakannya untuk bersemedi atau melakukan meditasi dan hal-hal gaib lainnya.
"Untuk menjaga dari kesyirikan, akhirnya lubang tersebut ditimbun dan dijadikan seperti saat ini. Jika digali, di bawah makam itu masih ada makam asli dari Kiai Damar, dengan tiga nisan yang besar dan masih asli," bebernya.
Makam Kiai Damar kemudian dipugar dan diresmikan oleh Wali Kota Semarang Kolonel Infanteri Soetrisno Soeharto pada 26 Februari 1998. Setelah diresmikan, lokasi tersebut sering dikunjungi oleh peziarah untuk berdoa di makam tersebut.
"Para peziarah selalu berdatangan ke lokasi makam ini, tidak hanya dari Kota Semarang, tapi dari berbagai daerah lain bahkan luar Jawa. Acara rutin doa bersama adalah setiap Kamis malam, namun yang paling ramai adalah saat gelaran Haul Kiai Damar yakni setiap Bulan Maulud."
Kiai Damar tidak hanya dikenal sebagai sosok penyebar agama Islam di kawasan Pedamaran, Kota Semarang. Ia juga diyakini sebagai tokoh yang selalu melindungi warga dari segala bencana.
Hal itu diyakini warga seusai musibah kebakaran yang melanda Pasar Johar, 9 Mei 2015 malam. Saat musibah kebakaran yang menghanguskan seluruh bangunan Pasar Johar tersebut, api tidak sedikitpun membakar rumah warga yang ada di kawasan perkampungan Pedamaran Sumeneban. Padahal, lokasinya berdekatan dan berada di belakang Pasar Johar.
"Saat musibah kebakaran Pasar Johar memang tidak sampai merembet ke kampung kami. Kami meyakini bahwa itu adalah izin Allah melalui Kiai Damar ini," kata Ngatiyem (40), salah seorang warga Pedamaran.
Hal itu tidak terlepas dari peran warga yang setiap malam Jumat selalu menggelar pengajian rutin dan pembacaan Surat Yasin dan tahlil di kompleks makam tersebut.
"Kami semua percaya bahwa kawasan Pedamaran Kampung Sumeneban telah dilindungi oleh berkah Kiai Damar. Sehingga kami yakin tidak akan ada musibah besar yang menimpa kampung ini."
(zik)