Beras Sintetis Tidak Ditemukan di Palembang
A
A
A
JAKARTA - Beras sintetis yang dite mukan di Bekasi dan diduga selundupan dari China tidak ditemukan di Kota Palem bang. Namun begitu, sejumlah kalangan dan terutama DPR meminta pemerintah tidak menganggap sepeleh dan mengusut tuntas kasus tersebut.
Apalagi, Menteri Perda gangan Rahmat Gobel usai rapat terbatas di Kantor Presiden kemarin memastikan pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin impor beras. “Enggak ada impor. Kami tidak pernah mengeluarkan izin impor, pasti itu bisa saja barang selundupan. Kami masih teliti lagi,” ujarnya. Merespons temuan beras sintetis tersebut, Komisi VI DPR berencana memanggil Mendag Rahmat Gobel untuk menjelaskan kepada publik terkait impor beras palsu tersebut.
“Kita pertanyakan kepemerintah kenapa itu bisa masuk? Saya dapat info pemerintah tidak pernah impor dari China. Artinya, ada impor di luar informal pemerintah. Ini yang kita minta usut,” kata Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir kemarin. Ketua DPP PAN itu mengaku, sudah menanyakan sejumlah pihak terkait impor beras seperti Bulog, PPI dan lainnya, tetapi mereka mengatakan tidak pernah merasa meng impor beras. Karena itu, diamenduga ada permainan di balik impor beras sintetis tersebut.
“Beras ini juga kan berbahaya pada kesehatan, dan ini sudah mengarah pada kriminal itu harus diusut karena ini racun,” ujar Hafisz. Lebih jauh dia menandaskan, munculnya temuanberassin tetis merupakan bagi DPR dan juga masyarakat untuk men de sak dilakukan audit investigasi terhadap sistem dan tata cara impor di republik ini. “Sanksi pasti ada, oknum perdagangan yang bermain, kita rekomendasikan kepada presiden untuk beri tindakan tegas.
Seburuk-buruknya diberhentikan,” tegas Hafisz. Secara terpisah, pengamat ekonomi Sumsel Yan Sulistyo menyesalkan adanya praktik penjualan beras plastik yang mulai menyebar di Indonesia. Ia menduga, beras plastik masuk dari Singapura dan Myanmar. Meski tidak menutup kemungkinan, juga jebol dari Bea Cukai. “Seharusnya pengawasan dari Kemendag maksimal,” ujar Yan di Palembang, kemarin.
Menurut Yan, sanksi yang tegas perlu diberikan kepada pihak ataupun oknum yang bermain. Mengingat, hal ini telah menyangkut keselamatan banyak nyawa. “Kesehatan anakanak yang paling berbahaya. Dampaknya sangat luas. Bila perlu dihukum mati bagi para pelakunya,” tegas dia. Terkait beras palsu berbahan plastik, Pemprov Sumsel melalui Disperindag Sumsel mengambil langkah cepat dalam mengantisipasi hal tersebut.
Kepala Disperindag Sumsel Permana melalui Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Efri mengatakan, meski pun pihaknya belum menda pat kan informasi terkait beredar nyaberas palsu tersebut, pihaknya tetap meng instruksikan kepada kabupaten/kota melakukan pengecekan langsung. “Sesuai arahan pimpinan, kita sedang meminta tim di daerah untuk kepasar-pasar melihat informasi jika ada beras palsu beredar.
Dari manaasalnya, yang jelas kita di Sumsel tidak melakukan impor beras dari Tiongkok tersebut. Untuk itu kami juga meminta koordinasi dari pihak-pihak terkait,” katanya saat dihubungi, kemarin. Sebelumnya, seorang pedagang nasi uduk dan bubur di Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, yakni Dewi Septiani, melaporkan adanya beras sintetis.
Laporan disampaikan setelah sejumlah pembeli dagangannya mengeluh sakit perut dan pusing. Setelah melakukan pengecekan, dia menemukan sejumlah ketidak laziman. Dewi sendiri mengaku membeli beras yang diduga terkontaminasi bahan sintetis dari seorang pedagang di Pasar Mutiara Gading Blok G pada Rabu (13/5).
