Ketika Senja Jatuh Cinta kepada Mentari

Minggu, 14 Juni 2015 - 09:57 WIB
Ketika Senja Jatuh Cinta...
Ketika Senja Jatuh Cinta kepada Mentari
A A A
Auditorium Institut Francais D’ Indonesie (IFI) Jalan Purnawarman, Kota Bandung tampak begitu gelap.

Tak lama, kegelapan itu sirna ketika paggung yang disorot oleh projector mapping bersinar menghiasi dalam pementasan SEMASADramatic Reading : Dawn of Sunset. Terinspirasi dari mendongeng, Teater Multimedia Merchant of Emotion (MOE), lakon itu bisa dibilang sukses.

Disutradarai Kennya Rinonce, Dawn of Sunsetberkisah tentang seorang bocah yang diberi nama Senja pada awal penciptaan dan perjalanannya menjadi seorang manusia. Cerita berdurasi 90 menit itudiperankan oleh para mahasiswa teater di Bandung. Kemasannya berbeda. Selama pertunjukan, audiens diatur secara melingkar mengikuti bentuk panggung yang memang sengaja dibikin bulat. Lalu empat kursi diletakkan di tengah untuk para pemeran.

Sehingga penonton dapat menyaksikan aktor dari setiap angel secara detail. Penggabungan antara aktor, video mapping, dan musik secara liveantara violin, pianis dan french horn merupakan hal yang baru dalam dunia teater. Penyesuaian story tellingdari cerita menambah esensi dalam panggung teater multimedia SEMASA ini. Senja, yang diperankan Mohammad Yusuf fahreza, adalah sosok manusia yang pertama kali lahir di dunia dengan rasa keingintahuan tinggi. Mentari yang diperankan Anindya Paramaarti memiliki sifat seperti matahari yang hangat dan ceria.

Muhammad Andhiko Utomo memunyai sifat membaca Sisi Lain dari Senja. Terakhir Rembulan merupakan sosok yang selalu mengganggu senja digelapnya malam diperankan oleh Naomi Arsyad. Dikisahkan, keingintahuan Senja membuat Mentari semakin senang karena telah menemukan teman barunya. Sosok Mentari adalah penjelmaan matahari yang menyerupai manusia. Dalam hatinya, Senja enggan menjadi dewasa, dia ingin terus bermain dengan Mentari. Detik demi detik mereka lalui bersama.

Suatu ketika hati Senja bingung dan memiliki perasaan yang tak biasa pada diri Mentari. Ya, dia jatuh cinta pada gadis yang ditemui pertama kalinya itu. Namun rasa itu tidak berlangsung lama sejak langit mulai meredup. Senja pun terkejut saat melihat Mentari yang kian memudar ditelan udara, seakan dia pergi tanpa pamit. Senja terus berlari dan mengejarnya. Malam yang mencekam, menambah suram hati senja yang tidak karuan.

Di dalam gelap dia bertemu dengan Rembulan. Sifat dengki, tamak menyelimuti diri Rembulan. Senja pun tak kuasa ocehan rembulan yang tak henti. Tiba tiba waktu berlalu dan semuanya menghilang. Mentari, Rembulan dan Sisi Lain dari Senja pun hilang seketika ditelan waktu. Perasaan Senja yang merasa aneh, senja pun merasa dewasa karena telah sadar dari kehidupann yang fana itu.

Menurut produser MOE Tri Adhi Pasha, persiapan Dramatic Reading dilakukan selama enam bulan. Pementasan ini merupakan pertunjukan kedua setelah Januari lalu dengan tema pertunjukan yang sama, namun kali ini dikemas berbeda.

“Dengan versi yang lebih ringan, kami ingin mengisi kekurangan pada pementasan Januari lalu. Melalui SEMASA, kami ingin memerkenalkan penonton pada luasnya alternatif penyampaian cerita yang menghibur, interaktif, dan dikemas sesuai dengan zamannya,” ucap Pasha.

Teguh Prayitno
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1025 seconds (0.1#10.140)