Pertama Berlomba, Pensiunan PNS Juara I
A
A
A
YOGYAKARTA - Ign Suparjoko berhasil menjuarai lomba desain motif batik khas Yogyakarta yang digelar dalam rangka HUT ke-68 Pemkot Yogyakarta.
Karya pensiunan PNS berjudul Ceplok Segoro Amarto ini meraih nilai tertinggi, yakni 1.820. Suparjoko yang tinggal di Jalan Jogokaryan 33, Yogyakarta, itu mengaku sengaja memilih judul Ceplok Segoro Amarto karena gerakan itu tengah digalakkan pemerintah. Namun, dia mengaku tidak mendapat inspirasi khusus untuk karyanya itu.
“Inspirasinya hanya sebatas kisi-kisi yang dibuat panitia. Saya coba terjemahkan dan buat Ceplok Segoro Amarto. Unsur- unsur yang ada di dalamnya logo segoro amarto, lar, parang, dan kawung,” ucap Suparjoko seusai menerima hadiah di Kompleks Balai Kota Yogyakarta kemarin.
Suparjoko mengaku hanya membutuhkan waktu dua pekan untuk mempersiapkan karya pertama yang diikutkan dalam lomba ini. Karya dibuat sekaligus untuk mengisi waktu luang. Kebetulan di daerahnya terdapat paguyuban membatik yang diikuti para lansia. “Anggota paguyubannya baru 12 orang dan di sana ada instruktur membatik. Saya memanfaatkan itu. Ini karya pertama yang ikut lomba. Kalau untuk pameran, pernah ikut sekali di Gereja Pugeran,” katanya.
Dia berharap masyarakat bisa mengaplikasikan karyanya dalam bentuk pakaian. Dia juga tidak keberatan hak paten atas karyanya dimiliki Dekranasda Kota Yogyakarta. ”Saya tidak keberatan, termasuk kalau dipakai seragam tidak apa-apa, silakan saja,” ucapnya.
Sementara itu, juara kedua lomba direbut I Made Murjaya dengan karya berjudul Batik Lereng Mardiko dan juara ketiga direbut Anton Mashuri dengan judul karya Ceplok Segoro Amarto. Agus Tri Cahyono meraih juara harapan I dengan judul karya Semen Segoro Amarto.
Harapan II dibawa pulang Adina Puspawati dengan judul karya Jogjaku Istimewa (Ceplok Jogja Istimewa)”, dan harapan ketiga G Didik Winarno berjudul Batik Semen Sabdo Kinasih. Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun mengatakan, karya terbaik akan diusulkan menjadi salah satu seragam Pemkot Yogyakarta.
Mekanisme pemilihannya diserahkan kepada wali kota. ”Kami usulkan, nanti Pak Wali yang memilih bisa juara satu atau tiga karya terbaik dimix( campur),” ucapnya.
Sodik
Karya pensiunan PNS berjudul Ceplok Segoro Amarto ini meraih nilai tertinggi, yakni 1.820. Suparjoko yang tinggal di Jalan Jogokaryan 33, Yogyakarta, itu mengaku sengaja memilih judul Ceplok Segoro Amarto karena gerakan itu tengah digalakkan pemerintah. Namun, dia mengaku tidak mendapat inspirasi khusus untuk karyanya itu.
“Inspirasinya hanya sebatas kisi-kisi yang dibuat panitia. Saya coba terjemahkan dan buat Ceplok Segoro Amarto. Unsur- unsur yang ada di dalamnya logo segoro amarto, lar, parang, dan kawung,” ucap Suparjoko seusai menerima hadiah di Kompleks Balai Kota Yogyakarta kemarin.
Suparjoko mengaku hanya membutuhkan waktu dua pekan untuk mempersiapkan karya pertama yang diikutkan dalam lomba ini. Karya dibuat sekaligus untuk mengisi waktu luang. Kebetulan di daerahnya terdapat paguyuban membatik yang diikuti para lansia. “Anggota paguyubannya baru 12 orang dan di sana ada instruktur membatik. Saya memanfaatkan itu. Ini karya pertama yang ikut lomba. Kalau untuk pameran, pernah ikut sekali di Gereja Pugeran,” katanya.
Dia berharap masyarakat bisa mengaplikasikan karyanya dalam bentuk pakaian. Dia juga tidak keberatan hak paten atas karyanya dimiliki Dekranasda Kota Yogyakarta. ”Saya tidak keberatan, termasuk kalau dipakai seragam tidak apa-apa, silakan saja,” ucapnya.
Sementara itu, juara kedua lomba direbut I Made Murjaya dengan karya berjudul Batik Lereng Mardiko dan juara ketiga direbut Anton Mashuri dengan judul karya Ceplok Segoro Amarto. Agus Tri Cahyono meraih juara harapan I dengan judul karya Semen Segoro Amarto.
Harapan II dibawa pulang Adina Puspawati dengan judul karya Jogjaku Istimewa (Ceplok Jogja Istimewa)”, dan harapan ketiga G Didik Winarno berjudul Batik Semen Sabdo Kinasih. Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun mengatakan, karya terbaik akan diusulkan menjadi salah satu seragam Pemkot Yogyakarta.
Mekanisme pemilihannya diserahkan kepada wali kota. ”Kami usulkan, nanti Pak Wali yang memilih bisa juara satu atau tiga karya terbaik dimix( campur),” ucapnya.
Sodik
(ftr)