Pabrik Baru Semen Baturaja di TAA
A
A
A
PALEMBANG - PT Semen Baturaja Tbk bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Pertambangan dan Energi (PD PDE) membangun pembangkit listrik 125 MW di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api Api (TAA).
Hal itu seiring rencana Semen Baturaja meningkatkan kapa sitas produksi dengan mem bangun pabrik baru. Jalinan kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Direktur Utama (Dirut) PT Semen Baturaja Pamudji Raharjo dengan Dirut PD PDE Yaniarsyah Hasan di ruang rapat Gubernur Sumsel, kemarin.
Direncanakan, dengan pening-katan kapasitas produksi Semen Baturaja dan pengembangan pabrik, akan dibangun pembang kit dan instalasi tenaga listrik 125 MW dengan nilai investasi mencapai USD200 juta. Dirut PD PDE Yaniarsyah Hasan mengatakan, pembangunan instalasi listrik tersebut untuk memenuhi kebutuhan pabrik Semen Baturaja. “Listrik tersebut ditujukan untuk pa sokan kebutuhan energi listrik bagi pabrik semen dan diren canakan kebutuhan sisanya akan kita suplai ke kawasan sekitar, serta dijual kepada PLN,” ujarnya, ke marin.
Dia mengatakan, hal itu sebagai salah satu poin kerja sama antara BUMD dengan BUMN yang ada di daerah. Karena bukan hanya dengan Semen Baturaja, PD PDE selanjutnya akan bekerja sama juga dengan sejumlah BUMN lain yang ada di Sumsel. Dia menjelaskan, dalam tahapannya dilakukan seperti biasa dalam bisnis normal. Nantinya segera dilakukan head of agreement dan penanda tanganan perjanjian jual beli tenaga listrik tersebut.
Dijelaskan dia, proses itu dilakukan enam bulan atau sembilan bulan ke depan setelah dilakukan Detail Engineering Design (DED) untuk pembangkit listrik. “Proses DED sekitar sembilan bulan dan dimungkinkan de ngan dana yang besar itu maka akan melobi pihak asing. Sebab bank dalam negeri sepertinya belum bisa mencukupi,” cetusnya.
Dia menambahkan, dari 125 mw tenaga listrik yang akan dihasilkan pembangkit, penya luran listrik sebesar 75 MW dialokasikan untuk memenuhi ke butuhan Semen Baturaja. Ren cana penyelesaian pembangkit listrik itu ditargetkan pada triwulan III tahun 2018. “Kita ingin dapat segera dilaksanakan, agar tahun 2018 nanti sudah selesai. Kita pun akan bekerja sama dengan pihak luar negeri atau konsorsium inter nasional karena dana yang dibutuhkan relatif besar,” tandasnya.
Selain membangun pembangkit listrik yang membutuhkan waktu penyelesaian tiga tahun itu, perusahaan milik Pemprov Sumsel dan Semen Baturaja juga memanfaatkan Tanjung Api Api (TAA) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus untuk dibangun pelabuhan.
“Namanya Terminal Semen, jadi bahan baku dari Baturaja dikirim ke sana untuk diolah dan dikemas atau penganto ngan. Selain memanfaatkan TAA sebagai KEK, terminal dengan jalur laut itu dianggap memudahkan distribusi bagi Semen Baturaja,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirut PT Semen Baturaja Tbk, Pamudji Rahardjo dalam kesempatan itu mengatakan, MoU dengan PD PDE erat kaitannya dengan rencana pengembangan produksi dan pemasaran. Semen Baturaja memang menargetkan pro duksi jangka menengah hingga dua kali lipat.
“Kapasitas sekarang di Sumsel baru sekitar 2 juta ton, nantinya bisa sampai 3,85 juta ton semen per tahun. Maka butuh infrastruktur seperti listrik, karena saat ini baru 30 MW, nantinya dengan pabrik baru akan membu tuhkan energi hingga 70 MW,” cetusnya.
