Warga Pagergunung Tolak Galian C
A
A
A
KENDAL - Sejumlah warga Dusun Sokokarang, Desa Pagergunung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, menolak galian C yang beroperasi di wilayah tersebut. Mereka khawatir jadi korban longsor dan banjir.
Kekhawatiran warga memang beralasan. Lokasi galian C berada di atas bukit dengan sedikitnya 30 rumah penduduk berdiri persis di bawahnya. Sehingga, bencana longsor sangat berpeluang terjadi, terutama saat musim hujan.
"Bukan hanya rumah yang akan hilang jika terjadi bencana tanah longsor, tapi nyawa warga juga terancam. Kami hidup dalam rasa waswas setelah ada galian C di sini," kata Teguh, salah seorang warga Dusun Sokokarang, Jumat (22/5/2015).
Dia adalah salah satu warga yang rumahnya tepat berada di bawah tebing, lokasi aktivitas galian C. Menurutnya, rumah merupakan bagian penting untuk hidup berkeluarga dan masyarakat.
"Tapi kalau tiap saat waswas, semuanya jadi tidak nyaman. Habis kerja, bepergian atau apalah namanya pasti pulang ke rumah untuk kumpul keluarga, istirahat dan santai. Kalau sudah tidak nyaman, mau ke mana lagi."
Teguh mengaku tidak membubuhkan tanda tangan saat pihak perusahaan galian C meminta persetujuan warga setempat, untuk mengurus izin dan operasional ke pemerintah setempat.
"Tidak tanda tangan, tapi tiba-tiba galian C tetap beroperasi," keluhnya.
Keluhan juga disampaikan Suparno (36). "Jalan mulai rusak dan semakin parah. Intinya, warga hidupnya tidak tenang. Kami berharap pemerintah segera bertindak," kata dia.
Pemerhati Lingkungan Kabupaten Kendal Kuswanto mengatakan bahwa pemerintah setempat mestinya membuat regulasi tentang galian C, sekaligus penindakannya. "Banyak warga yang tidak tahu tentang regulasi galian C, sehingga ketika terjadi kasus susah untuk mengadu."
Kepala Satpol PP Kabupaten Kendal Toni Ari Wibowo mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan di lapangan.
"Sudah kami tutup, karena tak berizin. Lahan yang digunakan sekitar lima hektare," tandasnya.
Kekhawatiran warga memang beralasan. Lokasi galian C berada di atas bukit dengan sedikitnya 30 rumah penduduk berdiri persis di bawahnya. Sehingga, bencana longsor sangat berpeluang terjadi, terutama saat musim hujan.
"Bukan hanya rumah yang akan hilang jika terjadi bencana tanah longsor, tapi nyawa warga juga terancam. Kami hidup dalam rasa waswas setelah ada galian C di sini," kata Teguh, salah seorang warga Dusun Sokokarang, Jumat (22/5/2015).
Dia adalah salah satu warga yang rumahnya tepat berada di bawah tebing, lokasi aktivitas galian C. Menurutnya, rumah merupakan bagian penting untuk hidup berkeluarga dan masyarakat.
"Tapi kalau tiap saat waswas, semuanya jadi tidak nyaman. Habis kerja, bepergian atau apalah namanya pasti pulang ke rumah untuk kumpul keluarga, istirahat dan santai. Kalau sudah tidak nyaman, mau ke mana lagi."
Teguh mengaku tidak membubuhkan tanda tangan saat pihak perusahaan galian C meminta persetujuan warga setempat, untuk mengurus izin dan operasional ke pemerintah setempat.
"Tidak tanda tangan, tapi tiba-tiba galian C tetap beroperasi," keluhnya.
Keluhan juga disampaikan Suparno (36). "Jalan mulai rusak dan semakin parah. Intinya, warga hidupnya tidak tenang. Kami berharap pemerintah segera bertindak," kata dia.
Pemerhati Lingkungan Kabupaten Kendal Kuswanto mengatakan bahwa pemerintah setempat mestinya membuat regulasi tentang galian C, sekaligus penindakannya. "Banyak warga yang tidak tahu tentang regulasi galian C, sehingga ketika terjadi kasus susah untuk mengadu."
Kepala Satpol PP Kabupaten Kendal Toni Ari Wibowo mengatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan di lapangan.
"Sudah kami tutup, karena tak berizin. Lahan yang digunakan sekitar lima hektare," tandasnya.
(zik)