Ajarkan Siswa-siswi Wirausaha sejak Dini
A
A
A
Mengenalkan dan mengajarkan berwirausaha sejak dini. Ini yang terlihat di Sekolah Dasar (SD) MIMI di Jalan HR Muhammad Surabaya.
Melalui ekstrakurikuler (ekskul) kelas memasak alias cooking class, siswa diajarkan cara memasak, memasarkan, dan mengelola keuangan hasil penjualan. Cooking classada di semua tingkatan di lembaga pendidikan MIMI, mulai taman kanak-kanak, SD, SMP, hingga SMA. Kepala SD MIMI Nungki Agus Purwantiningsih mengatakan, cookingclassada sejak beberapa tahun lalu di semua tingkatan pendidikan di sekolah MIMI.
”Cooking class menjadi ekskul. Sejauh ini siswa yang mengikuti cooking classsering mengikuti lomba antarsiswa di internal sekolahan,” kata Nungki kemarin. Untuk jenis masakan, kata Nungki, disesuaikan jenjang pendidikan. ”Untuk taman kanak-kanak sebatas menghias bakpao, membentuk cookisdan kue sederhana lain.
Untuk SD ada cara membuat sandwich, pisang cokelat, pisang keju, masak jamur dengan mayones dan lainnya,” imbuhnya. Sedangkan, bagi siswa SMP dan SMA adalah memasak menu kuliner khas Indonesia maupun Western. Diar Anggi Simulandhani, guru spesialis kuliner, menambahkan, ekskul memasak dilaksanakan setiap Selasa. ”Cooking classadalah ekskul dengan paling banyak siswa sebagai peserta,” kata Miss Anggi, sapaannya.
Alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menandaskan, cooking class lebih dari sekadar memasak. ”Cooking classjuga mengharuskan siswa menghasilkan produk masakan yang belum ada di pasaran dan bisa dijual di pasaran. Jadi cooking classbisa menjadi sarana menanamkan jiwa entrepreneur,” papar Anggi. Ini yang membuat siswa berlomba meyakinkan sesama siswa dan guru untuk merasakan hasil masakannya.
Bahkan, pada momen tertentu, seperti Imlek maupun Valentine Day, siswa juga menjual produk makanan buatannya. ”Jadi tujuannya mengembangkan bakat siswa dalam bidang kuliner supaya siswa mampu buat dan hasilkan produk yang belum ada di pasar dan menjualnya.
Kelak mereka tidak hanya kerja di kantor, tetapi bisa membuka bisnis kuliner,” pungkas Anggi. Untuk beberapa kali kesempatan, orang tua dan wali murid bisa mendampingi siswa memasak. Cuma tidak di sekolah, tetapi ketika ada showshowdi Tunjungan Plaza atau Grand City Mall. Ellizabeth Salim, siswi kelas V SD MIMI, mengaku senang sudah bisa memasak.
”Usai memasak di sekolah, saya cerita ke orang tua di rumah, bahkan praktik di rumah,” aku Ellizabeth. Penuturan senada dilontarkan Celline Vanessa, juga siswi kelas V SD MIMI. ”Saya pernah membuat banana nugget, italian pastadan lainnya,” senangnya.
Soeprayitno
Melalui ekstrakurikuler (ekskul) kelas memasak alias cooking class, siswa diajarkan cara memasak, memasarkan, dan mengelola keuangan hasil penjualan. Cooking classada di semua tingkatan di lembaga pendidikan MIMI, mulai taman kanak-kanak, SD, SMP, hingga SMA. Kepala SD MIMI Nungki Agus Purwantiningsih mengatakan, cookingclassada sejak beberapa tahun lalu di semua tingkatan pendidikan di sekolah MIMI.
”Cooking class menjadi ekskul. Sejauh ini siswa yang mengikuti cooking classsering mengikuti lomba antarsiswa di internal sekolahan,” kata Nungki kemarin. Untuk jenis masakan, kata Nungki, disesuaikan jenjang pendidikan. ”Untuk taman kanak-kanak sebatas menghias bakpao, membentuk cookisdan kue sederhana lain.
Untuk SD ada cara membuat sandwich, pisang cokelat, pisang keju, masak jamur dengan mayones dan lainnya,” imbuhnya. Sedangkan, bagi siswa SMP dan SMA adalah memasak menu kuliner khas Indonesia maupun Western. Diar Anggi Simulandhani, guru spesialis kuliner, menambahkan, ekskul memasak dilaksanakan setiap Selasa. ”Cooking classadalah ekskul dengan paling banyak siswa sebagai peserta,” kata Miss Anggi, sapaannya.
Alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menandaskan, cooking class lebih dari sekadar memasak. ”Cooking classjuga mengharuskan siswa menghasilkan produk masakan yang belum ada di pasaran dan bisa dijual di pasaran. Jadi cooking classbisa menjadi sarana menanamkan jiwa entrepreneur,” papar Anggi. Ini yang membuat siswa berlomba meyakinkan sesama siswa dan guru untuk merasakan hasil masakannya.
Bahkan, pada momen tertentu, seperti Imlek maupun Valentine Day, siswa juga menjual produk makanan buatannya. ”Jadi tujuannya mengembangkan bakat siswa dalam bidang kuliner supaya siswa mampu buat dan hasilkan produk yang belum ada di pasar dan menjualnya.
Kelak mereka tidak hanya kerja di kantor, tetapi bisa membuka bisnis kuliner,” pungkas Anggi. Untuk beberapa kali kesempatan, orang tua dan wali murid bisa mendampingi siswa memasak. Cuma tidak di sekolah, tetapi ketika ada showshowdi Tunjungan Plaza atau Grand City Mall. Ellizabeth Salim, siswi kelas V SD MIMI, mengaku senang sudah bisa memasak.
”Usai memasak di sekolah, saya cerita ke orang tua di rumah, bahkan praktik di rumah,” aku Ellizabeth. Penuturan senada dilontarkan Celline Vanessa, juga siswi kelas V SD MIMI. ”Saya pernah membuat banana nugget, italian pastadan lainnya,” senangnya.
Soeprayitno
(ftr)