Industri Baja Bertahan

Rabu, 17 Juni 2015 - 11:03 WIB
Industri Baja Bertahan
Industri Baja Bertahan
A A A
SURABAYA - Industri baja di Tanah Air lesu. Pendapatan perusahaanperusahaan yang bergerak di industri ini turun hingga 20% dari tahun lalu. Situasi ini dipicu turunnya jumlah by safeweb"> pemesanan baja sebagai akibat perlambatan ekonomi dalam negeri.

Dari laporan by safeweb"> keuangan PT Betonjaya Manunggal Tbk diketahui, penjualan bersih perusahaan ini mengalami penurunan. Pada 2013 penjualan tercatat Rp113,5 miliar tapi turun menjadi Rp96 miliar pada 2014. Laba usaha juga turun dari Rp29,2 miliar pada 2013 menjadi Rp7,5 miliar pada 2014.

Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk Andy Susanto menjelaskan, naiknya kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah langsung memukul industri baja karena berimbas pada berkurangnya by safeweb"> pemesanan. Ditambah perusahaan juga kesulitan mendapatkan bahan mentah. “Kami kesulitan mendapatkan bahan baku yang sesuai karakteristik mesin. Di Indonesia belum ada dan kami sedang melihat peluang mengimpor dari luar negeri,” kata Andu Susanto seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Surabaya, kemarin.

Andy mengakui, bahan baku yang tersedia di Indonesia memang menyerupai bahan baku ideal sesuai karakteristik mesin. Namun, harga yang dipatok perusahaan penyedia sangat tinggi. Kondisi ini membuat perusahaannya tak berani membeli bahan baku itu. Salah satu solusi untuk tetap bertahan adalah impor. Namun dengan posisi dolar AS yang masih tinggi, rencana itu belum direalisasikan.

“Impor juga pikir-pikir karena selisih harganya bisa 50%,” ujar dia. Melihat kondisi ini, Andy mengaku tidak memiliki target pada 2015. Menurut dia, bisa bertahan dengan produksi dan pendapatan Rp96 miliar pada 2014 sudah sangat bagus. Pasarnya pun difokuskan ke perumahan- perumahan. “Kami yakin masih bisa bertahan,” kata dia.

Lesunya industri baja pun diakui Direktur PT Gunawan Dianjaya steel (DGS) Tbk, Hadi Sutjipto. Menurut dia, kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada perusahaan baja. “Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan ini, termasuk kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada industri baja lokal. Saat ini semua negara besar melindungi industri baja, tetapi di sini dibiarkan,” ungkap Hadi Sutjipto.

Hadi pun mengaku tak bisa memproyeksikan masa depan industri baja ke depan karena hingga saat ini kebijakan pemerintah tidak menentu. Situasi makin buruk karena rupiah juga tak beranjak naik terhadap dolar AS. “Kita tidak bisa memprediksi by safeweb"> peluang usaha industri baja,” ungkapnya.

Meski demikian, dia tetap berusaha mencari pasar baru di negara-negara tetangga. Salah satunya Meksiko dan Taiwan. Kedua negara ini memiliki potensi cukup dalam pengembangan baja. “Singapura dan Malaysia juga menjadi bidikan kami. Kami bisa memproduksi 12 juta ton per tahun,” ujar Hadi.

Arief ardliyanto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6072 seconds (0.1#10.140)