Sumsel Ingin Jual Budaya

Kamis, 04 Juni 2015 - 08:25 WIB
Sumsel Ingin Jual Budaya
Sumsel Ingin Jual Budaya
A A A
JAKARTA - Tren industri dewasa ini mulai bergeser, ada siklus tujuh abad yang terus memperbaharui perkembangan industri.

Dewasa ini para pebisnis mulai melihat pergerakan itu mengarah pada cultural industry, atau industri kebudayaan. Kondisi tersebut tak hanya disadari oleh para pebisnis, “CEO” daerah pun paham betul ke mana “angin” bisnis.

Oleh karenanya, Gubernur Sum sel Alex Noerdin ingin memanfaatkannya sebagai potensi untuk mengembangkan wilayah kerjanya. Ia sadar dengan kekurangan Sumsel, namun lebih peka lagi terhadap kekayaan kebudayaan di daerah itu. Nah, unsur itulah yang ingin ditunjukkan melalui Festival Sriwijaya ke 23 pada 11 - 14 Juni di Palembang nanti. Se - kaligus sebagai mesin utama cultural industryyang menjadi usaha bersama masyarakat Sumsel.

“Daerah kalau tidak dengan usaha yang luar biasa, sulit bersaing di tingkat nasional bahkan interna - sio nal,” ujar Alex Noerdin dalam pembukaan Festival Sriwijaya ke- 23 di Balairung Kementerian Pariwisata, kemarin. Alex juga menuturkan bahwa pihaknya tak sekadar mengagung-agungkan kejayaan masa lalu. Wisata budaya berformat fes tival ini diyakini mampu membang kitkan ingatan masyarakat dunia soal kerajaan Sriwijaya.

Mus tahil jika wisatawan mancane gara yang menggandrungi sejarah, melupakan kerajaan yang wilayahnya membentang dari Fi - lipina ke Madagascar dan melebihi luas wilayah Indonesia ini. “Nenek moyang yang sudah tidak ada itu sedih kalau liat ahli waris nya tidak membawa kebesaran Sriwijaya. Kami sedang mencoba mengembalikan kejayaan Sriwijaya,” ujar Alex. Infrastruktur telah disiapkan untuk menyambut festival bertaraf internasional ini. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II telah diperbesar untuk Festival Sriwija - ya ke-23.

Bahkan, perhelatan yang akan digelar di Taman Pur ba kala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), Karang Anyar, Palembang sudah dipromosikan ke media luas. Sepakat dengan Alex, Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengamini kegiatan kultural industri itu agar sukses merebut peminat budaya di mancanegara. Pasalnya, ia sendiri menyadari bahwa tren bisnis masyarakat dunia berkembang ke arah industri kreatif. Nah, industri berbasis kebudayaan seperti festival Sriwijaya ada lah salah satu dari sekian banyak industri kreatif di Indonesia.

Selain itu, ia juga memuji pema paran dari Alex Noerdin soal kesiapan penyelenggaraan Asia Games atau Sea Games pada 2018 di Jakabaring sport city, Palembang, nanti. “Saya yakin pak Alex sangat komit, terutama untuk sport tourism,” ujar Arief Yahya. Selain pujian bagi Alex, Arief ju ga memberi kritik terkait promosi Festival Sriwijaya ke 23. Ia menganalogikan pagelaran moto GP yang hanya bermodal sekitar Rp100 miliar namun menuai untuk Rp3 triliun.

Hal ini bisa dijadikan pelajaran bagi Pemprov Sumsel dalam penyelenggaraan Festival Sriwijaya. Hasilnya, penyelenggara acara tidak hanya menuai hasil dari tiket, namun promotor juga rela merogoh kocek dan menambah devisa negara. Iklan para promo - tor menjadi komponen penting yang sering diabaikan penyeleng gara. Padahal, dari sistem iklan ini, pemasukan justru datang lebih besar dari tiket maupun subsriber atau pelanggan.

“Di Festival Sriwijaya akan saya buat besarbesaran, nanti Pak Alex boleh jual ke sponsor 11 - 14 Juni,” ujar Arief. Alex Noerdin juga diingatkan agar tidak menafikan peran media dalam penambahan nilai acara semacam Festival ini. Kritik itu kemudian dilihat oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Irene Cameline Sinaga sebagai sebuah kesempatan. Promosi Festival sudah dijalankan sebagaimana mestinya, yakni dengan menyasar kelompok-kelompok tertentu. Ada peluang direct flight atau penerbangan yang memudahkan kunju - ngan bisa dilakukan dengan mudah wisatawan mancanegara.

Ditambah dari segi sejarah, ada China dan India yang melekat erat dengan budaya sriwijaya. Wisatawan di negra-negara itu diyakini bisa meramaikan Festi - val musiman ini. “Optimis diteri - ma wisman, peluangnya direct flight, dari Singapura dan Malaysia, tapi untuk sejarah dari China dan India,” ujar Irene. Selain itu, ada komunitas-komunitas kecil pecinta budaya dari Eropa yang dijadikan sasaran Fes - ti val Sriwijaya. Mereka di yakini akan menghadiri pagelar an ini, pasalnya ada hal-hal di ma sa lalu yang menarik minat mereka. Sebut saja julukan Venesia dari Timur yang disematkan Belanda pada Sumsel.

Mereka diyakini akan terpancing dengan kekayaan budaya yang ditawarkan di Festival Sriwijaya. “Pertama kita tahu masyarakat Eropa memiliki kecintaan terhadap sejarah, mereka memiliki komunitas sendiri yang mencari sejarah, apalagi yang menamakan venesia dari timur itu adalah Belanda,” pungkas Irene. lrel
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1086 seconds (0.1#10.140)