Nikmati Teh Tubruk dari Berbagai Daerah
A
A
A
Teh tubruk sudah tak diragukan lagi dari rasa maupun aromanya. Kenikmatannya pun bertambah ketika diracik oleh orang yang memang sudah mempunyai pengalaman.
Para penikmat teh mungkin bisa mencoba datang ke Kedai Teh di Kompleks Taman Kuliner Condongcatur, Depok, milik Argadi, 29, warga Ngaglik, Sleman, ini. Di tempat ini, teh tubruk dari berbagai daerah dapat dicicipi sedapnya. Seperti hasil dari kebun teh di Pekanbaru, Karanganyar, Tegal, Pekalongan, DIY.
“Pekanbaru ada teh Prenjak, kemudian teh Nutu dari Pekalongan,” kata Arga yang baru membuka kedainya pada Mei lalu ini. Sementara, sajian teh dari DIY yang paling istimewa yaitu teh putih dari Samigaluh, Kulonprogo. Teh tersebut diambil dari pucuk tangkai tanaman teh. “Teh putih ini masih jarang dan langka. Sejarahnya adalah teh terbaik. Diambil dari pucuk, putih, dan muda belum mekar.
Jadi proses oksidasinya sangat tipis, menghasilkan zat antioksidan setara dengan enam gelas jeruk,” katanya. Orang yang mempunyai penyakit asam lambung memang tak disarankan untuk menikmati teh putih ini. Yang airnya terlihat lebih bening dan efek kesedapannya sangat pelan terasa.
“Lebih baik bagi yang mempunyai penyakit asam lambung memilih jenis teh lain. Misal, teh pandawa yang juga dari Yogya. Teh ini hanya tersedia di Pasar Beringharjo saja, di tempat lain tidak ada,” tuturnya. Dari bermacam teh yang disajikannya ini, ia mengaku sengaja berburu ke warung kelontong di masing-masing daerah asalnya. Ketika kehabisan stok, ia pun harus kembali pergi ke warung langganannya itu.
“Kebetulan juga hobi traveling,jadi sambil pergi ke suatu daerah, beli teh khas yang dimilikinya. Biasanya di warung kelontong di daerah-daerah itu,” katanya. Dalam penyajian teh dari berbagai daerah pun masih ia bedakan, yaitu teh premium disebutnya mantan manten. Rasanya dari teh ini begitu sangat pahit. Kemudian, medium yang disebut lek yadi.
Yang diibaratkannya seorang pemuda bernama Yadi, memiliki jiwa tangguh dan sudah banyak pengalaman. Menikmati teh lek yadi ini, akan terasa pahit terlebih dahulu. Baru kemudian, berangsur terasa manisnya. Yang terakhir adalah soft disebutnya mbak winarsih. Teh mbak winarsih ini diibaratkannya seperti sesosok wanita Jawa yang halus, lembut, harum.
Rasanya pun yang paling tipis manisnya dan beraroma harum. “Yang namanya mantan manten ya pahitnya pol (sangat pahit),” katanya. Namun, jika pengunjung penasaran ingin mencoba meracik sendiri, dia pun memperbolehkannya. Bahkan, tak segan memberikan arahan. “Bisa meracik sendiri, maksimal tiga teh,” katanya. Harganya juga bervariasi, mulai Rp3.500–Rp15.000, tergantung jenis dan kelangkaan teh tersebut.
“Kalau tidak mau antre atau menunggu lama, ada juga teh cepak. Hanya butuh waktu tiga menit membuatnya. Ini teh yang sudah jadi, tinggal seduh saja,” ucapnya. Salah satu penikmatnya, Dimas Aria, warga asal Rejowinangun, Yogyakarta, mengaku, kedai teh seperti ini memang sangat menarik dan wajib didatangi. “Daripada teh celup, memang aroma khas dan rasanya lebih sedap,” katanya.
RIDHO HIDAYAT
Sleman
Para penikmat teh mungkin bisa mencoba datang ke Kedai Teh di Kompleks Taman Kuliner Condongcatur, Depok, milik Argadi, 29, warga Ngaglik, Sleman, ini. Di tempat ini, teh tubruk dari berbagai daerah dapat dicicipi sedapnya. Seperti hasil dari kebun teh di Pekanbaru, Karanganyar, Tegal, Pekalongan, DIY.
“Pekanbaru ada teh Prenjak, kemudian teh Nutu dari Pekalongan,” kata Arga yang baru membuka kedainya pada Mei lalu ini. Sementara, sajian teh dari DIY yang paling istimewa yaitu teh putih dari Samigaluh, Kulonprogo. Teh tersebut diambil dari pucuk tangkai tanaman teh. “Teh putih ini masih jarang dan langka. Sejarahnya adalah teh terbaik. Diambil dari pucuk, putih, dan muda belum mekar.
Jadi proses oksidasinya sangat tipis, menghasilkan zat antioksidan setara dengan enam gelas jeruk,” katanya. Orang yang mempunyai penyakit asam lambung memang tak disarankan untuk menikmati teh putih ini. Yang airnya terlihat lebih bening dan efek kesedapannya sangat pelan terasa.
“Lebih baik bagi yang mempunyai penyakit asam lambung memilih jenis teh lain. Misal, teh pandawa yang juga dari Yogya. Teh ini hanya tersedia di Pasar Beringharjo saja, di tempat lain tidak ada,” tuturnya. Dari bermacam teh yang disajikannya ini, ia mengaku sengaja berburu ke warung kelontong di masing-masing daerah asalnya. Ketika kehabisan stok, ia pun harus kembali pergi ke warung langganannya itu.
“Kebetulan juga hobi traveling,jadi sambil pergi ke suatu daerah, beli teh khas yang dimilikinya. Biasanya di warung kelontong di daerah-daerah itu,” katanya. Dalam penyajian teh dari berbagai daerah pun masih ia bedakan, yaitu teh premium disebutnya mantan manten. Rasanya dari teh ini begitu sangat pahit. Kemudian, medium yang disebut lek yadi.
Yang diibaratkannya seorang pemuda bernama Yadi, memiliki jiwa tangguh dan sudah banyak pengalaman. Menikmati teh lek yadi ini, akan terasa pahit terlebih dahulu. Baru kemudian, berangsur terasa manisnya. Yang terakhir adalah soft disebutnya mbak winarsih. Teh mbak winarsih ini diibaratkannya seperti sesosok wanita Jawa yang halus, lembut, harum.
Rasanya pun yang paling tipis manisnya dan beraroma harum. “Yang namanya mantan manten ya pahitnya pol (sangat pahit),” katanya. Namun, jika pengunjung penasaran ingin mencoba meracik sendiri, dia pun memperbolehkannya. Bahkan, tak segan memberikan arahan. “Bisa meracik sendiri, maksimal tiga teh,” katanya. Harganya juga bervariasi, mulai Rp3.500–Rp15.000, tergantung jenis dan kelangkaan teh tersebut.
“Kalau tidak mau antre atau menunggu lama, ada juga teh cepak. Hanya butuh waktu tiga menit membuatnya. Ini teh yang sudah jadi, tinggal seduh saja,” ucapnya. Salah satu penikmatnya, Dimas Aria, warga asal Rejowinangun, Yogyakarta, mengaku, kedai teh seperti ini memang sangat menarik dan wajib didatangi. “Daripada teh celup, memang aroma khas dan rasanya lebih sedap,” katanya.
RIDHO HIDAYAT
Sleman
(bbg)