Abu Sinabung Menyebar ke Medan dan Deliserdang
A
A
A
MEDAN - Kota Medan dan sebagian wilayah Kabupaten Deliserdang, termasuk Bandara Internasional Kualanamu (KNIA), terkena abu vulkanik Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, kemarin pagi.
Namun, kejadian ini tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan penerbangan di bandara. Sebenarnya embusan kolom abu vulkanik Gunung Sinabung yang terjadi sekitar pukul 06.50 WIB kemarin, hanya setinggi 500 meter.
Namun embusan angin yang kencang mengarah ke tenggara membawa abu vulkanik itu hingga keluar wilayah Kabupaten Karo, yakni Kota Medan dan Deliserdang. Petugas Tim Pemantau Erupsi Gunung Sinabung, Karo, Windi Cahya mengungkapkan, kemarin terjadi tiga kali luncuran awan panas, yakni pada pukul 06.50 sejauh 3.000 meter ke arah tenggara, pada pukul 08.11 WIB dengan jarak luncuran sejauh 2.000 meter, dan beberapa jam kemudian. Luncuran yang kedua disertai embusan kolom abu vulkanik setinggi 300-500 meter ke arah tenggara.
“Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan embusan kolom abu vulkanik Gunung Sinabung itu berdampak ke Kota Medan dan sekitarnya,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN , kemarin. Kepala Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Sunardi mengungkapkan, kecepatan angin di wilayah Kota Medan memang di atas rata- rata, yakni 20 knot per jam atau sekitar 40 kilometer (km) per jam. Namun, itu belum masuk kategori ekstrem yang melebih 25 knot per jam.
Adapun kecepatan angin di Medan ratarata 10-15 knot per jam. Menurut dia, arah angin secara umum mengarah ke tenggara, namun tepat di wilayah Sumatera Utara (Sumut) arah angin berbelok dari barat ke timur. “Kami menyebutnya dengan angin baratan. Memang, benar, arah angin dari Karo itu menuju ke tenggara, karena secara umum arah angin memang ke sana. Akibat angin baratan itulah, abu vulkanik berembus ke Kota Medan,” ujarnya.
Keberadaan abu vulkanik ini langsung direspons masyarakat Kota Medan dengan mengenakanmaskeragarterhindardari penyakitinfeksisaluranpernapasan atas (ISPA). Sebab, selain menyesakkan dada bila terhirup, abu vulkanikinimembuatmataperih. Pantauan KORAN SINDO MEDAN , baik pengendara sepeda motor maupun pejalan kaki, semakin banyak menggunakan masker.
“Menghindari hal yang tidak diinginkan, lebih baik saya menggunakan masker,” kata Muhammad Dhani, 32, warga Medan Denai. Sejak pukul 09.00 WIB kemarin, embusan abu vulkanik Sinabung sudah terasa dikawasanMedan Denai. Dia baru mengetahui ketika melihat sepeda motor yang terparkir di teras rumahnya sejak pukul 07.00 WIB tertutupi debu. Dia langsung terpikir bahwa debu itu berasal dari abu vulkanik Sinabung yang belakangan ini kembali bergejolak.
Sejumlah kendaraan yang parkir di sejumlah titik di Kota Medan juga sudah tertutup abu vulkanik, seperti di kawasan Pasar Sukaramai. “Memang tidak begitu tebal abunya, paling tidak abunya sudah tampak menutupi mobil-mobil ini,” ungkap Doli Ritonga, 26, juru parkir di Pasar Sukaramai. Abu vulkanik yang menyebar di KNIA tidak mengganggu operasional bandara, walaupun ada dua penerbangan sempat ditunda pemberangkatannya.
Kedua penerbangan itu, yakni Garuda Indonesia GA 7118 tujuan Gunungsitoli, Kabupaten Nias, yang semestinya berangkat pukul 12.45 WIB mundur menjadi pukul 13.35 WIB. Kemudian maskapai Wings Air IW 1252 tujuan Meulaboh, Aceh, ditunda pemberangkatannya dari pukul 10.45 WIB menjadi pukul 12.45 WIB. General Manajer (GM) PT Angkasa Pura (AP) Cabang KNIA, Jaya Tahoma Sirait mengatakan, sudah berkoordinasi dengan BMKG terkait abu vulkanik yang mengarah ke KNIA kemarin.
