Giliran GP Ansor Ikut-ikutan Tolak Pak Tjip
A
A
A
SIDOARJO - Keinginan Hadi Sutjipto bisa mendampingi Saiful Ilah untuk kedua kalinya, tak semulus yang dibayangkan.
Gelombang penolakan terus berdatangan dari kalangan PKB dan Nahdlatul Ulama (NU). Setelah sebelumnya kader muda PKB dan MWC NU, kini giliran Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sidoarjo mengisyaratkan untuk menolak Hadi Sutjipto mendampingi Saiful Ilah. Bahkan, pengurus GP Ansor Sidoarjo menggelar jumpa pers, kemarin.
Dalam jumpa pers itu, ditegaskan jika mereka meminta yang menjadi cawabup untuk mendampingi Saiful Ilah berasal dari kader muda. Ketika ditanya apakah Pak Tjip (panggilan akrab Hadi Sutjipto) merupakan kader muda? Ketua GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono dengan lantang menjawab, bukan. “Tentunya kami tahu kader muda NU yang mendaftar cabup maupun cawabup,” ujar dia.
Awalnya, Slamet mengatakan, pihaknya menginginkan cabup-cawabup dari kader muda NU. Namun, ketika ditanya jika cabup PKB dari kader tua, dia meminta agar cawabupnya dari kader muda NU. “Karena cabupnya sudah Abah Saiful, cawabupnya harus dari kader muda NU,” tutur dia.
Mengenai apakah Ansor sudah menentukan dukungan kepada salah satu kandidat calon, menurut Slamet, saat ini belum. Namun, calon yang akan didukung nantinya berasal dari kader muda NU dan peluang menangnya tinggi. GP Ansor menggelar jumpa pers sehari setelah MWC NU menyatakan sikap menolak pencalonan Hadi Sutjipto seraya meminta kader muda NU untuk mendampingi Saiful Ilah.
Tampaknya, setelah ada sinyal kuat jika pengurus DPP PKB akan menjatuhkan rekomendasi cawabup PKB kepada Pak Tjip, gelombang penolakan terus menguat, terutama dari kalangan NU dan banom-nya (underbow). Selain GP Ansor, tidak menutup kemungkinan banom NU lainnya juga akan bergerak.
Gerakan penolakan kepada Pak Tjip seolah-olah ingin menegaskan jika kalangan NU tidak menginginkan wakil bupati itu mendampingi Saiful Ilah. Namun, di sisi lain, kiai sepuh NU menghendaki agar Pak Tjip dan Saiful Ilah tetap bersama. Sayangnya, Hadi Sutjipto enggan berkomentar terkait penolakan ini.
Dia mengaku fokus mengikuti penjaringan cawabup di PKB. Sedangkan di kalangan PNS dan birokrat, banyak yang menghendaki agar SUCI (Saiful- Sutjipto) diteruskan. Karena jika tokoh yang kini menjadi bupati dan wakil bupati itu pisah, PNS akan sulit menentukan pilihan. “Apalagi kalau Pak Saiful dan Pak Tjip sama-sama maju cabup, kami yang serba salah,” ujar salah satu PNS yang enggan disebutkan namanya.
Sudah menjadi rahasia umum saat pilkada, birokrat mempunyai peran penting dalam perolehan suara, terutama camat dan kepala dinas, tentunya akan berpihak kepada salah satu pasangan calon.
Abdul rouf
Gelombang penolakan terus berdatangan dari kalangan PKB dan Nahdlatul Ulama (NU). Setelah sebelumnya kader muda PKB dan MWC NU, kini giliran Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sidoarjo mengisyaratkan untuk menolak Hadi Sutjipto mendampingi Saiful Ilah. Bahkan, pengurus GP Ansor Sidoarjo menggelar jumpa pers, kemarin.
Dalam jumpa pers itu, ditegaskan jika mereka meminta yang menjadi cawabup untuk mendampingi Saiful Ilah berasal dari kader muda. Ketika ditanya apakah Pak Tjip (panggilan akrab Hadi Sutjipto) merupakan kader muda? Ketua GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono dengan lantang menjawab, bukan. “Tentunya kami tahu kader muda NU yang mendaftar cabup maupun cawabup,” ujar dia.
Awalnya, Slamet mengatakan, pihaknya menginginkan cabup-cawabup dari kader muda NU. Namun, ketika ditanya jika cabup PKB dari kader tua, dia meminta agar cawabupnya dari kader muda NU. “Karena cabupnya sudah Abah Saiful, cawabupnya harus dari kader muda NU,” tutur dia.
Mengenai apakah Ansor sudah menentukan dukungan kepada salah satu kandidat calon, menurut Slamet, saat ini belum. Namun, calon yang akan didukung nantinya berasal dari kader muda NU dan peluang menangnya tinggi. GP Ansor menggelar jumpa pers sehari setelah MWC NU menyatakan sikap menolak pencalonan Hadi Sutjipto seraya meminta kader muda NU untuk mendampingi Saiful Ilah.
Tampaknya, setelah ada sinyal kuat jika pengurus DPP PKB akan menjatuhkan rekomendasi cawabup PKB kepada Pak Tjip, gelombang penolakan terus menguat, terutama dari kalangan NU dan banom-nya (underbow). Selain GP Ansor, tidak menutup kemungkinan banom NU lainnya juga akan bergerak.
Gerakan penolakan kepada Pak Tjip seolah-olah ingin menegaskan jika kalangan NU tidak menginginkan wakil bupati itu mendampingi Saiful Ilah. Namun, di sisi lain, kiai sepuh NU menghendaki agar Pak Tjip dan Saiful Ilah tetap bersama. Sayangnya, Hadi Sutjipto enggan berkomentar terkait penolakan ini.
Dia mengaku fokus mengikuti penjaringan cawabup di PKB. Sedangkan di kalangan PNS dan birokrat, banyak yang menghendaki agar SUCI (Saiful- Sutjipto) diteruskan. Karena jika tokoh yang kini menjadi bupati dan wakil bupati itu pisah, PNS akan sulit menentukan pilihan. “Apalagi kalau Pak Saiful dan Pak Tjip sama-sama maju cabup, kami yang serba salah,” ujar salah satu PNS yang enggan disebutkan namanya.
Sudah menjadi rahasia umum saat pilkada, birokrat mempunyai peran penting dalam perolehan suara, terutama camat dan kepala dinas, tentunya akan berpihak kepada salah satu pasangan calon.
Abdul rouf
(ftr)