Dia mengatakan, dengan pab rik baru dan kapasitas produksi yang meningkat itu, Semen Baturaja membutuhkan pengembangan distribusi yang lebih luas dan juga penambahan fasilitas penunjang. Bila selama ini hanya mengandalkan jalur darat, Semen Baturaja berharap bisa merambah ke pasar Asia lewat laut. “Kapasitas 2 juta ton semen per tahun itu mencakup distribusi darat. Padahal selain Sumsel dengan 1,8 juta ton, kita juga merambah pasar Lampung 1,7 juta ton dan Jambi 1 juta ton sehingga lebih dari 4,5 juta ton.
Bayangkan kalau distribusi bisa lewat laut, pasti pasar Semen Baturaja bisa lebih luas,” tukasnya. Dia menambahkan, kebutuhan pabrik Semen Baturaja saat ini mencapai 30 mw. Dengan penambahan pabrik baru kebutuhan meningkat mencapai 70 mw. Bahkan pihaknya telah memikirkan soal pasokan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit, sehingga akan dila ku kan kerja sama ke depannya. Sejauh ini dibutuhkan 200.000 ton per tahun, nantinya bakal dibutuhkan sekitar 450.000 ton.
“Ini juga untuk memperkuat jaringan kita ke luar, sehingga memang dibutuhkan pe labuhan. Untuk itulah, dimanfaatkan fasilitas di KEK TAA nantinya. Terminal Semen di sana nanti juga akan dikembangkan produk-produk turunan semen, sehingga masuk dalam bahasan kerja sama dengan PDPDE,” imbuhnya.
Dia mengaku, saat ini pihaknya menggunakan angkutan darat dengan kapasitas 2 juta ton. “Makanya ke depan kita harus bisa penuhi daerah lain seperti Jawa dan Kalimantan, kemudian ekspor ke negara lain. Sejauh ini, kita masih fokus di Sumbagsel tepatnya empat daerah tadi,” kata dia.
Rencana pengembangan ke depan yakni pembangu n an pab rik Semen Baturaja II dan III. Selain itu, direncanakan pengembangan di beberapa tempat lain seperti Jambi, Sarolangun, dan Muara Dua. “Tapi kita lihat dulu sisi peluang pasar yang paling baik perkem ba ngannya di mana,” pungkasnya.
Retno palupi
Hal itu seiring rencana Semen Baturaja meningkatkan kapa sitas produksi dengan mem bangun pabrik baru. Jalinan kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Direktur Utama (Dirut) PT Semen Baturaja Pamudji Raharjo dengan Dirut PD PDE Yaniarsyah Hasan di ruang rapat Gubernur Sumsel, kemarin.
Direncanakan, dengan pening-katan kapasitas produksi Semen Baturaja dan pengembangan pabrik, akan dibangun pembang kit dan instalasi tenaga listrik 125 MW dengan nilai investasi mencapai USD200 juta. Dirut PD PDE Yaniarsyah Hasan mengatakan, pembangunan instalasi listrik tersebut untuk memenuhi kebutuhan pabrik Semen Baturaja. “Listrik tersebut ditujukan untuk pa sokan kebutuhan energi listrik bagi pabrik semen dan diren canakan kebutuhan sisanya akan kita suplai ke kawasan sekitar, serta dijual kepada PLN,” ujarnya, ke marin.
Dia mengatakan, hal itu sebagai salah satu poin kerja sama antara BUMD dengan BUMN yang ada di daerah. Karena bukan hanya dengan Semen Baturaja, PD PDE selanjutnya akan bekerja sama juga dengan sejumlah BUMN lain yang ada di Sumsel. Dia menjelaskan, dalam tahapannya dilakukan seperti biasa dalam bisnis normal. Nantinya segera dilakukan head of agreement dan penanda tanganan perjanjian jual beli tenaga listrik tersebut.
Dijelaskan dia, proses itu dilakukan enam bulan atau sembilan bulan ke depan setelah dilakukan Detail Engineering Design (DED) untuk pembangkit listrik. “Proses DED sekitar sembilan bulan dan dimungkinkan de ngan dana yang besar itu maka akan melobi pihak asing. Sebab bank dalam negeri sepertinya belum bisa mencukupi,” cetusnya.