“Memang sejak pagi sampai pukul 09.30 WIB, arah angin dan abu vulkanik Gunung Sinabung mengarah ke timur, tapi belum berdampak bagi penerbangan dan operasional bandara,” katanya saat dikonfirmasi wartawan. Walaupun belum sampai mengganggu penerbangan, mereka tetap mewaspadai serta meningkatkan koordinasi dan komunikasi agar siap menghadapi kondisi terburuk, yaitu jika bandara tidak bisa dioperasikan.
Manajer Humas PT AP II Cabang KNIA, Dewandono Prasetyo Nugroho mengatakan, kemarin pagi, mereka sudah melakukan inspeksi hingga ke menara air traffic control (ATC), dan melalui petugasnya, Ramdanil, menyatakan debu vulkanik tidak berdampak terhadap penerbangan di KNIA. “Kalau tidak salah jarak pandangnya masih 3.000-4.000 kilometer. Jadi, tidak ada mempengaruhi penerbangan,” ujarnya.
Mereka pun menyiagakan mobil pemadam kebakaran untuk membersihkan abu vulkanik bila menutupi area runway . Sebanyak dua unit mobil pemadam kebakaran tampak stand by di area runway kemarin. Selain itu, seluruh maskapai diimbau menutup mesin pesawat agar tidak kemasukan abu vulkanik. Langkah ini dilakukan, kata Dewandono, meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan.
Beredar Isu Sinabung Akan Meletus Dahsyat
Sementara itu, beredar isu bahwa Gunung Sinabung akan meletus dahsyat yang berdampak sampai ratusan kilometer. Apalagi kemarin, abu vulkanik sudah menyebar sampai ke Medan dan Deliserdang. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung pun langsung menepis informasi yang beredar tersebut.
“Tidak benar, sampai saat ini bahwa Gunung Sinabung itu bakal meletus eksplosif. Kami hanya mengeluarkan rekomendasi mengevakuasi warga di desa dalamradius5kilometerdari kawah dan 7 kilometer jalur bukaan awan panas (guguran). Ini untuk menghindarkan jatuhnya korban jiwa,” ujar petugas PPGA Sinabung, Arif kepada wartawan di kantornya, kemarin.
Dia meminta warga sekitar lingkar Gunung Sinabung tidak beraktivitas pada radius yang ditetapkan guna menghindari korban jiwa, seperti pada 2014 lalu, yang menelan 17 korban jiwa. Sebagaimana diketahui gunung api teraktif di Sumatera itu telah berstatus Awas (Level IV). Sesuai data dari PPGA Sinabung hingga pukul 18.00 WIB, kemarin, terjadi tiga kali luncuran awan panas guguran dengan jarak luncur 2-3 kilometer ke arah selatan-tenggara gunung. Sementara ketinggian kolom debu mencapai 300- 1000 meter bergerak ke timur seiring arah pergerakan angin.
Sementara para pengungsi berharapadaperhatianlebihdari Pemkab Karo, instansi terkait, dan para dermawan, mengingat minimnya fasilitas sarana prasarana di sejumlah lokasi pengungsian. Bahkan, pengungsi menilai fasilitas itu tidak memadai secara kemanusiaan.
“Di posko ini kami lebih dari seribu orang. Sementara MCK (mandi, cuci, dankakus) yangtersedia tidak lebih dari lima unit layak digunakan. Ini merupakan salah satu contoh kecil masalah yang harus kami hadapi. Belum lagi kondisi logistik (makanan) yangsangat terbatas,” kataDarna Surbakti, 48, yang ditemui di posko pengungsian di Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabanjahe.
Dia mewakili 10.714 pengungsi meminta pihak terkait dan donatur mau mengulurkan tangan serta sumbangsih bagi mereka tertimpa bencana erupsi Gunung Sinabung yang tak kunjung henti. “Sebenarnya, kami tidak ingin dibantu seperti sekarang ini. Lebih baik kami berupaya sendiri menafkahi kehidupan daripada bergantung pada orang lain.
Namun, nasib dan alam berkata lain, yang memaksa kami harus hidup di kamp pengungsian dengan bantuan minim pemerintah dan sumbangan para donatur. Kiranya Tuhan segera melimpahkan berkahnya agar kami tidak sesengsara ini,” ujarnya.