Andhiko ta/ imam m/darfian/ kiswondari/r ratna p
Apalagi, Menteri Perda gangan Rahmat Gobel usai rapat terbatas di Kantor Presiden kemarin memastikan pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin impor beras. “Enggak ada impor. Kami tidak pernah mengeluarkan izin impor, pasti itu bisa saja barang selundupan. Kami masih teliti lagi,” ujarnya. Merespons temuan beras sintetis tersebut, Komisi VI DPR berencana memanggil Mendag Rahmat Gobel untuk menjelaskan kepada publik terkait impor beras palsu tersebut.
“Kita pertanyakan kepemerintah kenapa itu bisa masuk? Saya dapat info pemerintah tidak pernah impor dari China. Artinya, ada impor di luar informal pemerintah. Ini yang kita minta usut,” kata Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir kemarin. Ketua DPP PAN itu mengaku, sudah menanyakan sejumlah pihak terkait impor beras seperti Bulog, PPI dan lainnya, tetapi mereka mengatakan tidak pernah merasa meng impor beras. Karena itu, diamenduga ada permainan di balik impor beras sintetis tersebut.
“Beras ini juga kan berbahaya pada kesehatan, dan ini sudah mengarah pada kriminal itu harus diusut karena ini racun,” ujar Hafisz. Lebih jauh dia menandaskan, munculnya temuanberassin tetis merupakan bagi DPR dan juga masyarakat untuk men de sak dilakukan audit investigasi terhadap sistem dan tata cara impor di republik ini. “Sanksi pasti ada, oknum perdagangan yang bermain, kita rekomendasikan kepada presiden untuk beri tindakan tegas.
Seburuk-buruknya diberhentikan,” tegas Hafisz. Secara terpisah, pengamat ekonomi Sumsel Yan Sulistyo menyesalkan adanya praktik penjualan beras plastik yang mulai menyebar di Indonesia. Ia menduga, beras plastik masuk dari Singapura dan Myanmar. Meski tidak menutup kemungkinan, juga jebol dari Bea Cukai. “Seharusnya pengawasan dari Kemendag maksimal,” ujar Yan di Palembang, kemarin.
Menurut Yan, sanksi yang tegas perlu diberikan kepada pihak ataupun oknum yang bermain. Mengingat, hal ini telah menyangkut keselamatan banyak nyawa. “Kesehatan anakanak yang paling berbahaya. Dampaknya sangat luas. Bila perlu dihukum mati bagi para pelakunya,” tegas dia. Terkait beras palsu berbahan plastik, Pemprov Sumsel melalui Disperindag Sumsel mengambil langkah cepat dalam mengantisipasi hal tersebut.
Kepala Disperindag Sumsel Permana melalui Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Efri mengatakan, meski pun pihaknya belum menda pat kan informasi terkait beredar nyaberas palsu tersebut, pihaknya tetap meng instruksikan kepada kabupaten/kota melakukan pengecekan langsung. “Sesuai arahan pimpinan, kita sedang meminta tim di daerah untuk kepasar-pasar melihat informasi jika ada beras palsu beredar.
Dari manaasalnya, yang jelas kita di Sumsel tidak melakukan impor beras dari Tiongkok tersebut. Untuk itu kami juga meminta koordinasi dari pihak-pihak terkait,” katanya saat dihubungi, kemarin. Sebelumnya, seorang pedagang nasi uduk dan bubur di Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, yakni Dewi Septiani, melaporkan adanya beras sintetis.
Laporan disampaikan setelah sejumlah pembeli dagangannya mengeluh sakit perut dan pusing. Setelah melakukan pengecekan, dia menemukan sejumlah ketidak laziman. Dewi sendiri mengaku membeli beras yang diduga terkontaminasi bahan sintetis dari seorang pedagang di Pasar Mutiara Gading Blok G pada Rabu (13/5).
Andhiko ta/ imam m/darfian/ kiswondari/r ratna p
(bbg)