Siswi Yatim Piatu Ditelantarkan Orangtua Angkat Pengusaha Asal Belanda
A
A
A
SUBANG - Nasib malang menimpa Siti Rosyida (15) yatim piatu asal Nagreg, Kabupaten Bandung, yang kini menjadi siswi SMK di Pesantren Darul Falah, Desa Cimanggu, Kecamatan Cisalak, Subang.
Gadis yang ditinggalkan mati kedua orangtuanya sejak kecil itu, ditelantarkan orangtua angkatnya, Jong, dokter berkebangsaan Belanda, yang berprofesi sebagai pengusaha.
Jong sebelumnya pernah berjanji akan membiayai sekolahnya, hingga cita-citanya menjadi dokter tercapai.
"Pertengahan 2013 lalu, dokter Jong mengunjungi pesantren tempat saya belajar. Dia lalu dikenalkan guru ke saya. Dia sempat menanyakan cita-cita saya yang memang ingin jadi dokter," tutur Siti, Minggu (31/5/2015).
Saat itu, disaksikan guru dan pimpinan pesantren, dr Jong mengutarakan niatnya untuk mengangkat Siti sebagai anak asuh, dan bersedia membiayai sekolahnya hingga mencapai cita-cita jadi seorang dokter. Sejak itu, semua kebutuhan sekolah Siti di pesantren tersebut dipenuhi setiap bulannya.
Namun, kondisi itu tidak berlangsung lama. Selang 1,5 tahun kemudian, menjelang akhir 2014, Jong tiba-tiba berhenti membiayainya tanpa pemberitahuan maupun penjelasan apapun.
Hingga kini, Siti mengaku tidak tahu pasti alasan ayah angkatnya itu menghentikan pembiayaan sekolahnya.
"Saya sempat kaget, nangis, pas diberitahu kalau Pak Jong sudah gak biayain saya lagi. Saya gak tahu alasannya, karena sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. Saya jadi bingung nerusin sekolah," timpalnya.
Salah seorang guru di pesantren tempat Siti belajar, Dedi, menyebut, Jong merupakan dokter berkebangsaan Belanda sekaligus pengusaha asal Singapura.
Beberapa tahun terakhir, Jong diketahui menikah dengan warga Kabupaten Subang dan tinggal di Desa Gunungsembung, Kecamatan Pagaden.
Saat mengunjungi pesantren, Jong menyatakan komitmennya untuk menjadi orangtua angkat Siti Rosyida, salah seorang dari sekian banyak siswa yatim piatu yang menghuni kompleks pesantren tersebut.
"Ketika itu, Dokter Jong berjanji akan membiayai sekolah siswa kami hingga tuntas, bahkan sanggup sampai siswa itu meraih cita-citanya menjadi dokter. Namun akhir 2014, tiba-tiba dia mendadak berhenti membiayainya," papar Dedi.
Pihaknya sempat menyesalkan pemutusan pembiayaan yang dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya itu.
Karena, hal itu menyebabkan siswi tersebut shock. Sampai sekarang, pihaknya mengaku belum berhasil menghubungi Jong, karena yang bersangkutan sudah tidak lagi menetap di Pagaden.
"Gimana gak shock, dulu waktu datang ke pesantren, Jong bener-bener meyakinkan janjinya untuk membiayai dia sampai tuntas, dan berjanji tidak akan menelantarkannya. Tapi begitu kenyataannya seperti ini, siswa kami jadi terpukul," jelasnya.
Siti sendiri, imbuh Dedi, sebelumnya pernah tinggal bersama kakak tirinya selama sekolah SD di Kawasan Nagreg Kabupaten Bandung.
Belakangan, pihak pesantren yang mendengar kondisi kehidupan Siti dari masyarakat, lalu menjemputnya untuk tinggal dan melanjutkan sekolah di kompleks pesantren itu hingga sekarang.
Gadis yang ditinggalkan mati kedua orangtuanya sejak kecil itu, ditelantarkan orangtua angkatnya, Jong, dokter berkebangsaan Belanda, yang berprofesi sebagai pengusaha.
Jong sebelumnya pernah berjanji akan membiayai sekolahnya, hingga cita-citanya menjadi dokter tercapai.
"Pertengahan 2013 lalu, dokter Jong mengunjungi pesantren tempat saya belajar. Dia lalu dikenalkan guru ke saya. Dia sempat menanyakan cita-cita saya yang memang ingin jadi dokter," tutur Siti, Minggu (31/5/2015).
Saat itu, disaksikan guru dan pimpinan pesantren, dr Jong mengutarakan niatnya untuk mengangkat Siti sebagai anak asuh, dan bersedia membiayai sekolahnya hingga mencapai cita-cita jadi seorang dokter. Sejak itu, semua kebutuhan sekolah Siti di pesantren tersebut dipenuhi setiap bulannya.
Namun, kondisi itu tidak berlangsung lama. Selang 1,5 tahun kemudian, menjelang akhir 2014, Jong tiba-tiba berhenti membiayainya tanpa pemberitahuan maupun penjelasan apapun.
Hingga kini, Siti mengaku tidak tahu pasti alasan ayah angkatnya itu menghentikan pembiayaan sekolahnya.
"Saya sempat kaget, nangis, pas diberitahu kalau Pak Jong sudah gak biayain saya lagi. Saya gak tahu alasannya, karena sampai sekarang belum pernah ketemu lagi. Saya jadi bingung nerusin sekolah," timpalnya.
Salah seorang guru di pesantren tempat Siti belajar, Dedi, menyebut, Jong merupakan dokter berkebangsaan Belanda sekaligus pengusaha asal Singapura.
Beberapa tahun terakhir, Jong diketahui menikah dengan warga Kabupaten Subang dan tinggal di Desa Gunungsembung, Kecamatan Pagaden.
Saat mengunjungi pesantren, Jong menyatakan komitmennya untuk menjadi orangtua angkat Siti Rosyida, salah seorang dari sekian banyak siswa yatim piatu yang menghuni kompleks pesantren tersebut.
"Ketika itu, Dokter Jong berjanji akan membiayai sekolah siswa kami hingga tuntas, bahkan sanggup sampai siswa itu meraih cita-citanya menjadi dokter. Namun akhir 2014, tiba-tiba dia mendadak berhenti membiayainya," papar Dedi.
Pihaknya sempat menyesalkan pemutusan pembiayaan yang dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya itu.
Karena, hal itu menyebabkan siswi tersebut shock. Sampai sekarang, pihaknya mengaku belum berhasil menghubungi Jong, karena yang bersangkutan sudah tidak lagi menetap di Pagaden.
"Gimana gak shock, dulu waktu datang ke pesantren, Jong bener-bener meyakinkan janjinya untuk membiayai dia sampai tuntas, dan berjanji tidak akan menelantarkannya. Tapi begitu kenyataannya seperti ini, siswa kami jadi terpukul," jelasnya.
Siti sendiri, imbuh Dedi, sebelumnya pernah tinggal bersama kakak tirinya selama sekolah SD di Kawasan Nagreg Kabupaten Bandung.
Belakangan, pihak pesantren yang mendengar kondisi kehidupan Siti dari masyarakat, lalu menjemputnya untuk tinggal dan melanjutkan sekolah di kompleks pesantren itu hingga sekarang.
(sms)