Dicky irawan/ m andi yusri/ riza pinem
Namun, kejadian ini tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan penerbangan di bandara. Sebenarnya embusan kolom abu vulkanik Gunung Sinabung yang terjadi sekitar pukul 06.50 WIB kemarin, hanya setinggi 500 meter.
Namun embusan angin yang kencang mengarah ke tenggara membawa abu vulkanik itu hingga keluar wilayah Kabupaten Karo, yakni Kota Medan dan Deliserdang. Petugas Tim Pemantau Erupsi Gunung Sinabung, Karo, Windi Cahya mengungkapkan, kemarin terjadi tiga kali luncuran awan panas, yakni pada pukul 06.50 sejauh 3.000 meter ke arah tenggara, pada pukul 08.11 WIB dengan jarak luncuran sejauh 2.000 meter, dan beberapa jam kemudian. Luncuran yang kedua disertai embusan kolom abu vulkanik setinggi 300-500 meter ke arah tenggara.
“Kecepatan angin yang tinggi menyebabkan embusan kolom abu vulkanik Gunung Sinabung itu berdampak ke Kota Medan dan sekitarnya,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN , kemarin. Kepala Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Sunardi mengungkapkan, kecepatan angin di wilayah Kota Medan memang di atas rata- rata, yakni 20 knot per jam atau sekitar 40 kilometer (km) per jam. Namun, itu belum masuk kategori ekstrem yang melebih 25 knot per jam.
Adapun kecepatan angin di Medan ratarata 10-15 knot per jam. Menurut dia, arah angin secara umum mengarah ke tenggara, namun tepat di wilayah Sumatera Utara (Sumut) arah angin berbelok dari barat ke timur. “Kami menyebutnya dengan angin baratan. Memang, benar, arah angin dari Karo itu menuju ke tenggara, karena secara umum arah angin memang ke sana. Akibat angin baratan itulah, abu vulkanik berembus ke Kota Medan,” ujarnya.
Keberadaan abu vulkanik ini langsung direspons masyarakat Kota Medan dengan mengenakanmaskeragarterhindardari penyakitinfeksisaluranpernapasan atas (ISPA). Sebab, selain menyesakkan dada bila terhirup, abu vulkanikinimembuatmataperih. Pantauan KORAN SINDO MEDAN , baik pengendara sepeda motor maupun pejalan kaki, semakin banyak menggunakan masker.
“Menghindari hal yang tidak diinginkan, lebih baik saya menggunakan masker,” kata Muhammad Dhani, 32, warga Medan Denai. Sejak pukul 09.00 WIB kemarin, embusan abu vulkanik Sinabung sudah terasa dikawasanMedan Denai. Dia baru mengetahui ketika melihat sepeda motor yang terparkir di teras rumahnya sejak pukul 07.00 WIB tertutupi debu. Dia langsung terpikir bahwa debu itu berasal dari abu vulkanik Sinabung yang belakangan ini kembali bergejolak.
Sejumlah kendaraan yang parkir di sejumlah titik di Kota Medan juga sudah tertutup abu vulkanik, seperti di kawasan Pasar Sukaramai. “Memang tidak begitu tebal abunya, paling tidak abunya sudah tampak menutupi mobil-mobil ini,” ungkap Doli Ritonga, 26, juru parkir di Pasar Sukaramai. Abu vulkanik yang menyebar di KNIA tidak mengganggu operasional bandara, walaupun ada dua penerbangan sempat ditunda pemberangkatannya.
Kedua penerbangan itu, yakni Garuda Indonesia GA 7118 tujuan Gunungsitoli, Kabupaten Nias, yang semestinya berangkat pukul 12.45 WIB mundur menjadi pukul 13.35 WIB. Kemudian maskapai Wings Air IW 1252 tujuan Meulaboh, Aceh, ditunda pemberangkatannya dari pukul 10.45 WIB menjadi pukul 12.45 WIB. General Manajer (GM) PT Angkasa Pura (AP) Cabang KNIA, Jaya Tahoma Sirait mengatakan, sudah berkoordinasi dengan BMKG terkait abu vulkanik yang mengarah ke KNIA kemarin.