Dia menambahkan, dari 125 mw tenaga listrik yang akan dihasilkan pembangkit, penya luran listrik sebesar 75 MW dialokasikan untuk memenuhi ke butuhan Semen Baturaja. Ren cana penyelesaian pembangkit listrik itu ditargetkan pada triwulan III tahun 2018. “Kita ingin dapat segera dilaksanakan, agar tahun 2018 nanti sudah selesai. Kita pun akan bekerja sama dengan pihak luar negeri atau konsorsium inter nasional karena dana yang dibutuhkan relatif besar,” tandasnya.
Selain membangun pembangkit listrik yang membutuhkan waktu penyelesaian tiga tahun itu, perusahaan milik Pemprov Sumsel dan Semen Baturaja juga memanfaatkan Tanjung Api Api (TAA) sebagai Kawasan Ekonomi Khusus untuk dibangun pelabuhan.
“Namanya Terminal Semen, jadi bahan baku dari Baturaja dikirim ke sana untuk diolah dan dikemas atau penganto ngan. Selain memanfaatkan TAA sebagai KEK, terminal dengan jalur laut itu dianggap memudahkan distribusi bagi Semen Baturaja,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirut PT Semen Baturaja Tbk, Pamudji Rahardjo dalam kesempatan itu mengatakan, MoU dengan PD PDE erat kaitannya dengan rencana pengembangan produksi dan pemasaran. Semen Baturaja memang menargetkan pro duksi jangka menengah hingga dua kali lipat.
“Kapasitas sekarang di Sumsel baru sekitar 2 juta ton, nantinya bisa sampai 3,85 juta ton semen per tahun. Maka butuh infrastruktur seperti listrik, karena saat ini baru 30 MW, nantinya dengan pabrik baru akan membu tuhkan energi hingga 70 MW,” cetusnya.
Dia mengatakan, dengan pab rik baru dan kapasitas produksi yang meningkat itu, Semen Baturaja membutuhkan pengembangan distribusi yang lebih luas dan juga penambahan fasilitas penunjang. Bila selama ini hanya mengandalkan jalur darat, Semen Baturaja berharap bisa merambah ke pasar Asia lewat laut. “Kapasitas 2 juta ton semen per tahun itu mencakup distribusi darat. Padahal selain Sumsel dengan 1,8 juta ton, kita juga merambah pasar Lampung 1,7 juta ton dan Jambi 1 juta ton sehingga lebih dari 4,5 juta ton.
Bayangkan kalau distribusi bisa lewat laut, pasti pasar Semen Baturaja bisa lebih luas,” tukasnya. Dia menambahkan, kebutuhan pabrik Semen Baturaja saat ini mencapai 30 mw. Dengan penambahan pabrik baru kebutuhan meningkat mencapai 70 mw. Bahkan pihaknya telah memikirkan soal pasokan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit, sehingga akan dila ku kan kerja sama ke depannya. Sejauh ini dibutuhkan 200.000 ton per tahun, nantinya bakal dibutuhkan sekitar 450.000 ton.
“Ini juga untuk memperkuat jaringan kita ke luar, sehingga memang dibutuhkan pe labuhan. Untuk itulah, dimanfaatkan fasilitas di KEK TAA nantinya. Terminal Semen di sana nanti juga akan dikembangkan produk-produk turunan semen, sehingga masuk dalam bahasan kerja sama dengan PDPDE,” imbuhnya.
Dia mengaku, saat ini pihaknya menggunakan angkutan darat dengan kapasitas 2 juta ton. “Makanya ke depan kita harus bisa penuhi daerah lain seperti Jawa dan Kalimantan, kemudian ekspor ke negara lain. Sejauh ini, kita masih fokus di Sumbagsel tepatnya empat daerah tadi,” kata dia.
Rencana pengembangan ke depan yakni pembangu n an pab rik Semen Baturaja II dan III. Selain itu, direncanakan pengembangan di beberapa tempat lain seperti Jambi, Sarolangun, dan Muara Dua. “Tapi kita lihat dulu sisi peluang pasar yang paling baik perkem ba ngannya di mana,” pungkasnya.
Retno palupi
(ftr)