Teknik Smok Jadi Andalan Baru
A
A
A
SLEMAN - Perajin batik di Sleman berhasil mengembangkan pembuatan batik dengan teknik baru, yaitu smok. Teknik ini menambah keragaman pembuatan batik selain jumputan dan tritik.
Berbeda dengan dua teknik sebelumnya, teknik smok lebih menekankan jahit cubit untuk mendapatkan gradasi warna yang cantik. Teknis smok ini merupakan teknik batik nasional yang baru dikenalkan di Sleman dan Kebumen. “Keunggulan teknik smok ini lebih pada permainan warna,” ungkap pelatih batik smok dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sleman Djijono, 65, di sela-sela memberikan pelatihan akhir pekan lalu.
Djijono mengungkapkan teknik smok tidak dijelujur seperti tritik, tapi dijahit cubit. Kain diambil beberapa sisi seperti dicubit hingga ada kerutan lalu dijahit. Nanti hasilnya ada gradasi warnanya. Untuk membuat batik teknik smok, langkah pertama dengan membuat pola titik-titik yang akan dismok. Kemudian di-smok dengan benang jahit. Setelah itu dikombinasikan dengan dijumput atau di-tritik. “Kain untuk pembuatan batik smok, yakni jenis primiima,” paparnya.
Djiyono menjelaskan, kain yang telah di-smok diisi dengan manik-manik lalu diikat. Setelah itu memasuki tahap pewarnaan dengan teknis pencelupan selama lima menit. Kain yang sudah dicelup selanjutnya dijemur dan setiap sepuluh menit sekali dibalik-balik sampai memunculkan warna yang diinginkan. Selanjutnya, kain dicelup dan dijemur lagi.
“Agar warna tidak luntur, selain direndam menggunakan air panas. Setelah kain dimasukkan dalam larutan akisir, kemudian dikeringkan dan terakhir jahitannya dibuka,” katanya. Peserta pelatihan, warga Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sunartinah, 63, menambahkan, batik smok lebih sulit daripada batik ikat.
Priyo setyawan
Berbeda dengan dua teknik sebelumnya, teknik smok lebih menekankan jahit cubit untuk mendapatkan gradasi warna yang cantik. Teknis smok ini merupakan teknik batik nasional yang baru dikenalkan di Sleman dan Kebumen. “Keunggulan teknik smok ini lebih pada permainan warna,” ungkap pelatih batik smok dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sleman Djijono, 65, di sela-sela memberikan pelatihan akhir pekan lalu.
Djijono mengungkapkan teknik smok tidak dijelujur seperti tritik, tapi dijahit cubit. Kain diambil beberapa sisi seperti dicubit hingga ada kerutan lalu dijahit. Nanti hasilnya ada gradasi warnanya. Untuk membuat batik teknik smok, langkah pertama dengan membuat pola titik-titik yang akan dismok. Kemudian di-smok dengan benang jahit. Setelah itu dikombinasikan dengan dijumput atau di-tritik. “Kain untuk pembuatan batik smok, yakni jenis primiima,” paparnya.
Djiyono menjelaskan, kain yang telah di-smok diisi dengan manik-manik lalu diikat. Setelah itu memasuki tahap pewarnaan dengan teknis pencelupan selama lima menit. Kain yang sudah dicelup selanjutnya dijemur dan setiap sepuluh menit sekali dibalik-balik sampai memunculkan warna yang diinginkan. Selanjutnya, kain dicelup dan dijemur lagi.
“Agar warna tidak luntur, selain direndam menggunakan air panas. Setelah kain dimasukkan dalam larutan akisir, kemudian dikeringkan dan terakhir jahitannya dibuka,” katanya. Peserta pelatihan, warga Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sunartinah, 63, menambahkan, batik smok lebih sulit daripada batik ikat.
Priyo setyawan
(ftr)