“Memang sejak pagi sampai pukul 09.30 WIB, arah angin dan abu vulkanik Gunung Sinabung mengarah ke timur, tapi belum berdampak bagi penerbangan dan operasional bandara,” katanya saat dikonfirmasi wartawan. Walaupun belum sampai mengganggu penerbangan, mereka tetap mewaspadai serta meningkatkan koordinasi dan komunikasi agar siap menghadapi kondisi terburuk, yaitu jika bandara tidak bisa dioperasikan.
Manajer Humas PT AP II Cabang KNIA, Dewandono Prasetyo Nugroho mengatakan, kemarin pagi, mereka sudah melakukan inspeksi hingga ke menara air traffic control (ATC), dan melalui petugasnya, Ramdanil, menyatakan debu vulkanik tidak berdampak terhadap penerbangan di KNIA. “Kalau tidak salah jarak pandangnya masih 3.000-4.000 kilometer. Jadi, tidak ada mempengaruhi penerbangan,” ujarnya.
Mereka pun menyiagakan mobil pemadam kebakaran untuk membersihkan abu vulkanik bila menutupi area runway . Sebanyak dua unit mobil pemadam kebakaran tampak stand by di area runway kemarin. Selain itu, seluruh maskapai diimbau menutup mesin pesawat agar tidak kemasukan abu vulkanik. Langkah ini dilakukan, kata Dewandono, meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan.
Beredar Isu Sinabung Akan Meletus Dahsyat
Sementara itu, beredar isu bahwa Gunung Sinabung akan meletus dahsyat yang berdampak sampai ratusan kilometer. Apalagi kemarin, abu vulkanik sudah menyebar sampai ke Medan dan Deliserdang. Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung pun langsung menepis informasi yang beredar tersebut.
“Tidak benar, sampai saat ini bahwa Gunung Sinabung itu bakal meletus eksplosif. Kami hanya mengeluarkan rekomendasi mengevakuasi warga di desa dalamradius5kilometerdari kawah dan 7 kilometer jalur bukaan awan panas (guguran). Ini untuk menghindarkan jatuhnya korban jiwa,” ujar petugas PPGA Sinabung, Arif kepada wartawan di kantornya, kemarin.
Dia meminta warga sekitar lingkar Gunung Sinabung tidak beraktivitas pada radius yang ditetapkan guna menghindari korban jiwa, seperti pada 2014 lalu, yang menelan 17 korban jiwa. Sebagaimana diketahui gunung api teraktif di Sumatera itu telah berstatus Awas (Level IV). Sesuai data dari PPGA Sinabung hingga pukul 18.00 WIB, kemarin, terjadi tiga kali luncuran awan panas guguran dengan jarak luncur 2-3 kilometer ke arah selatan-tenggara gunung. Sementara ketinggian kolom debu mencapai 300- 1000 meter bergerak ke timur seiring arah pergerakan angin.
Sementara para pengungsi berharapadaperhatianlebihdari Pemkab Karo, instansi terkait, dan para dermawan, mengingat minimnya fasilitas sarana prasarana di sejumlah lokasi pengungsian. Bahkan, pengungsi menilai fasilitas itu tidak memadai secara kemanusiaan.
“Di posko ini kami lebih dari seribu orang. Sementara MCK (mandi, cuci, dankakus) yangtersedia tidak lebih dari lima unit layak digunakan. Ini merupakan salah satu contoh kecil masalah yang harus kami hadapi. Belum lagi kondisi logistik (makanan) yangsangat terbatas,” kataDarna Surbakti, 48, yang ditemui di posko pengungsian di Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabanjahe.
Dia mewakili 10.714 pengungsi meminta pihak terkait dan donatur mau mengulurkan tangan serta sumbangsih bagi mereka tertimpa bencana erupsi Gunung Sinabung yang tak kunjung henti. “Sebenarnya, kami tidak ingin dibantu seperti sekarang ini. Lebih baik kami berupaya sendiri menafkahi kehidupan daripada bergantung pada orang lain.
Namun, nasib dan alam berkata lain, yang memaksa kami harus hidup di kamp pengungsian dengan bantuan minim pemerintah dan sumbangan para donatur. Kiranya Tuhan segera melimpahkan berkahnya agar kami tidak sesengsara ini,” ujarnya.
Dicky irawan/ m andi yusri/ riza pinem
(ars)